Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, akan melepas takhta mereka sebagai pasangan nomor satu.
Ibarat kerajaan, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo harus menyerahkan mahkota mereka pada pekan depan.
Langkah BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) menormalisasi ranking dunia memberi dampak besar kepada Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang sedang kesulitan.
Sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2020, rentetan masalah seolah tak berhenti menghinggapi Marcus/Kevin.
Mereka terlambat kembali ke pertandingan setelah Kevin dinyatakan positif jelang keberangkatan tim menuju Thailand Open, turnamen pertama Indonesia pada masa pandemi.
Ketika akhirnya tampil pada All England Open 2021, Marcus/Kevin dipaksa mundur pada babak kedua gegara tim Indonesia satu pesawat dengan penumpang yang terpapar Covid.
Marcus/Kevin pun nyaris tanpa pengalaman bertanding ketika berjuang pada Olimpiade Tokyo 2020. Masalah psikologis akhirnya membuat Minions tersisih di perempat final.
Kebangkitan kemudian ditunjukkan Marcus/Kevin ketika mereka mencapai 5 babak final secara beruntun pada akhir tahun lalu.
Dua di antaranya berakhir dengan raihan gelar juara, termasuk pada Indonesia Open 2021.
Apes, momentum bagus pasangan yang sudah berusia tujuh tahun itu kembali terputus karena situasi di luar kendali mereka.
Pada Kejuaraan Dunia 2021 Marcus/Kevin mundur bersama tim Indonesia karena kemunculan varian Omicron.
Adapun tahun ini, Marcus/Kevin lebih sering absen karena cedera pergelangan kaki akut yang diderita Marcus.
Terkini, sakit demam berdarah yang dialami Kevin mengganggu persiapan untuk Kejuaraan Dunia 2022 di Tokyo, Jepang, pada 22-28 Agustus lalu.
Mereka tersingkir pada babak 16 besar sebelum angkat koper di fase yang sama pada Japan Open 2022 yang berlangsung pada pekan sesudahnya.
Lantas, kenapa Marcus/Kevin masih menjadi pasangan peringkat satu sampai sekarang?
Di samping performa kuat pada akhir tahun lalu, BWF untuk sementara masih menghitung poin turnamen dari 2019, tahun terakhir dari dominasi Marcus/Kevin.
Hanya saja, dengan dihapuskan poin-poin dari turnamen lama secara bertahap, Marcus/Kevin harus mengalah dari pasangan yang sekarang lebih konsisten daripada mereka.
Pada pembaruan pekan depan Marcus/Kevin harus merelakan posisi pertama dalam peringkat dunia BWF kepada pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi.
Hoki/Kobayashi tidak akan terdampak tahapan normalisasi berikutnya pada pekan depan yang menghapus poin dari turnamen pekan ke-40, 41, 42, 43 dari tahun 2019.
Baca Juga: BWF Mulai Pulihkan Ranking Dunia Pekan Depan dan Dampaknya buat Pemain Indonesia
Pasalnya, ke-10 poin mereka yang masuk akumulasi berasal dari 52 pekan terakhir, masa penghitungan poin ranking dunia yang sesungguhnya.
Dalam rentang waktu tersebut Hoki/Kobayashi menjadi juara enam kali. Total 102.050 poin mereka dapat dan tidak akan berkurang pada pekan depan.
Adapun Marcus/Kevin pekan depan akan kehilangan 22.000 dari 104.727 poin yang mereka kumpulkan pekan ini.
Poin yang hilang tersebut berasal dari kesuksesan Marcus/Kevin menjuarai Denmark Open 2019 (pekan ke-42 2019) dan French Open 2019 (43). Masing-masing 11.000 poin.
Poin pengganti dari Hylo Open 2021 (9.200/juara) dan All England Open 2022 (8.400/semifinal) hanya akan memberi Marcus/Kevin 100.327 poin untuk bertengger di peringkat dua.
Dengan demikian, berakhir sudah masa kejayaan Marcus/Kevin yang tak terputus sejak kembali menduduki peringkat 1 dunia pada 27 September 2022.
Total 214 pekan secara beruntun dilalui Marcus/Kevin sebagai pasangan nomor satu dan bukan pencapaian yang sepele tentunya.
Selain Marcus/Kevin, hanya ada 3 pemain dan 1 pasangan yang mampu bertahan di peringkat 1 selama lebih dari 200 pekan.
Mereka adalah Lee Chong Wei (Malaysia/tunggal putra), Lin Dan (China/tunggal putra), Tai Tzu Ying (Taiwan/tunggal putri), dan Zhang Nan/Zhao Yun Lei (China/ganda campuran).
Rekor terlama dipegang Lee Chong Wei yang menjadi raja bulu tangkis di sektornya selama 348 pekan beruntun.
Baca Juga: Kisah Melati Daeva Oktavianti Bangkit dari Periode Kelam Kariernya