Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan atau Iwan Bule memilih bersedia menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).
Keputusan tersebut diambil setelah rapat Exco di kantor PSSI, GBK Arena, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (28/10/2022) malam.
Meski secara resmi hanya dua klub yang bersurat ke PSSI yakni Persis Solo dan Persebaya, Iwan Bule memastikan pihaknya siap melakukan KLB.
Menurut pasal 34 statuta PSSI, untuk menuju KLB, dibutuhkan lima tahap.
Pertama, 2/3 dari 88 pemilik suara, harus setuju.
Kedua, adanya permintaan dari Exco.
Selain itu, dibutuhkan waktu paling cepat tiga bulan sejak diajukan.
Di samping itu, apa-apa yang akan dilakukan dituliskan dalam permintaan.
Baca Juga: Saddam Gaffar Mengerikan saat PSS Sleman Menang 14-0, Akui Masih Terhambat Cedera
KLB harus dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.
Jika PSSI tidak juga menggelar KLB, maka anggota yang memintanya dapat mengadakan kongres sendiri sebagai upaya terakhir.
Untuk melancarkan semua, anggota bisa meminta bantuan AFC dan FIFA.
Anggota PSSI harus diberitahukan mengenai tempat, tanggal serta agenda sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal diadakannya KLB.
Baca Juga: Exco PSSI Haruna Soemitro Resmi Mundur dari Jabatannya
"Saya tidak ingin timbul keretakan di bawah. Saya menghindari perpecahan," kata Ibul pada saya beberapa saat setelah rapat Exco.
"Selain itu, saya juga tidak ingin ratusan ribu orang yang terlibat dalam sepakbola, tersandera," kata Komjen Pol purnawirawan itu yang membuat saya tersekat.
Alasan Iwan Bule mengamini KLB tak lain agar Kompetisi Liga 1 kembali berjalan.
Itu sebabnya, jika kompetisi tidak jalan, maka ratusan ribu tenaga kerja akan terhenti.
Baca Juga: Ketum PSSI Thailand Terancam Dipecat Jika Timnasnya Gagal Raih Emas di SEA Games 2023
Puluhan miliar rupiah juga akan terhenti.
Selain pemain, pelatih, ofisial, dan penonton, dalam lingkup kompetisi pergerakan keekonomian demikian dahsyat.
Nah, jika kompetisi terhenti, maka pengangguran akan bertambah.
"Terbayang betapa para tukang parkir, tukang asongan, pengemudi ojek, angkutan kota, tukang-tukang lainnya akan kehilangan mata pencaharian," katanya lagi.
Baca Juga: Iwan Bule Ajak Semua Pihak Pihak Bergandengan Tangan Demi Sepak Bola Indonesia
Menurut Ibul, tidak sedikit pun dia ingin mempertahankan kedudukannya.
"Tidak ada yang abadi. Jangankan jabatan, nyawa kita pun tak bisa kita pertahankan."
"Jika waktunya telah tiba, kita pun akan dijemput kematian," tutur Ibul.
Sementara itu, rasa duka dan rasa hormat Ibul kepada para korban, tidak akan pernah berkurang sedikit pun.
Baca Juga: Dua Anak dari Shin Tae-yong Ikut TC Timnas U-20 Indonesia di Turki
"Sungguh, ini menjadi satu pengalaman yang tak akan pernah bisa saya tanggalkan," ujar Ketum PSSI yang sesungguhnya akan berakhir jabatannya tahun depan.
PSSI sendiri sudah mengirimkan surat permohonan B ke FIFA.
Dalam surat tersebut disebut bahwa surat resmi permintaan KLB baru dua, tapi tekanan untuk KLB dari banyak pihak begitu besar.
Disebutkan pula, tekanan untuk KLB disebabkan oleh salah satu butir keputusan tim TGIPF bentukan pemerintah.
Baca Juga: Kesan The Jakmania Jumpa Hanno Behrens dan Abdulla Yusuf di Persija Official Store
Sebagai anggota FIFA, PSSI bermohon agar induk federasi sepakbola dunia itu mengizinkan terselenggaranya KLB.
Namun, mantan anggota Komite Etika FIFA Dali Tahir menilai desakan KLB seperti ini bukan pertama kali terjadi di PSSI.
"Model desakan seperti ini bukan yang pertama kali."
"Ali Sadikin, dikudeta. Lalu, Nurdin Halid (NH) didemo, tidak tanggung-tanggung 11 bulan, 2010-2011. Demo yang jelas-jelas dikoordinir," kata Dali Tahir, Minggu (30/10/2022).
Baca Juga: Pengakuan Unik Wisatawan Jepang soal Persija dan Timnas Indonesia
Bahkan menurutnya di jaman Nurdin Halid, sampai ada PSSI tandingan, buntut tak gamangnya Ketua Umum PSSI saat itu untuk menggelar KLB.
Sayang, Dali Tahir mengatakan jika KLB PSSI di era Nurdin Halid pun nyatanya tak mengubah federasi sepak bola Indonesia menjadi lebih baik.
"Sedihnya, PSSI tidak juga bisa bangkit. Saya tidak ingin menuding saat ini sama dengan 2010-2011."
"Tapi, sebagai orang tua yang selama 40 tahun berkecimpung di sepakbola dalam negeri dan luar negeri, hanya mengingatkan PSSI pernah mengalami hal seperti itu," tuturnya.
Baca Juga: Duka Cita Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong untuk Tragedi Itaewon
"Jika memakai pepatah lama 'Keledai saja tak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali'."
"Artinya, sebodoh-bodohnya orang, ia tak akan mengulang kesalahan sebelumnya," tutup Dali Tahir yang juga merupakan Ketua Tim Perumus Statuta PSSI tersebut.