Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kegagalan Valentino bersama Ducati menjadi sejarah di MotoGP. Membawa ambisi besar untuk menjadi nomor satu, The Doctor malah babak belur.
Kedatangan Valentino Rossi ke Ducati pada 2011 sebenarnya berhasil menarik atensi yang besar.
Sebab, kolaborasi ini menyatukan seorang pembalap megabintang dengan produsen motor ternama dari negara asalnya yaitu Italia.
Seperti Sri Paus sedang mengendarai Ferrari, demikian analogi yang muncul untuk menggambarkan betapa megahnya kemitraan ini.
Rossi tidak pernah membela pabrikan Italia sejak naik ke kelas utama. Tujuh titel GP500/MotoGP direngkuhnya bersama Honda dan Yamaha dari Jepang.
Sayangnya, karier juara dunia sembilan kali ini justru hampir tamat ketika mengalami dua musim penuh bencana bersama Desmosedici, motor Ducati di MotoGP.
Magis Rossi dan kepala kru kawakan, Jeremy Burgess, seolah hilang ketika janji untuk mengubah Ducati menjadi juara lagi tak kesampaian.
Untuk pertama kalinya Rossi gagal menang dalam semusim kejuaraan. Dia bahkan cuma tiga kali finis di posisi podium dalam 35 balapan.
"Come vado (Bagaimana kondisi saya)?" kata Rossi dalam grafis bernada satire pada helm spesialnya untuk balapan MotoGP San Marino musim 2012.
Baca Juga: Riwayat Neraka 2 Musim, Valentino Rossi Benar-benar Jadi Beban Ducati
Kegagalan Rossi ini di satu sisi menegaskan legasi rivalnya, Casey Stoner, sebagai salah satu pembalap jempolan yang pernah ada pada MotoGP.
Stoner masih menjadi satu-satunya pembalap yang menaklukkan predikat Ducati sebagai motor sulit dengan menjadi juara bersamanya pada 2007.
Rekor Stoner baru terpecahkan 15 tahun kemudian, yaitu pada MotoGP 2022 melalui Francesco Bagnaia, pembalap akademi besutan Rossi.
Wajah Ducati sekarang tak sesuram semasa zaman Rossi. Saat ini hampir semua pembalap Ducati mampu tampil kompetitif.
Dari delapan pembalap bermotor Ducati yang tampil pada MotoGP musim 2022, enam di antaranya berhasil mengemas hasil podium.
Malahan selalu ada pembalap Ducati di tangga podium dalam 26 balapan terakhir di MotoGP. Dengan persaingan yang sangat ketat, ini bukan rekor sembarangan.
Pembalap penguji Ducati, Michelle Pirro, mencoba menjelaskan perbedaan antara motor Desmosedici sekarang dengan era Rossi.
"Saat saya mengujinya, saya tahu kenapa Valentino gagal dengan tujuannya untuk bisa bersaing bersama Ducati," ujar Pirro, dilansir dari GPOne.
"Ducati saat itu adalah motor yang bisa membuat kita tidak tahu apakah kita akan keluar saat masuk ke tikungan."
Baca Juga: Kata Bagnaia, Jangan Remehken Sang Juara Mandalika Oliveira pada MotoGP 2023
"Ban depannya tidak memberikan kita kepercayaan diri, dan pembalap normal, dalam arti yang mengandalkan ban depan seperti Rossi atau Jorge Lorenzo, akan kesulitan."
"Sementara Stoner menggunakan ban belakang karena dia datang dari (disiplin) dirt track."
"Valentino tidak bisa membuat perbedaan karena kita harus mengendarainya di luar insting tetapi kita akan terjatuh jika terlalu berlebihan."
"Jadi kita mengambil setengah langkah maju dan dua langkah mundur. Ketika pembalap kurang percaya diri, habis sudah, sulit situasinya."
Pirro ikut berperan dalam pengembangan motor Desmosedici hingga dipandang sebagai motor terbaik di MotoGP saat ini.
Dianggap sebagai salah satu test rider terbaik, pemenang lomba grand prix ini telah menjadi anggota tetap tim pengujian Ducati sejak 2013.
"Tidak mudah mengukur sensasi seorang pembalap, kita tidak bisa melihatnya dengan data, meningkatkannya adalah kerja sama tim," paparnya.
"Valentino datang di waktu terburuk, tetapi Pecco (Bagnaia), pembalap Italia lainnya, kemudian berhasil melakukannya."
Baca Juga: Argentina Juara Piala Dunia, Pembalap MotoGP Ramai-ramai Kirim Ucapan