Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Stephanie Widjaja, akan berlaga pada ajang Indonesia International Challenge 2022 yang bergulir di Malang pada 11-16 Oktober 2022.
Stephanie Widjaja mendapat sedikit keuntungan karena undian membuatnya memperoleh bye pada babak pertama.
Meski begitu lawan tangguh sudah menanti Stephanie pada babak kedua.
Finalis Indonesia International Series 2022 itu akan menghadapi tunggal putri nomor satu Malaysia, Goh Jin Wei.
Goh sendiri berstatus sebagai unggulan tunggal putri keenam dengan peringkat dunia ke-44.
Baca Juga: Motivasi Vita Marissa Angkat Kepercayaan Diri Melati Daeva Oktavianti dkk
Dua kali peraih emas kejuaraan dunia junior itu datang dengan kepercayaan diri tinggi setelah comeback-nya ke kompetisi tepok bulu pada ajang Korea Open 2022 lalu.
Pasalnya Goh sempat menyatakan ganteng raket akibat masalah kesehatannya.
Kini pemain berusia 22 tahun itu bertekad untuk mengembalikan permainan terbaiknya.
Meski begitu, Goh tak ingin terbebani dan tetap bekerja keras untuk mengimbangi pemain tunggal putri dari Negara lainnya.
Pencapaian terbaik Goh pada tahun ini adalah mencapai babak final pada Vietnam Open 2022.
Raihan itu menjadi modal Goh untuk menjaga ambisinya tetap hidup untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024.
“Mencapai final Vietnam Open telah memberi saya lebih banyak kepercayaan diri dan saya ingin terus menjadi lebih baik,” kata Goh dikutip BolaSport.com dari The Star.
“Target saya adalah lolos ke Olimpiade Paris. Saya akan terus bekerja keras untuk memenuhi impian Olimpiade saya," ujarnya.
Baca Juga: Jonatan Christie Sering Nyaris Menang, Pelatih: Fokusnya Jangan Goyah
Meski begitu, perjuangan Goh tidak akan mudah setelah mengalami penyakit perut hingga akhirnya harus menjalani operasi.
“Saya masih harus minum obat setelah operasi untuk tetap bermain bulu tangkis dan ini mempengaruhi saya ketika saya bangun tiga atau empat kali di malam hari karena sakit perut,” kata Goh.
“Dosis obat saya perlu ditingkatkan karena intensitas dalam pelatihan dan pertandingan semakin tinggi dan itu juga disertai dengan efek samping," tuturnya.
“Saya hanya bisa makan satu kali sehari biasanya di malam hari. Dan ketika saya harus berlatih atau bermain pertandingan di siang hari, saya tidak memiliki energi yang cukup. Sama seperti saat puasa,” jelasnya," tuturnya.
“Saya merasa bisa menyesuaikan diri dan mengatasi semua ini,” kata juara dunia junior dua kali itu," pungkasnya.
Baca Juga: Performa Menurun Setelah All England, Fikri/Bagas Terlalu Cepat Jadi Juara?