Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pembalap WithU Yamaha RNF, Andrea Dovizoso, merasakan pengalaman paling pahit sepanjang kariernya di kelas utama MotoGP.
Andrea Dovizioso tengah putus asa karena gagal bersinar bersama tim satelit Yamaha pada MotoGP 2022 hingga sejauh ini.
Dari tujuh balapan awal yang suda berjalan, Andrea Dovizioso baru mengoleksi delapan poin.
Hal itu menjadi kekecewaan besar bagi tim karena Andrea Dovizioso yang pernah menjadi runner up tiga kali MotoGP seharusnya bisa menjadi pembalap andalan.
Namun ternyata, Dovizioso malah mendapatkan hasil yang tak sesuai harapan dengan selalu finis di belakang.
Baca Juga: Resmi! Aprilia Ikat Aleix Espargaro dan Maverick Vinales hingga 2024
Masalah ini tentu tak dibenarkan Dovizioso, namun dia juga menyebut penurunan penampilannya tak lepas dari motor balap YZR-M1 yang sulit dikendalikan.
Dia sempat menyebut grip belakang dan kecepatan Yamaha menjadi faktor dirinya gagal melesat bersaing di barisan depan.
Motor Yamaha seharusnya menjadi salah satu kendaraan yang paling mudah untuk dikendarai. Namun semua itu sudah berbeda dan juga pernah dirasakan Valentino Rossi.
Sebelum pensiun dari MotoGP, Rossi yang membela tim satelit Yamaha juga kesulitan bersaing untuk meraih posisi terdepan.
Dengan seluruh situasi ini, Dovizioso pun harus merasakan hal yang sama dan terpaksa beradaptasi.
Dia pun juga sudah mendengar kabar bahwa dirinya kemungkinan akan didepak dari Yamaha.
"Itu sedikit menganggu saya, karena pada akhirnya kami berada di posisi yang istimewa," kata Dovizioso, dikutip BolaSport.com dari Corsedimoto.com.
"Setelah semua yang terjadi, motor yang Anda kendarai, dan yang sudah semua orang lakukan untuk Anda, itu adalah keistimewaan yang didapakan, saya sadari itu."
Posisi Dovizioso juga semakin sulit dengan kabar mundurnya tim Suzuki yang mundur dari MotoGP.
Meski memiliki hubungan baik dengan pimpinan tim, Razlan Razali, Yamaha kemungkinan besar merekomendasikan untuk mencari pembalap baru.
"Anda saja saya bisa menikmatinya, tanpa harus memikirkan hasil. Tapi tidak bisa seperti itu," kata Dovizioso.
"Bila terbiasa berada di depan, itu sulit. Ketika Anda naik level, di kategori ini, Anda tidak bisa mengatakan, 'Oke, mari kita lihat sisi positifnya'."
Selain pasrah dengan keputusan tim, Dovizioso tentu ingin berusaha meningkat dan memberikan hasil yang terbaik.
Dia hanya tak tahu harus bagaimana nasib para pekerja yang mendampinginya jika jasanya tak dibutuhkan lagi sebagai pembalap.
"Saya sangat senang dengan hidup saya. Tapi itu sulit di setiap akhir pekan balapan," ujar Dovizioso.
"Saya merasa kasihan dengan orang yang bekerja pada saya. Ketika hal-hal tidak berjalan dengan baik, itu memengaruhi mereka juga. Saya sangat menyesalkan hal itu."
Baca Juga: Morbidelli: Quartararo Bisa Mengatasi Masalah Motor, Informasi Saya Tak Berguna