Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pelatih timnas U-20 Indonesia, Shin Tae-yong mencurahkan semua emosinya terkait permasalahannya mempersiapkan skuad Garuda Nusantara.
Seperti diketahui, situasi saat ini tak mendukung Shin Tae-yong sama sekali untuk mempersiapkan timnas U-20 Indonesia.
Bahkan sejak Shin Tae-yong memanggil 30 nama pemain untuk mengikuti pemusatan latihan (TC) jelang Piala Asia U-20 2023 sudah tak berjalan lancar.
Permasalahan dari beberapa klub yang masih enggan melepas pemainnya hingga perkara dua pemain andalannya mendadak ke Eropa.
Baca Juga: Ketum PSSI Singgung Tata Krama Thomas Doll yang Menyebut Shin Tae-yong Badut
Setelah memimpin latihan timnas U-20 Indonesia di Lapangan A Senayan, Jakarta, Rabu (15/2/2023), Shin Tae-yong pun menuangkan segala perasaannya kepada wartawan.
Setelah menyelesaikan wawancara bersama wartawan, Shin Tae-yong mengungkapkan perasaannya selama melatih timnas Indonesia.
Pelatih asal Korea Selatan itu berbicara terkait tantangan dalam melatih skuad Garuda baik dari level usia hingga senior.
Namun, hal yang membuatnya lelah akhir-akhir ini yakni saat ia kesulitan memanggil pemain timnas U-20 Indonesia.
Padahal pemanggilan pemain timnas U-20 Indonesia ini bertujuan untuk mempersiapkan diri menuju Piala Asia U-20 dan puncaknya pada Piala Dunia U-20 2023.
Menurutnya dari 1 Februari 2023, ia sudah memanggil 30 pemain.
Tetapi hingga Rabu (15/2/2023), tak semua pemain yang dipanggilnya bergabung dengan tim.
Hal itu pun membuatnya pusing karena ia mengalami kesulitan dalam mempersiapkan tim menuju Piala Dunia U-20 2023.
Baca Juga: Ketum PSSI Singgung Tata Krama Thomas Doll yang Menyebut Shin Tae-yong Badut
Shin Tae-yong bahkan mengaku sebanyak 80 persen pemain andalannya tidak kunjung bergabung dengan skuad Garuda Nusantara.
Tentu saja hal itu membuatnya kesulitan karena memang beberapa pemain seperti Marselino Ferdinan, Ronaldo Kwateh, hingga Muhmmad Ferarri belum juga ikut latihan.
Hal ini karena Marselino dan Ronaldo secara mendadak bergabung dengan klub Eropa dan Shin Tae-yong tak mengetahui ini awalnya.
Sementara itu, Ferarri memang belum bergabung karena Persija Jakarta masih membutuhkan jasanya untuk menghadapi laga-laga Liga 1.
Mereka adalah pemain-pemain andalan Shin Tae-yong disetiap timnas U-20 Indonesia maupun timnas senior tampil.
Akan tetapi, mereka belum juga ikut bergabung dalam latihan, dengan ini tentu saja Shin Tae-yong merasakan tantangan luar biasa.
Bahkan ia mencurhakan semua perasaannya kepada awak media.
“Skuad (timnas U-20 Indonesia) 80 persen pemain intinya tidak datang,” ujar Shin Tae-yong kepada awak media termasuk BolaSport.com, di Lapangan A, Senayan, Rabu (15/2/2023).
“Bagaimana kita bisa persiapkan pertandingan dengan baik? Ini berbeda dengan Korea Selatan, semua di sana persiapan dilakukan dengan baik,” ucapnya.
Lebih lanjut, Shin Tae-yong bahkan membandingkan bagaimana Indonesia yang mengganggap mudah Piala Dunia U-20 2023.
Menurutnya, sebagai negara yang ingin sepak bolanya maju, seharusnya tidak berpikir demikian.
Mantan pelatih timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu mengatakan Indonesia harus bisa menganggap semua pertandingan itu penting.
Termasuk Piala Asia U-20 2023 yang juga sebagai babak Kualifikasi menuju Piala Dunia U-20 2023.
Menurutnya, meski timnas U-20 Indonesia dipastikan sudah lolos ke Piala Dunia U-20 2023 karena tampil sebagai tim tuan rumah.
Seharusnya Indonesia tidak bisa menganggap Piala Asia U-20 mudah karena ini sama pentingnya.
Apalagi dalam Piala Asia U-20, Indonesia juga akan menghadapi lawan-lawan yang tak kalah hebat seperti Uzbekistan, Arab Saudi hingga yang lainnya.
Pelatih berusia 52 tahun itu menilai bahwa Indonesia tidak hanya bisa berjalan di tempat saja.
“Tidak tahu ini di Indonesia terlalu menganggap Piala Dunia gampang atau bagaimana?"
"Asal tanding saja yang penting ikut serta gitu?"
"Kalau persiapan kita seperti ini ya tidak akan sama sekali bisa mempersiapkan dengan baik,” kata Shin Tae-yong.
Ia juga menceritakan bagaimana saat mempersiapkan timnas di Korea Selatan.
Menurutnya di Korea Selatan ia hanya membutuhkan waktu sekitar 10 hari dalam mempersiapkan timnas kelompok umur.
Semua sistematis dan mudah, tetapi itu tidak bisa diaplikasikan saat ia melatih timnas Indonesia.
Ia mengeluhkan bagaimana sistem di Indonesia tidak tertata dengan baik.
Sehingga permasalahan terus terjadi dari kompetisi usia muda yang tidak berjalan dengan baik.
Hingga kualitas pemain yang kurang, sehingga membuatnya harus menggelar TC jangka panjang demi memperbaiki apa yang kurang dari pemain.
Hal ini tak lepas dari pemain muda yang kurang waktu bermain.
“Kalau di Korea Selatan persiapan tidak seperti ini. Di sana sangat sistematis, sesuai dengan road map, kalau begini belum tentu kita bia lolos dari fase grup (Piala Asia U-20),” kata Shin.
“Bukan apa-apa, saya hanya minta ketegasan dan pengorbanan dari masing-masing tim. Kapan lagi kita bisa lolos ke Piala Dunia. Apakah kita mau jauh lebih baik atau cukup stay disitu-situ saja?,” lanjutnya.
“Piala Dunia sepertinya dianggap simpel seperti hanya 'oh yaudah', tanding? oh yaudah. Tidak akan bisa seperti gitu. Jangan pikir seperti itu.”
Lebih lanjut, Shin Tae-yong juga menceritakan bagaimana ia tak istirahat sama sekali.
Ia mengaku selama melatih timnas Indonesia ia tak hanya memegang satu tim.
Tetapi ia memegang tiga tim sekaligus yakni timnas U-20, timnas U-23, dan timnas senior.
Situasi ini pun membuatnya sedikit istirahat karena setelah selesai mempersiapkan skuad Garuda Nusantara.
Shin harus segera mempersiapkan timnas senior dan itu selalu berlanjut setiap ada event.
Dengan begitu, Shin Tae-yong mengaku capek dan melelahkan.
Baca Juga: Akui Kenal Calon Ketum PSSI Erick Thohir, Ini Permintaan Shin Tae-yong pada Penerus Iwan Bule
Namun, karena itu tanggung jawabnya ia berusaha melakukan semakismal mungkin.
Walaupun ia merasa capek karena situasinya tidak mendukung.
Banyak tim yang masih keberatan melepas pemainnya hingga Shin pun menyebut tim tersebut hanya mencari untung sendiri.
Padahal ia menilai timnas Indonesia juga penting.
“Capek, melelahkan, sedikit istirahat. Sejak ke Indonesia saya sedikit istirahat,” tuturnya.
“Kalau di Korea hanya 10 hari TC selesai. Masih ada banyak waktu untuk berpikir. Begitu datang ke Indonesia, 12 bulan penuh,” pungkasnya.