Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - PSSI pernah mengalami situasi krisis satu dekade lalu yang membuat FIFA dan AFC turun tangan untuk memperbaiki kualitas kompetisi.
Presiden Jokowi resmi mengumumkan bahwa Pemerintah Indonesia bakal berkolaborasi dengan AFC dan FIFA guna memperbaiki sepak bola tanah air secara keseluruhan seusai Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 fans pada Jumat (7/10/2022).
Sebenarnya hal ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Tanah Air usai terjadi krisis di tubuh sepak bola Indonesia.
Tepatnya pada 2011 yang lalu, AFC bahkan pernah langsung mengirimkan perwakilannya ke Indonesia untuk memperbaiki kompetisi sepak bola Indonesia.
Rekam jejak digital yang dirangkum dari berbagai sumber akan menyajikan kronologi singkat kerja dari AFC pada waktu itu.
AFC datang tepat sebagai mediator untuk menyelesaikan masalah dualisme kompetisi antara Liga Primer Indonesia dengan Liga Super Indonesia.
Bentuk mediasi tersebut adalah turunnya perwakilan AFC untuk melakukan verifikasi untuk seluruh klub yang ingin berkompetisi di Liga Indonesia musim berikutnya.
Hal itu sesuai kesepakatan atau Memorandum of Understanding (MOU) tentang pelaksanaan LPI di bawah PSSI pada 12 Juli 2011 yang pelaksanaannya akan diawasi langsung oleh FIFA, AFC, dan AFF.
Pada 3 Agustus 2011, PSSI menetapkan syarat ketat agar setiap klub memenuhi lima aspek verifikasi klub AFC dan tentu saja klub dilarang memperoleh pendanaan dari APBD.
Saat itu, tim verifikasi AFC yang terjun ke Indonesia beranggotakan Shahin Rahmani, AFC Internal Audit Manager Avin Tee, AFC Competition Manager Benjamin Tan serta AFC Research & Assesment Manager Alisher Nikimbaev.
Baca Juga: Buntut Pernyataan Kontroversial, Perwakilan Aremania Mohon Maaf Kepada Seluruh Masyarakat Indonesia
Banjamin Tan sendiri dikenal sebagai sosok yang sukses menyulap Liga Thailand jadi yang terbaik di Asia Tenggara berkat inovasi yang dilakukannya usai bekerja di Indonesia untuk AFC.
Pada 25 Agustus 2011, hasil verifikasi menunjukkan tidak ada satu klub yang lolos sesuai standar yang ditetapkan AFC.
Saat dilakukan verifikasi ulang, hanya 6 klub yang lolos menurut standar AFC pada 16 September 2011. Menariknya tidak ada satupun klub Liga Super Indonesia (LSI) waktu itu yang lolos verifikasi.
Hanya ada Persis Solo, Persikota Tangerang, Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, Persibo Bojonegoro, dan Persik Kediri yang lolos sesuai standar AFC.
Namun, bukannya tuntas, masalah dualisme kemudian semakin runcing akibat gagalnya PSSI mengatasi masalah tersebut.
Baca Juga: Tim TGIPF Investigasi Semua Tahapan Kerusuhan Kanjuruhan
Kali ini, Liga Super Indonesia kembali bergulir musim tersebut disamping Liga Primer Indonesia yang diakui PSSI musim itu.
Masalah tersebut membuat AFC dan FIFA turun tangan pada 2012 untuk membentuk Liga Profesional Baru. Namun, konflik tersebut kemudian melupakan masalah verifikasi klub sesuai standar dari AFC yang awalnya jadi fokus utama pada 2011.
Situasi dualisme kompetisi semakin parah usai terbentuknya Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) sebagai protes atas pengurus PSSI waktu itu.
Situasi dualisme kompetisi di Indonesia tersebut baru tuntas pada tahun 2013 usai terbentuknya Liga Super Indonesia 2014 namun masalah verifikasi yang muncul satu dekade lalu belum tuntas sampai hari ini.
Masalah verifikasi ulang seluruh fasilitas stadion dan klub yang kemudian kembali jadi pembicaraan hangat hari ini usai Presiden Jokowi umumkan kerjasama dengan AFC dan FIFA.
Harapannya kemudian agar peristiwa satu dekade yang lalu tak terulang dan kompetisi sepak bola Indonesia aman dan nyaman untuk seluruh kalangan.