Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Komnas HAM mulai merilis temuan awalnya untuk Tragedi Kanjuruhan.
Seperti diketahui pada 1 Oktober 2022 lalu terjadi insiden memilukan saat ratusan korban harus meninggal di Stadion Kanjuruhan saat pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Laga yang berakhir dengan skor 2-3 ini berjalan lancar hingga peluit akhir dibunyikan wasit.
Namun, seteah laga ada dua suporter yang turun dari tribun untuk bertemu dengan pemain.
Selanjutnya, aksi ini diikuti oleh suporter lain yang berusaha untuk menyampaikan kekecewaan setelah kekalahan tersebut.
Melihat masa yang semakin banyak turun ke lapangan, pihak keamanan berusaha mengendalikan dengan tembakan gas air mata.
Hal ini yang diduga kuat menjadi awal kepanikan suporter sebelum akhirnya berusaha mencari pintu keluar stadion yang menyebabkan kericuhan.
Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantuan/Penyelidikan Choirul Anam membeberkan temuan awal pada insiden Tragedi Kanjuruhan.
Dia menegaskan jika invasi suporter yang turun ke lapangan bukan jadi faktor utama.
Pasalnya, beberapa menit setelah pertandingan kondisi stadion masih bisa dikontrol.
Fakta ini ditemukan saat Choirul melakukan penelusuran dan kesaksikan saksi di lapangan.
“Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, sampai sore (5/10) ini, kami mendapat informasi bahwa tidak begitu kejadiannya."
“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan.,” kata Choirul Anam dilansir BolaSport.com dari laman Kompas.com.
Baca Juga: Kata Pelatih UEA setelah Timnya Ditumbangkan Timnas U-17 Indonesia
Chorul menjelaskan jika suporter tidak berniat menyerang pemain Arema FC.
Di sisi pemain, mereka mengaku tidak mendapatkan ancaman dari suporter.
“Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka.”
“Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami,” ujarnya.
Baca Juga: Timnas U-17 Indonesia Tumbangkan UEA, Bima Sakti Kuliti Kekuatan Palestina Jelang Duel
Pria berusia 45 tahun ini juga mempertanyakan tindakan pihak keamanan yang melepaskan gas air mata.
Menurutnya, hal ini masih harus dilakukan penelusuran.
Namun, dia menegaskan jika suporter yang turun ke lapangan tidak bertujuan untuk menyerang pemain.
“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik?"
"Harus kalau tata kelola keamanan baik, tidak akan terjadi peristiwa memilukan seperti ini."
“Jadi ini penting yang untuk meluruskan. Jangan sampai ada lagi yang bilang bahwa tindakan itu gara-gara suporter merangsek ke lapangan dan mengancam pemain, tidak begitu," ujarnya.