Menurut mantan Ketua KOI itu tidak ada diskriminasi untuk pemain
naturalisasi yang kini bermain di klub Indonesia.
Setiap klub diperbolehkan mendatangkan pemain-pemain
naturalisasi untuk memperkuat tim.
Madura United menjadi klub paling banyak yang mengumpulkan pemain
naturalisasi yakni empat orang.
Selanjutnya di susul Persib Bandung dengan tiga pemain naturalisasinya yaitu Marc Klok, Victor Igbonefo, dan Ezra Walian.
Meski begitu ada beberapa klub yang tidak mempunyai pemain
naturalisasi yakni PSM Makassar, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Bhayangkara FC, Persita Tangerang, PSIS Semarang, Arema FC, Persikabo 1973, Dewa United, Persik Kediri, dan Barito Putera.
Adanya rencana peraturan tersebut membuat beberapa pemain
naturalisasi kesal dan mengutarakannya di media sosial.
Padahal, mereka menganggap sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan sepatutnya disamakan dengan pemain lokal.
Para pemain
naturalisasi itu juga kesal karena ada rencana
PSSI menambah kuota pemain asing untuk musim depan.
Nantinya setiap klub boleh mempunyai lima pemain asing dan satu pemain Asia Tenggara.
Menurutnya, rencana ini juga sebagai bentuk agar pemain lokal bisa mendapatkan kesempatan bermain.
"Saya rasa gak ada yang diskriminasi kok."
Untuk musim depan,
Liga 2 juga boleh menggunakan dua pemain asing.
"Pertanyaan saya kalau masuk tim nasional ada 24 (pemain
naturalisasi) jadi kami membentuk dua tim nasional," ucap
Erick Thohir.
Isu adanya pembatasan pemain
naturalisasi ini juga sampai ke Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI).
APPI menganggap peraturan ini sama saja melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
"Ini aturan yang semua harus kita mainkan demi keseimbangan."
"Ini peta birunya yang kalian mau, ini yang kami mau dan kita bandingkan mana yang lebih baik," tutupnya.