Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Indonesia memiliki harapan baru dengan tunggal putri di Sudirman Cup 2023. Gregoria Mariska Tunjung yang sedang panas berpotensi menghadirkan kejutan.
Tunggal putri sempat menanggung cap buruk sebagai sektor yang paling dipandang sebelah mata di Indonesia karena prestasi yang kurang mengilap.
Tidak ada pemain yang benar-benar mampu bersaing di turnamen atas dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Memulihkan Kejayaan yang Luntur dengan Mengasah Bibit Pejuang sejak Dini
Sorotan negatif pun sempat terpusat kepada Gregoria karena kesulitannya untuk menembus babak-babak awal dari turnamen yang diikuti.
Padahal publik berharap banyak kepada atlet asal Wonogiri itu karena sinarnya yang paling terang di antara pemain-pemain seangkatannya.
Gregoria menjadi bagian dari generasi baru tunggal putri usai pensiunnya pemain senior seperti Maria Febe, Bellaetrix Manuputty, hingga Lindaweni Fanetri pada 2015-2016.
Secercah harapan hadir ketika Gregoria mencatat prestasi gemilang sebagai juara dunia junior pada 2017, tunggal putri Indonesia pertama selama 25 tahun!
Tahun berikutnya, saat usianya belum genap 19 tahun, Gregoria mencapai semifinal turnamen Super 500 (setara Superseries) pertamanya di Thailand Open.
Pemain jebolan Mutiara Cardinal Bandung tersebut juga menunjukkan kematangan saat dipercaya menjadi penampil di event beregu.
Dalam total tujuh penampilan di Uber Cup 2018 dan beregu putri Asian Games 2018, pemain kelahiran 11 Agustus 1999 itu selalu menang.
Bahkan saat turun sebagai tunggal putri pertama Indonesia di Asian Games, dia mengalahkan pemain top seperti Akane Yamaguchi dan Sung Ji-hyun.
Akan tetapi, tantangan mulai hadir pada 2019 ketika Gregoria makin rutin berhadapan dengan deretan elite di tunggal putri.
Walau pertandingannya seringkali ketat, Gregoria selalu kalah saat beradu dengan para jawara di sektornya sepanjang tahun itu.
Kegagalan meraih medali saat nomor perorangan SEA Games 2019 menambah catatan buruk Gregoria pada masa ketika dia diekspektasikan berkembang.
Baca Juga: Rekap Final Bulu Tangkis SEA Games 2023 - Indonesia Borong 4 Medali Emas
Diperlukan waktu dua tahun untuk bangkit.
Setelah proses panjang yang diwarnai pertanyaan terhadap kemampuan diri sendiri, Gregoria bak terlahir lagi pada pertengahan tahun lalu.
Gregoria mulai memberi ancaman. Lawan-lawan kuat kembali diatasinya, termasuk Yamaguchi dalam perjalanan kembali ke semifinal Super 500 pertama sejak 2018.
Saat merebut titel World Tour pertama di Spain Masters 2023, Gregoria pun menerobos pemain berstatus juara dunia yaitu Carolina Marin dan Pusarla Venkata Sindhu.
Tanggal 2 Mei 2023, Gregoria resmi mencapai fase baru dalam karier karena akhirnya menembus ranking 10 besar dunia.
BolaSport.com berkesempatan untuk mendengarkan analisis kebangkitan Gregoria dari pengamat bulu tangkis, Yuni Kartika.
Dalam wawancara di sela-sela berlangsungnya final Superliga Junior di Magelang, Jawa Tengah, Minggu (16/5/2023), Yuni yakin bakat Gregoria sebenarnya istimewa.
Yuni secara khusus memuji kualitas pukulan Gregoria yang disebutnya "segitu jahatnya dan nyusahin orang sebegitunya."
Baca Juga: Sudirman Cup 2023 - Pesan Semangat Hadapi Bersama-sama dari Gregoria
"Saya sih melihatnya seharusnya sudah dari dulu Grego di situ (top 10)," ujar tunggal putri Tim Uber Indonesia yang menjadi juara pada 1994.
"Secara pukulan dia istimewa, artinya bawaan bakat lahirnya excellent. Tapi memang prosesnya, ngendetnya (ketahannya, jw) lumayan lama."
"Juara dunia junior sudah, tetapi butuh berapa tahun untuk sampai ke 10 besar. Dengan kemampuan dia, seharusnya lebih cepet."
"Tapi Puji Tuhan paling tidak dia sudah ada di 10 besar, sekarang dia sudah bisa mengalahkan lawan top 10."
Bagi Yuni, jalur prestasi Gregoria sudah terbuka ketika dia mulai mengalahkan pemain papan atas. Inilah yang lebih penting daripada sekadar ranking.
Kebangkitan Gregoria kali ini tidak terlepas dari keberhasilan untuk berada di situasi yang lebih baik dari sebelumnya.
Jika dahulu momentumnya sering hilang, masih menurut Yuni, Gregoria sekarang sudah bisa menang dan konsisten.
Indonesia pun bisa terkena dampak positif dari naiknya prestasi Gregoria sekarang dalam misi membawa pulang Piala Sudirman yang sudah hilang selama 34 tahun.
Masih berproses, Gregoria terhindar dari tuntutan besar untuk menang, sesuatu yang membuatnya menjadi senjata tak terduga.
Baca Juga: Klasemen Sudirman Cup 2023 - Indonesia Lolos dari Fase Grup Lebih Cepat dari China
"Paling enak orang itu waktu tahap naik. Ketika orang lagi naik, dia akan menjadi kuda hitam bagi negara manapun yang akan melawan Indonesia," kata Yuni.
"Grego itu ibarat kuda hitam. Menurut saya dia sedang di atas angin karena dia lagi enak-enaknya main dan belum ada beban di pundak dia."
"Beban di pundak itu artinya, kalau di beregu lu harus ambil poin. Itu nanti challenge yang beda lagi."
Yuni merasa tantangan Gregoria saat ini hanya perlu untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya, alih-alih berbicara soal hasil akhir.
"Mungkin bukan ditekankan untuk merebut poin tetapi tampil all out. Menurut saya ini paling enak saatnya bagi Grego untuk bisa membuktikan lebih baik," paparnya.
"Karena beda kalau orang dibebani harus dapat poin, berbeda secara mentality sebagai pemain. Jadi lebih lepas."
Gregoria sendiri selalu turun dalam dua pertandingan yang telah dijalani di Sudirman Cup 2023 dan selalu menang.
Pemain yang telah menembus World Tour Finals ini mengalahkan Talia Ng dari Kanada (21-14, 21-13) dan Yvonne Li dari Jerman (21-8, 21-14).
Ujian bagi Gregoria berpotensi hadir saat Indonesia menghadapi Thailand untuk posisi juara grup.
Gregoria berpeluang untuk menghadapi mantan ratu bulu tangkis, Ratchanok Intanon, yang belum berhasil dikalahkannya.
Selain itu kepastian kelolosan Indonesia ke fase knock-out membuat Gregoria bakal dinanti lawan-lawan kuat lainnya.
Pertandingan Indonesia vs Thailand di laga terakhir babak penyisihan grup akan berlangsung pada Kamis (18/5/2023) mulai pukul 10.00 WIB.