Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Sektor ganda campuran Indonesia belum memperlihatkan prestasi yang signifikan setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pensiun dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti terdegradasi dari pelatnas, Cipayung, Jakarta.
Ganda campuran Indonesia teratas saat ini ada Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Adnan Maulana/Mychelle Crhystine Bandaso, dan Reyhan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati.
Liliyana Natsir di sela-sela persiapan jelang Audisi Umum PB Djarum 2022 mengakui bahwa dia masih mengikuti perkembangan sektor ganda campuran dunia meskipun tidak terlalu intens.
"Saya masih melihat sekilas perkembangan ganda campuran yang sekarang. Saya lihat masih ada China, Thailand, Jepang," kata Liliyana ditemui media, termasuk BolaSport.com di Kudus, Selasa (18/10/2022).
Baca Juga: Audisi Umum PB Djarum 2022 - Jumlah Peserta Putri Hanya 25 Persen
"Sebenarnya kita masih punya kans karena saya lihat secara teknik, kita tidak kalah. Cuma mereka (lawan) sudah bertengger di top ranking. Mereka sudah cukup lama, kita mengejar. Jadi, ada faktor non-teknis dan mental yang mempengaruhi," ucap Liliyana.
"Saya sudah beberapa kali bertemu mereka dan kalah atau dia sudah ranking segini nih, bagaimana. Jadi, butuh waktu karena semenjak Tontowi, di bawahnya ada Jordan (Praveen Jordan)/Debby, Jordan/Meli (Melati Daeva Oktavianti)."
"Sekarang yang diandalkan pelapis saya saaat dahulu. Mereka merasa ada beban karena harus jadi tulang punggung ganda campuran. Itu tidak mudah juga bagi mereka.
Liliyana menjelaskan bahwa pelatih ganda campuran Indonesia saat ini, Nova Widianto, butuh waktu dan proses untuk menaikkan level ganda campuran Indonesia.
"Saya rasa tim ganda campuran sudah bekerja keras untuk mengimbangi kekuatan ganda campuran dunia. Ya harapannya, ada Rinov, ada Adnan, ada yang di bawah-bawah lagi. Kalian kan posisinya mengejar, tidak usah ada beban," tutur Liliyana.
"Kasih yang terbaik saja untuk mengejar yang sudah ada ranking. Kalian kalah ya wajar karena lawan lebih tinggi rankingnya. Tetapi, sebenarnya posisi kalian lebih enak karena mengejar. "
"Saya pernah merasakan di atas, tidak enak dikejar. Duh saya sudah mau kekejar, saya harus latihan. Bahaya nih dia sudah ranking ketiga. Kalau baru mengejar kan enak. Nah kalian tampil all out saja, toh kalian kalah juga bukan wajar, ya, tetapi rankingnya."
"Dan bukan lawannya kalah, tetapi kalau kalian menang luar biasa. Jadi, itu mindset-nya dibalikkan. Mungkin kemarin kalah straight, lain kali kalah rubber latihannya udah keras, tunjukkan emaksimal mungkin, suatu saat pasti bisa lewat kok, berprogress, jangan stuck begitu-begitu saja," kata Liliyana.
Liliyana yang akrab disapa Butet itu mengakui bahwa tidak adanya sosok senior yang jadi panutan di pelatnas turut memengaruhi performa ganda campuran Indonesia.
"Mungkin ada juga, ya. Kita tidak bisa pungkiri karena kehilangan sosok senior yang jadi panutan mungkin ada juga pengaruhnya," ujar peraih medali emas ganda campuran Olimpiade Rio 2016 bersama Tontowi Ahmad itu.
"Coach Nova juga pernah bicara, ya, itu pasti ada. Namun, itu tidak bisa menjadi satu rintangan juga. Teman-teman ganda campuran juga mau tidak mau, sekarang harus berusaha maksimal. Latihan saya rasa udah sama-sama keras."
"Coach Nova udah tahu dulu persiapan waktu kami ke Olimpiade seperti apa setelah Kak Richard. Dia sudah tahu juga program-program latihan, tinggal bagaimana atletnya ya keluar dari ketidak percayaan diri mungkin," kata Liliyana.
"Atau kok saya beginibegini saja tidak bisa tembus. Harus keluar dari pikiran-pikiran yang mengganggu dari secara non-teknis. Kalau dari teknis saya rasa mereka sudah bisa smes, bisa net, semua bisa."
Menurut Liliyana, hal yang membedakan adalah saat menangani poin kritis dan mengambil keputusan seperti apa.
"Belajar, evaluasi, itu yang paling penting. Ini sekarang bagaimana peta kekuatan ganda campuran, oh seperti ini, berarti saya juga harus bisa mengimbanginya seperti ini. Dari atlet juga harus, jangan berharap dari pelatih saja," aku Liliyana.
"Saya rasa atlet juga harus aktif, enggak hanya terima, Ya sudah pelatih kasih segini, atlet juga harus melakukan lebih. Lekurangan saya apa, saya nonton. Sekarang era canggih, tinggal nonton di youtube videonya seperti apa tuh, nonton video untuk tahu kekuarangan diri."
"Apa yang perlu saya tambahkan karena posisinya mengejar bukan mempertahankan. Mengejar itu harus lebih dari Latihan yang sekarang sehingga bisa berprogress dan mengejar yang atas-atas," ucap Liliyana.
Liliyana mengaku sudah berbicara dengan Nova meski tidak secara rinci.
Baca Juga: 2 Tahun Tak Digelar karena Pandemi, Peserta Audisi Umum PB Djarum 2022 Capai 2000 Peserta
"Saya rasa coach Nova juga punya cukup pengalaman, pernah bareng ka richard juga, ya harusnya coach nova sudah tahu lah apa program dan apa yang harus dikasih ke atletnya."
"Tinggal harus sabar. Butuh progress tidak bisa instan. Ya doakan saja ganda campuran bisa kembali lagi menjadi andalan indonesia. Inginnya prestasi ganda campuran selevel ganda putra karena dulu kita bersaing," tutur Liliyana.
"Dari zaman saya sama Nova, saya sama Owi bersaing dengan ganda putra. Mereka juara, kami juga mau juara, maksudnya bersaing secara sehat, ya, maksudnya positif. Harapan saya, ganda campuran bisa setara dengan ganda putra seperti dulu."
"Namun, seperti saya bilang tidak mudah. Mudah-mudahan tahun depan muncul andalan-andalan ganda campuran Indonesia," ucap Liliyana.