Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dia harus melawan kepentingan tim lain, meyakinkan Honda untuk menyewakannya RC211V satelit dan mengambil risiko untuk mewujudkan mimpi kelas utama menjadi kenyataan.
Pada satu tahap sepertinya upaya besar tidak akan terwujud, tetapi itu terjadi, dan itu adalah lompatan besar yang dia lakukan sebagai pembalap.
Menurut Cecchinello, Stoner punya keputusan besar untuk menjalankan proyek MotoGP tahun 2006.
“Saya memberi tahu Honda jika mereka dapat mendukung saya, saya dapat memasukkan semua uang saya dan saya yakin kami dapat melakukannya. Honda sangat menginginkan Casey di tim. Saya tidak akan pernah 'mempertaruhkan' semua uang saya untuk proyek itu tanpa pria yang tepat.” Ucapnya.
“Tanpa Casey, Honda tidak akan memberi kami kemungkinan besar untuk balapan dengan mesin pabrik satelit, ban Michelin… Tanpa dia kami tidak akan berada di MotoGP,” lanjutnya.
Jelas dari kata-kata itu bahwa Cecchinello memiliki kepercayaan besar pada kemampuan Stoner, tetapi apa yang paling menonjol baginya tentang pembalap muda itu?
Baca Juga: Luis Milla Soroti Permainan Persib Bandung di Babak Kedua Meski Pesta Gol ke Gawang RANS Nusantara
“Dia segera bisa memahami bagaimana melaju cepat di setiap trek, dia bisa membaca tata letak, memilih garis. Ini yang selalu bikin kita terkesan,” ujarnya.
“Dia selalu mengejutkan saya dengan caranya menghadapi balapan, dia selalu berpikir dengan cara yang positif. Dia selalu berpikir itu mudah, itu bukan masalah. Saya selalu menyukai mentalitasnya.” Lanjutnya.
Setelah satu musim dengan LCR di MotoGP, Stoner diambil oleh Ducati untuk tim pabrikannya pada tahun 2007, tahun dimana dia mulai bekerja dengan kepala kru saat itu Gabarrini.