Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC) Raja Sapta Oktohari mengatakan siap duduk bersama stakeholder terkait agar tidak salah langkah terkait ANOC World Beach Games 2023 di Bali.
Seperti diketahui, Indonesia akan menjadi tuan rumah World Beach Games 2023 di Bali pada 5-13 Agustus mendatang.
Namun, akibat gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, ANOC World Beeach Games (AWBG) pun dibayang-bayangi oleh kegagalan bergulirnya Piala Dunia U-20 2023 di Tanah Air.
Baca Juga: Gubernur Bali Tolak Kehadiran Israel di AWBG 2023, Menpora Bergerak Cepat
Hal ini karena ancaman pembatalan tuan rumah AWBG menyusul penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster terhadap kedatangan Israel.
Ketua NOC Indonesia itu memang berharap ANOC World Beach Games 2023 ini bisa berlangsung di Bali dengan aman dan berjalan sesuai rencana.
Untuk itu, agar AWBG ini bisa berjalan dengan lancar dan tanpa ada masalah.
Raja Sapta Oktohari siap duduk bersama dengan stakeholder terkait untuk bisa menyatukan persepsi agar AWBG tetap bisa digelar di Indonesia.
"Saya sampaikan bahwa masalah komunikasi harus tuntas. Kami akan terus berkomunikasi dengan semua pihak supaya bisa jelas duduk perkaranya dimana dan kita coba cari solusi dulu," kata Raja Sapta Oktohari kepada awak media di Jakarta, pada Minggu (9/4/2023).
“Jadi jangan langsung melompat ke kesimpulan jadi prosesnya masih banyak cara-cara yang kita komunikasi,” ucapnya.
Mantan Ketua PB ISSI itu juga menegaskan bahwa kesuksesan World Beach Games ini bukan soal individu.
Menurutnya, ada nama yang lebih besar yakni Indonesia.
Bahkan menurut Okto, apabila Indonesia gagal menjadi tuan rumah AWBG pasti akan ada masalah yang lebih kompleks yang akan terjadi.
Untuk itu, demi hal-hal yang tak diinginkan Okto siap duduk bareng dan berkomunikasi dengan baik agar bisa mencari solusi terbaik.
Okto juga tidak ingin Indonesia salah ambil langkah dalam penyelenggaraan AWBG ini.
"Ada yang jauh leboh besar bukan sekadar Okto atau NOC atau kelompok-kelompok manapun, tetapi Indonesia yang kita cintai, Indonesia Raya ini jadi taruhan," ucap Okto.
"Jangan sampai kita salah langkah dan akhirnya yang jadi korban Indonesia."
"Makanya kami terus mengutamakan komunikasi supaya mendapatkan solusi atau titik tengah," ucap Okto.
Okto juga mengaku telah menjalin komunikasi dengan Gubernur Bali I Wayan Koster.
Ia mengaku orang nomor satu di Pulau Dewata tersebut siap untuk berkomunikasi dan menurutnya ini sebagai sinyal bagus.
Dengan sikap ini, Okto menilai bahwa semua pihak saat ini juga ingin membawa Indonesia lebih baik dan dikenal di dunia internasional.
Baca Juga: Diharapkan Bisa Manfaatkan Kebaikan FIFA, Transformasi Sepak Bola Indonesia Harus Ditunjukkan PSSI
Untuk itu, demi menyukseskan AWBG 2023, Okto meminta semua pihak untuk menahan diri dan tidak buru-buru dalam mengambil kesimpulan.
"Ini kita lepaskan dulu semua atribut-atribut. Kita lepaskan semua gengsi-gengsi kita mencari solusi jangan langsung melompat ke kesimpulan," ujar Okto.
"Jangan sampai suasana ini masih suasana Ramadhan. Saya minta semua pihak untuk menahan diri karena taruhan ini terlalu mahal kalau kita kalah, kalau sampai ada apa-apa.”
Okto bahkan memberi contoh apabila Indonesia batal menjadi tuan rumah World Beach Games 2023 di
Menurutnya, masalah yang dihadapi Indonesia akan semakin kompleks.
Ia menilai ini akan berbeda dengan Piala Dunia U-20 2023.
Saat Piala Dunia U-20 2023 batal bergulir di Indonesia, federasi dan pemerintah ahanya berurusan dengan satu statuta saja.
Ini akan berbeda dengan AWBG, Okto mengatakan bahwa akan ada banyak cabor yang terlihat di turnamen ini.
Tentu saja ini akan menjadi cerita yang berbeda apabila batal bergulir.
Agar kejadian tak diinginkan terulang< Okto siap berkomunikasi dengan berbagai pihak agar tidak ada yang merasa dirugikan.
Baca Juga: AWBG 2023 Berpotensi Berikan Legacy Positif untuk Generasi Muda
"Ya, saya sudah komunikasi juga dengan Pak Menpora dan stakeholder yang lain, intinya ini tidak bisa sepotong-sepotong harus tuntas dan apa yang terjadi di u-20 itu hanya berharap dengan satu statuta yaitu statuta FIFA," tutur Okto.
"Pada World beach games ada 14 cabang olahraga aritnya ada 14 statua ditambah ANOC dan IOC jadi 16 statuta yang harus kita hadapi," Ucap Okto.
"Saya punya pengalaman pribadi menghadapi satu statuta dan kita kalah, pada saat dijatuhkan sanksi oleh anti-doping, itu pun sudah mengganggu perasaan masyarakat Indonesia."
Okto juga mencontohkan saat Indonesia meraih trofi Thomas Cup ke-14 setelah penantian selama 19 tahun.
Tetapi, Indonesia tidak bisa mengibarkan bendera Merah Putih saat menjadi juara karena sanksi anti-doping tersebut.
"Nah, seperti ini jangan sampai terulang lagi. Jadi, kami mencari sedemikian rupa sehingga semua pihak tidak ada yang dirugikan," kata Okto.