Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kalau Bukan karena Larangan Ibu, Xavi Sudah Jadi Legenda AC Milan

By Sri Mulyati - Jumat, 1 Juli 2022 | 17:30 WIB
Pelatih Barcelona, Xavi Hernandez, nyaris saja menjadi legenda AC Milan pada 1998. (LLUIS GENE/AFP)

BOLASPORT.COM - Pelatih Barcelona, Xavi Hernandez, sudah menjadi AC Milan jika tidak ada larangan keras dari sang ibu.

Identitas Xavi Hernandez sebagai legenda Barcelona ternyata bisa hilang dan tergantikan oleh AC Milan.

Xavi memang identik dengan Barcelona, bahkan terus setia saat menjadi pelatih.

Pria asal Spanyol tersebut merupakan salah satu jebolan sukses akademi Barcelona, La Masia.

Setelah membela tim muda Barcelona, Xavi pun bermain di level senior klub sejak 1998.

Sejak saat itu, Xavi menjadi bagian tidak terpisahkan dari Barcelona selama 17 tahun.

Ia baru meninggalkan Camp Nou pada 2015 dan bermain di Liga Qatar bersama Al Sadd sebelum memutuskan gantung sepatu.

Namun, cerita hidup Xavi ternyata bisa berbeda jauh jika ia tidak mendengarkan perintah sang ibu.

Baca Juga: Cuma 10 Menit untuk Tahu Paulo Dybala Pemain Sehebat Apa

Mantan CEO AC Milan, Adriano Galliani, mengungkap bagaimana bekas klubnya hampir memiliki Xavi sebagai pemain.

"Saya mencoba mendatangkan Xavi pada 1998, bahkan sudah berhasil melakukannya," ujar Galliani seperti dilansir BolaSport.com dari Sky Sport Italia.

"Namun, ibu Xavi saat itu tidak memperbolehkannya pergi," kata Galliani menambahkan.

Komentar tersebut diungkapkan Galliani setelah klubnya saat ini, AC Monza, mendatangkan Stefano Sensi.

Bagi Galliani, Sensi memiliki kemampuan yang sama hebatnya dengan Xavi.

Keberhasilannya mendatangkan Sensi seperti penebusan dosa karena pernah gagal mendapatkan jasa Xavi.

Tawaran Galliani jelas bisa mengubah hidup Xavi seluruhnya, mengingat ia belum memulai karier bersama tim senior Barcelona saat itu.

Baca Juga: Kalau Liverpool Ingin Juara Liga Inggris, Juergen Klopp Harus Mainkan Darwin Nunez Sejak Awal Musim

Akan tetapi, nasib ternyata lebih memihak Xavi untuk tetap membela klub masa kecilnya.

Meski gagal bekerja sama, AC Milan dan Xavi mampu membangun kesuksesan tanpa bantuan satu sama lain.

AC Milan menjadi salah satu raja di Benua Eropa pada dekade 2000-an.

Tim berjuluk I Rossoneri tersebut mampu memenangi gelar Liga Champions pada musim 2002-2003 dan 2006-2007.

Sementara Xavi berada di salah satu periode tersukses Barcelona dengan memenangi Liga Champions hingga empat kali.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P