Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Masalah berlarut-larut Yamaha dalam menyalip menjadi beban Fabio Quartararo saat menatap seri balap ketujuh MotoGP Jerman 2023.
Jeblok dan turun drastis, dua hal itulah yang mungkin sangat melekat pada sosok Quartararo pada MotoGP 2023.
Juara dunia satu kali itu masih tak kunjung mendapat peak-performance dia bersama Monster Energy Yamaha sampai jelang paruh pertama musim ini.
Baca Juga: MotoGP Jerman 2023 - Oase bagi Marc Marquez di Tengah Risiko Kena Mental
Dalam enam seri MotoGP 2023 yang telah menggulirkan 12 kali balapan, termasuk sprint, El Diablo sama sekali belum pernah juara.
Podium pun hanya diraihnya satu kali saat tampil di seri Amerika Serikat.
Pembalap asal Prancis itu dibuat menderita di atas YZR-M1 miliknya.
Ia pun mulai dihadapkan ekspektasi tak menentu jelang MotoGP Jerman 2023 pekan ini di Sirkuit Sachsenring.
Padahal, tahun lalu Quartararo mampu menjuarai sirkuit yang sebelumnya menjadi teritori Marc Marquez dengan penampilan dominan.
Namun, melihat rapor merahnya sepanjang musim ini, tampaknya kesuksesan tahun lalu hampir mustahil bisa didapatkan kembali.
Hal tersebut sudah diakui oleh Quartararo sendiri.
Bukan maksud menyerah duluan, hanya saja El Diablo bersikap realistis lantaran karakteristik Sachsenring yang sempit.
"Tahun lalu saya menang di Sachsenring, tetapi satu hal tentang sirkuit ini adalah treknya cukup sempit," ujar Quartararo dalam rilis resmi tim Monster Energy Yamaha.
"Itu membuat manuver menyalip menjadi sulit. Karena itu kami harus menunjukkan performa bagus pada hari Jumat nanti."
"Kami harus start di posisi sebaik mungkin," imbuhnya.
Baca Juga: Klasemen MotoGP 2023 - Bagnaia Kukuh, Marquez Beda Tipis dari Pedrosa karena Terlalu Sering Jatuh
Sesi kualifikasi akan menjadi kunci bagaimana Quartararo bisa menjalankan misinya merebut kemenangan di Sachsenring.
Berkaca pada musim lalu, kemenangan Quartararo tidak terlepas dari keberhasilannya memimpin lomba sejak awal.
Start dari posisi kedua, juara MotoGP satu kali mengalahkan rivalnya, Francesco Bagnaia, di tikungan pertama untuk merebut posisi terdepan.
Quartararo tak tersentuh. Bagnaia terjatuh saat mengejarnya pada lap ketiga. Adapun Johann Zarco yang menjadi runner-up tertinggal 4 detik di belakangnya.
Sayangnya, syarat mendapatkan start di posisi sebaik mungkin bukan lagi perkara mudah bagi Quartararo yang kehilangan taji sebagai jagoan time attack.
Peningkatan tenaga mesin dalam pengembangan disinyalir mengganggu performa Yamaha dalam kecepatan satu lap.
Hasilnya, musim ini Quartararo hanya sekali start dari posisi sembilan besar, tepatnya di posisi ketujuh, posisi ideal untuk mengejar hasil podium di MotoGP saat ini.
Bukan kebetulan, satu-satunya kesuksesan tersebut terjadi di GP Americas, balapan di mana Quartararo mencetak podium satu-satunya musim ini.
Apes, dalam tiga seri berikutnya, pencapaian Quartararo malah jeblok dengan tak pernah lolos ke kualifikasi 2 yang menentukan posisi start 12 pembalap terdepan.
Baca Juga: Jawaban Tak Terduga Valentino Rossi yang Dimintai Saran Marini Saat Gagal Podium di Kandang
Quartararo makin dilema karena pembaruan yang dibawa Yamaha sampai sekarang belum membawa dampak yang diharapkan.
Mulai dari sasis, aerodinamika, dan komponen lainnya, semuanya tidak mendatangkan manfaat yang diharapkan Quartararo dari M1.
"Selama lima seri pertama kami selalu berusaha mencari tahu versi mana dari motor kami yang terbaik," kata Quartararo pada awal bulan ini, dikutip dari Speedweek.
"Akan tetapi, pada akhirnya kami menemukan bahwa semua yang kami coba, tidak bekerja dengan baik," keluhnya.
Silang pendapat tidak terelakkan di dalam internal Yamaha.
Quartararo dan kru ingin bertahan dengan setelan lama demi kestabilan sementara Yamaha ingin sang ujung tombak mencoba pemutakhiran yang mereka temukan.
Jalan tengah akhirnya ditemukan dengan dipertahankannya setelan Quartararo untuk tiga seri beruntun di sisa paruh musim pertama: GP Italia, GP Jerman, dan GP Belanda.
"Tentu saja hal seperti ini membuat frustrasi karena kami menguji banyak hal saat pramusim yang belum pernah saya coba sebelumnya," ungkap Quartararo.
"Lalu pada akhirnya kami tidak menggunakan hal-hal baru ini, jelas membuat frustrasi. Tapi kami harus fokus pada apa yang kami miliki dan melalukan yang terbaik," tandasnya.