Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Final Liga Champions antara Manchester City vs Inter Milan menjadi akhiran yang ideal sebagai penutup kompetisi.
Manchester City dan Inter Milan memperebutkan trofi Si Kuping Besar dalam final Liga Champions di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul, Turki.
Laga pungkasan tersebut berlangsung pada Sabtu (10/6/2023) pukul 22.00 waktu setempat atau Minggu 02.00 dini hari WIB.
Kalau parameternya statistik di Liga Champions, partai ini merupakan paradoks paling ideal sebagai penutup musim.
Manchester City dan Inter Milan merupakan dua tim terbaik yang mewakilkan kekuatan bertolak belakang.
Skuad Biru Langit asuhan Pep Guardiola paling menonjol dalam segi penyerangan.
Baca Juga: Final Liga Champions - Manchester City Vs Inter Milan, Bentrokan Calon Peraih Treble Winners
Adapun mesin perang besutan Simone Inzaghi paling solid ihwal menjaga pertahanan.
Benturan dua karakter inilah yang akan menghasilkan sajian yang sempurna, tentu dengan syarat kedua tim menunjukkan kemampuan di titik terbaiknya masing-masing.
Menurut statistik UEFA yang dikutip BolaSport.com, Manchester City merupakan tim tersubur dengan 31 gol di UCL musim ini.
Dengan rataan mencetak 2,58 gol per partai, Erling Haaland dkk unggul telak dari klub tertajam yang kedua, Real Madrid (26 gol, rasio 2,1 per partai).
Tentu saja keganasan ini amat dipengaruhi figur Haaland sebagai predator unggulan.
Bomber Norwegia tersebut tak terbantahkan akan menjadi top scorer Liga Champions musim ini dengan koleksi 12 gol hingga semifinal.
Sebagai komparasi, catatan gol Haaland seorang sudah mencakup nyaris tiga perempat jumlah gol total Inter Milan (19).
Baca Juga: Final Liga Champions - Maaf Manchester City, Treble Winners MU Tetap Lebih Spesial
Angka gol tertinggi dipengaruhi pula oleh frekuensi percobaan yang mereka lakukan.
Man City lagi-lagi jawara kalau soal menyiksa pertahanan musuh dengan tusukan peluang.
Mereka tim paling agresif dengan melepaskan 193 tembakan, di mana 85 buah di antaranya tepat sasaran.
Itu berarti rata-rata 16 kali anak asuh Pep menghunjamkan tembakan tiap partai.
Permainan agresif ditunjang dengan aksi mendominasi lawan selama pertandingan.
Man City rata-rata mencatatkan penguasaan bola 59,8%, hanya kalah dari mantan klub asuhan Pep, Barcelona.
Namun, Kevin de Bruyne dkk superior dalam mengelola aliran bola berkat catatan 7.786 operan total yang menjadi jumlah passing terbanyak dengan akurasi tertinggi pula, 90,4%.
Masih kurang?
Jangan lupakan peran De Bruyne si pendobrak pertahanan musuh melalui eksekusi maupun operan presisinya.
Gelandang serang elegan asal Belgia merupakan raja assist Liga Champions musim ini dengan jumlah 7 buah.
Paradoks makin jelas dan seru kalau melihat Inter Milan memiliki fitur kekuatan yang bisa menetralkan agresivitas Manchester City.
Kalau City dominan dalam aspek-aspek menyerang, Inter mencuat di ranah statistik urusan pertahanan.
I Nerazzurri merupakan tim pemilik clean sheet terbanyak sejauh ini.
Andre Onana dkk menjaga gawangnya steril dalam 8 pertandingan.
Masing-masing saat menghadapi Viktoria Plzen (2-0, 4-0), Barcelona (1-0), Porto (1-0, 0-0), Benfica (2-0), dan AC Milan (2-0, 1-0).
Kalau Haaland jadi figur terdepan soal ancaman gol, Onana merupakan jagoan utama dalam menyelamatkan gawang.
Baca Juga: Inter Miami Belum Siap dengan Lionel Messi, Stadionnya Tak Sampai Seperempat Gelora Bung Karno
Kiper asal Kamerun melakukan 45 penyelamatan, unggul 3 di atas penjaga gawang tersibuk berikutnya, Thibaut Courtois.
Inter juga punya senjata buat menangkal permainan kaki ke kaki yang indah dari Manchester City berupa tekel-tekel tajam pemainnya.
Pasukan Milano Biru mencatat jumlah tekel terbanyak dengan 179 kali.
Menjadi bahaya bagi Man City karena dari aksi merebut bola ini, Inter bagaikan sekumpulan pemain keras kepala - dalam arti positif - yang tak mau tunduk begitu saja kendati ditekan musuh.
Mereka suka memulihkan penguasaan guna melancarkan serangan kilat yang biasanya direk menuju kedua sayap ataupun striker.
Nerazzurri membukukan angka balls recovered tertinggi dengan 461 kali, di mana data ini krusial sebagai bukti kemampuan mereka membangun serangan dari hasil mematahkan aksi lawan.
Masih kurang? Tambahkan catatan bahwa Inter Milan juga melakukan aksi sapuan terbanyak dengan 286 kali clearance di pertahanannya.
Data tersebut membuat awak Manchester City kudu siap-siap memutar otak guna mendobrak pertahanan yang dikawal Francesco Acerbi cs.
Namun, lini belakang Inter bukannya tak bisa ditembus.
Onana sudah 10 kali memungut bola dari gawangnya dan bahkan ada 12 klub yang memiliki angka kebobolan lebih baik dari mereka.
Hal menarik, justru Manchester City yang memuncaki daftar tim paling sulit dibobol karena baru 5 kali kemasukan.
Bukti bahwa permainan progresif dan dinamis ala Pep ampuh menyediakan sangat sedikit celah untuk dieksploitasi lawan.
Alarm keras bagi pasukan Inzaghi agar memaksimalkan pula peran Romelu Lukaku, Lautaro Martinez, atau Edin Dzeko di samping mempertahankan kesolidan lini belakangnya.
Baca Juga: Lionel Messi ke Inter Miami, 3 Rekor Cristiano Ronaldo di Liga Champions Aman!
Perang strategi antara tim progresif versus reaktif ini akan menghasilkan pemenang trofi Liga Champions edisi ke-68.
Perbandingan Aspek Utama Ofensif vs Defensif