Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Soal pengembangan motor Ducati punya reputasi sebagai pabrikan paling berani pada MotoGP. Saking beraninya pabrikan Merah pun membuat rival gerah.
Sang General Manager, Gigi Dall'Igna, dianggap sebagai otak di balik gila-gilaannya Ducati dalam urusan mendesain motor sejak kedatangannya pada 2014.
Pada era Gigi Dall'Igna Ducati terampil mengeksploitasi celah regulasi teknis MotoGP untuk menciptakan perangkat kurang lazim pada MotoGP.
Desmosedici GP yang awalnya terlihat seperti motor balap biasa kini lebih mirip pesawat terbang karena komponen aerodinamika hingga pengatur ketinggian suspensi roda.
Meski begitu, eksperimen Ducati nyatanya berhasil.
Setelah sempat terseok-seok tak pernah menang pada 2011-2015, pabrikan Borgo Panigale itu menjelma menjadi kekuatan besar pada MotoGP.
Ducati bahkan menjadi primadona dengan banyaknya pembalap yang bisa tampil kompetitif bersama mereka.
Langkah Ducati bukannya tanpa perlawanan.
Sudah menjadi hal yang normal ketika pabrikan lain memprotes peranti anyar pada motor Ducati, utamanya pada awal musim.
Baca Juga: Peringatan dari Jack Miller untuk Pembalap Moto3, Dilarang Keras Lompat Kelas
Terbaru pabrikan ramai-ramai memprotes ride height device alias sistem pengatur supsensi Ducati yang dibawa pada awal musim ini.
Teknologi ini sebenarnya jamak dipakai di motokros, akan tetapi Ducati membawanya ke level yang lebih tinggi.
Awalnya hanya menurunkan suspensi roda belakang saat start, Ducati mengutak-atiknya hingga bisa diaktifkan secara manual ketika diinginkan.
Pabrikan lain terpaksa mengekor karena pengaruh yang besar dalam lomba. Semuanya. Honda, Yamaha, Suzuki, Aprilia, KTM ikut memakainya.
Pabrikan MotoGP lain akhirnya mengatakan cukup saat Ducati bisa mengaplikasikan RHS pada kedua roda.
Wacana menghapuskan RHS pun muncul karena dianggap memengaruhi balapan MotoGP dengan minimnya aksi menyalip akhir-akhir ini.
Palu sudah diketuk. Mulai tahun depan hanya RHS di roda belakang yang diperbolehkan. Ducati mencoba banding tetapi kalah suara.
Dall'Igna mengakui bahwa kontroversi seputar RHS ini membuat relasi Ducati dengan pabrikan lain merenggang.
"Sejujurnya relasi dengan pabrikan lain jauh membaik selama pandemi," ucap Gigi Dall'igna dikutip Bolasport.com dari Speedweek.
Baca Juga: Peringatan dari Jack Miller untuk Pembalap Moto3, Dilarang Keras Lompat Kelas
"Kami mendiskusikan banyak hal dalam pertemuan virtual waktu itu. Melalui diskusi ini kami menemukan gagasan-gagasan yang bagus untuk kejuaraan."
"Namun, sejak kami mulai menggunakan ride height device di roda depan, sulit untuk menjaga hubungan baik dengan pabrikan lain."
Dall'Igna masih kekeh bahwa keputusan melarang RHS adalah sebuah ketidakadilan.
Dall'Igna merasa RHS masih relevan dengan pengembangan teknologi pada motor produksi massal, pun demikian dengan aerodinamika.
"Tapi ketika semuanya melawa, tangan saya seperti diikat. Tidak ada yang bisa saya lakukan soal itu. Saya harus menerimanya," ucap Dall'igna.
Dall'Igna tampaknya memaklumi perbedaan suara. Menurutnya tujuan MSMA (Asosiasi Pabrikan pada MotoGP) memang bukan untuk menciptakan perdamaian.
"Saya tidak tahu kenapa kita memerlukan perdamaian di dalam MSMA," ucap Dall'Igna lagi.
"Di MSMA kami berdiskusi untuk menemukan regulasi sebaik mungkin. Kejuaraan ini penting bagi semua pabrikan yang terlibat."
"Itulah kenapa kami berusaha menemukan solusi-solusi terbaik."
Baca Juga: Konsistensi Aleix Esparparo Mulai Bikin Fabio Quartararo Ketar-ketir