Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Saksi menyatakan banyaknya korban jiwa di tragedi Kanjuruhan akibat sesak napas dan terinjak-injak usai Polisi menembakkan gas air mata.
Kericuhan pecah pasca-laga Arema FC Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB.
Terjadi kepanikan massa yang menyulut hadirnya korban jiwa.
Jumlah korban meninggal dunia dilaporkan mencapai 127 orang, sementara korban luka-luka mencapai 180 orang.
Salah satu korban selamat menceritakan pengalamannya di twitter dengan username @Rezqiwahyu05.
Awalnya suporter masuk ke lapangan untuk menyampaikan kritik ke pemain dan ofisial Arema FC karena kalah.
Namun jumlah suporter masuk ke lapangan semakin banyak, yang membuat situasi tak kondusif.
Polisi merespons situasi itu dengan menembakkan gas air mata dan melakukan sejumlah tindakan preventif dengan memukul mundur massa.
"Aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suppoter yang ada di lapangan," tulis @Rezqiwahyu05.
"Silih berganti supporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara."
"Para supporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh diatas tribun, mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para supporter panik terkena gas air mata."
"Banyak ibu" wanita" orang tua Dan anak anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion. Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata.... Seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet..," tambahnya.
Baca Juga: Manajemen Arema FC Buka Suara Soal Insiden Tewasnya 127 Orang di Kanjuruhan
Assalamualaikum Sebelumnya saya turut berduka cita sedalam"nya terhadap korban insiden yg terjadi di stadion Kanjuruhan pertandingan Arema vs Persebaya
— LIBRA_12 (@RezqiWahyu_05) October 1, 2022
Yg kedua syukur alhamdulillah, sy di beri keselamatan sampai dirumah.. Dan Bisa menceritakan kronologi versi sya pribadi disini.
Saksi mata lainnya bernama Dwi mengaku melihat banyak korban jiwa tewas karena terinjak-injak dan sesak napas akibat tembakan gas air mata dari polisi.
"Selain itu saya lihat ada banyak orang terinjak-injak, saat suporter berlarian akibat tembakan gas air mata," ujarnya dilansir BolaSport.com dari Kompas.com.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Nico Afina membenarkan bahwa polisi menembakkan gas air mata.
Namun hal itu dilakukan karena massa sulit dikendalikan dan rusuh di lapangan.
"Sehingga terpaksa jajaran keamanan menembakkan gas air mata," kata Nico.
"Hanya sebagian yang turun ke lapangan, sekitar 3.000 suporter."
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi."
"Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," tambahnya.
Dengan jumlah korban jiwa sebanyak ini, tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) dipastikan jadi tragedi sepak bola paling pilu di Indonesia.
Tragedi Kanjuruhan bahkan jadi tragedi sepak bola terpilu nomor 2 di dunia.
Peristiwa paling memilukan di dunia sepak bola menewaskan 328 orang di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964.