Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Gol hantu Frank Lampard pada Piala Dunia 2010 saat Jerman bertemu Inggris menjadi pionir penggunaan teknologi garis gawang pada sepak bola.
Piala Dunia 2010 menjadi salah satu gelaran yang banyak meninggalkan kesan tersendiri bagi para pemain sepak bola maupun para penikmatnya.
Diselenggarakan untuk kali pertama di Benua Afrika, tepatnya di negara Afrika Selatan, sejumlah momen tercipta dalam gelaran Piala Dunia 2010.
Salah satunya adalah momen di atas lapangan yang akan mengubah jalannya sepak bola menjadi lebih modern dan bersinggungan dengan penggunaan teknologi.
Momen tersebut adalah terciptanya gol 'hantu' yang dicetak oleh Frank Lampard kala timnas Inggris bersua timnas Jerman pada babak 16 besar.
Gol hantu sendiri memiliki pengertian sebagai gol yang menimbulkan kontroversi dan perdebatan dalam sebuah laga sehingga bisa membuat keputusan pengesahan gol maupun pembatalan gol.
Tepatnya adalah 27 Juni 2010, kala timnas Inggris asuhan Fabio Capello menantang timnas Jerman pasukan Joachim Loew di Free State Stadium, Bloemfontein.
Saat itu, pasukan der Panzer merupakan pemenang Grup D berhadapan dengan The Three Lions yang keluar sebagai runner-up Grup C.
Baca Juga: Telenovela Ronaldo dan Manchester United - Masih Hadapi Kuldesak, CR7 Ingin Kontraknya Diakhiri Saja
Rivalitas antara Jerman dan Inggris ini sudah terjadi sejak masa-masa awal sepak bola terbentuk pada abad ke-19, tepatnya pada tahun 1930-an.
Dalam laga ini, peluang kedua tim untuk melaju ke babak perempat final sama-sama terbuka lebar mengingat baik Jerman dan Inggris tampil ciamik selama di babak grup.
Namun, dalam laga ini, Die Mannschaft mampu tampil lebih efektif dengan berhasil unggul dua gol dalam kurun waktu 32 menit pada babak pertama.
Gol tersebut dicetak oleh Miroslav Klose (menit ke-20) setelah berhasil menerima umpan tendangan gawang dari Manuel Neur dengan memenangkan duel melawan bek Inggris, Matthew Upson.
Adapun satu gol lain dijebloskan oleh Lukas Podolski (32') yang sukses memanfaatkan umpan Thomas Mueller dengan tendangan kaki kirinya.
Keunggulan dua gol ini membuat Jerman di atas angin melawan Inggris dan membuat mereka lengah terhadap pertahanan.
Inggris, yang dikejutkan dengan gelontoran gol tersebut, bangkit mengejar ketertinggalan dengan mencetak gol melalui sundulan Matthew Upson (37') usai memanfaatkan umpan silang dari Steven Gerrard.
Baca Juga: Perang Produsen Seragam Klub Liga Jepang, 5 Tim Cinta Produk dalam Negeri
Tak berselang lama, tepatnya pada menit ke-39, Inggris sejatinya bisa menyamakan kedudukan andai saja gol Frank Lampard disahkan.
Bermula dari James Milner yang mengirim bola terobosan ke Jermaine Defoe, tetapi bola berhasil dihalau dan jatuh ke kaki Lampard.
Lampard langsung melepaskan tendangan lob dari luar kotak penalti. Tendangan tersebut mengenai bagian bawah mistar gawang lalu memantul ke tanah dan membentur kembali mistar gawang hingga Manuel Neuer berhasil menangkapkanya.
Sayangnya, gol tersebut tak disahkan oleh wasit Jorge Larrionda.
Padahal, jika dilihat dari tayangan ulang, bola sudah jelas telah melewati garis gawang secara penuh.
It's Germany vs England tonight so here's a reminder of that Frank Lampard no goalpic.twitter.com/VEJ1onykwi
— Vintage Football Shirts (@VFshirts) June 7, 2022
Nahas bagi Inggris, gol tersebut tetap dianulir karena sang wasit menganggap bola belum melewati garis gawang.
Setelah gol ini dianulir, Inggris seakan kehilangan kemampuan untuk mengontrol jalannya permainan.
Jerman justru kembali menambah dua gol lewat nama Thomas Mueller (67', 70').
Pada akhirnya, Inggris takluk dengan skor akhir 1-4.
Mungkin hasil ini adalah mimpi buruk bagi The Thee Lions karena tersingkir dari Piala Dunia 2010, tetapi adanya gol hantu tersebut mengubah wajah sepak bola saat ini.
Ketidaksahan gol inilah yang memunculkan adanya terknologi garis gawang yang berfungsi untuk memberi tahu wasit jika bola telah melewati garis gawang.
ON THIS DAY: In 2010, Frank Lampard scored what he thought was an equalising goal against Germany in the World Cup.
Unfortunately, referee Jorge Larrionda didn't see the ball cross the line and England would go on to lose 1-4. ????♂️ pic.twitter.com/f7X0viCtfC
— Squawka (@Squawka) June 27, 2022
Baca Juga: Lisandro Martinez Ungkap Alasan Pilih Bergabung bersama Man United
Sejatinya, penggunaan teknologi garis gawang saat itu sudah dicetuskan sebelum terjadinya kontroversi gol hantu Lampard.
Namun, presiden FIFA saat itu, Sepp Blatter, tidak ingin ide penerapan teknologi tersebut dijalankan.
Blatter berpendapat hal tersebut akan menghilangkan sifat manusiawi wasit sehingga membuat pertandingan kurang menarik.
Setelah gelaran Piala Dunia 2010 berakhir, banyak hal kontroversial serupa terjadi dan pada akhirnya Blatter harus meninggalkan idealismenya.
Beberapa kejadian di ajang Liga Inggris dan Euro 2012 melatarbelakangi IFAB (International Football Association Board) menimbang penggunaan teknologi garis gawang.
OT 2012: Reversing years of opposition, the International Football Association Board, responsible for the Laws of the Game, approved the use of goal-line technology. https://t.co/QPOsAvjayB pic.twitter.com/86Ksv9oyGy
— Brian Seal (@BrianSeal) July 5, 2018
Setelah banyak melakukan uji coba dengan berbagai sistem, akhirnya sistem yang disetujui tersebut ada dua, yakni GoalRef dan Hawk-Eye.
Kedua sisitem ini diperkenalkan untuk kali pertama dicoba oleh FIFA pada 2011 dalam sejumlah pertandingan.
Setelah proses panjang, IFAB akhirnya menyetujui akan menggunakan teknologi garis gawang dan memasukkannya pada Laws of the Game bulan Juli 2012.
Percobaan pertama penggunaan teknologi garis gawang ini dilakukan dalam laga kompetitif resmi pada Piala Dunia Antarklub Desember 2012 yang berlangsung di Jepang.
Baca Juga: RESMI - Barcelona Capai Kesepakatan dengan Sevilla, Jules Kounde Sah Jadi Rekrutan Kelima
Uji coba ini terbilang sukses dan pada tahun-tahun berikutnya ditingkatkan lagi kemudian digunakan secara resmi di ajang Piala Dunia 2014 di Brasil.
Hingga saat ini, penggunaan teknologi garis gawang masih dipakai oleh FIFA untuk meminimalisasi kesalahan yang merugikan tim karena gol yang tidak disahkan setelah melewati garis gawang.
Pada 2014, Lampard sendiri mengaku tak keberatan dan malah bersyukur golnya dianulir pada saat itu, sebab berkat gol hantunya tersebut kini bisa terjadi adanya penerapan teknologi garis gawang.
"Itu mengubah permainan ini menjadi lebih baik, jadi saya merasa senang tentang hal tersebut. Pengenalan teknologi garis gawang adalah langkah positif bagi permainan ini," ujar Lampard.