BOLASPORT.COM - Dalam catatan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) selama Tragedi Kanjuruhan, mereka merekomendasikan agar PSSI segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).
Lantas apakah
KLB bisa membuat sepak bola Indonesia lebih maju atau tidak?
Ketua Tim Penyusun Statuta
PSSI, Dali Tahir, turut merespon dorongan untuk dilakukannya
KLB PSSI pasca
Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.
Menurutnya, ada kemarahan yang membuat beberapa pihak untuk segera menggelar
KLB PSSI.
Sebagai mantan praktisi sepak bola nasional, ia memahami tekanan itu.
Pria yang juga mantan anggota Komite Etik FIFA dan pendiri Liga Galatama itu sempat mengalami berbagai momen krusial di
PSSI.
Dali Tahir menghargai pandangan banyak orang yang meminta
PSSI harus segera menggelar
KLB.
Meski begitu, ia kembali menanyakan apakah
KLB PSSI bisa berdampak positif atau tidak.
"Nurdin Halid digempur, didemo selama delapan bulan, juga tidak membuat
PSSI menjadi baik. Mengapa? Karena dasar penggulingan itu emosi yang berlebih," ucap Dali Tahir.
Dali Tahir mengajak melihat semua persoalan dengan jernih.
Ia juga ingin semua pihak untuk taat aturan.
Salah satu tersangka itu yakni Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB), Akhmad Hadian Lukita.
"Ada hukum positif. Kejarlah para pembuat masalah."
"Saat ini ada enam tersangka, apakah sudah cukup atau masih akan bertambah? Terus pantau itu," kata Dali Tahir.
Menurutnya, di sana diatur cara bagaimana mekanisme
KLB.
Ketua Tim Penyusun Statuta PSSI, Dali Tahir
"Taati itu dengan baik dan simpan emosi serta kemarahan di dalam saku."
"Ratusan korban Kanjuruhan itu harus dihormati, bukan dijadikan yang berbeda."
"Satu jiwa terlalu besar untuk ditukar dengan apa pun," tegasnya.
Dalam hal ini, ia ingin mengajak semua pihak menghargai dan menghormati para korban dengan melangkah di jalur yang benar.
Dikatakan olehnya, jika melangkah dengan penuh emosi dan kemarahan, belum tentu juga dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik.
"FIFA itu punya prinsip, apa saja boleh terjadi, tapi sepakbola tidak boleh mati."
"Jika ada yang marah dan ada yang berkomentar seperti mengusir FIFA, saya bertanya, apakah sepak bola hidup tanpa FIFA."
"Harus diingat bahwa pemilik sepak bola itu FIFA, hak patennya ada pada FIFA."
"Sekali lagi, bukan berarti kita ingin melupakan korban dan penelusuran kasusnya."
"Semua harus tetap berada dalam koridor hukum sepakbola," tegasnya.