Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Manajer Tim CryptoDATA RNF, Wilco Zeelenberg mulai merasakan beratnya mengarungi kompetisi MotoGP 2023 akibat perubahan format baru yang berimbas pada banyaknya kecelakaan.
Wacana perubahan format balapan untuk kelas MotoGP sempat digulirkan kembali.
Pada pekan lalu, 11 tim MotoGP dikabarkan melakukan voting apakah format untuk kelas utama harus diubah mulai dari seri Inggris, sebagai seri pembuka di paruh kedua musim ini usai jeda liburan musim panas.
Tertama berkaitkan dengan format acara pada Jumat dan Sabtu untuk latihan, kualifikasi dan sprint.
Sebagian besar tim memilih agar P1 (45 menit) dan P2 (60 menit) tidak digabung untuk kelolosan menuju Q2.
Sebab P1 masih menjadi sesi latihan pertama yang digunakan pembalap dan tim untuk mencari setelan motor terbaik dan menguji beberapa suku cadang.
Kemudian P3 pada hari Sabtu, diharapkan lebih dipersingkat dari 30 menjadi 20 menit saja.
Agar para pembalap lebih beristirahat guna menyiapkan sesi selanjutnya yang akan menuntut fisik, kualifikasi dan sprint.
Baca Juga: Marc Marquez Terseret Saat Bos Ducati Ungkap Dosa Besar Honda dan Yamaha di MotoGP
Namun tim Ducati menolak gagasan perubahan itu, P1 tetap dianggap penting untuk melakukan time attack.
Kemungkinan karena Ducati merasa aman-aman saja sebab memiliki delapan motor dan pembalap, yang bisa saling berbagi informasi mencoba suku cadang baru.
Namun penentangan dari Ducati itu pun mendapat respon keras dari Wilco Zeelenberg selaku Manajer Tim CryptoDATA RNF, tim satelit Aprilia.
Menurut Zeelenberg, format baru MotoGP 2023 sudah cukup banyak menguras fisik dan psikologis pembalap.
Pembalap sudah banyak merasa tertekan.
"Sekarang, para pembalap MotoGP harus menutup mata mereka (berpura-pura tidak ada yang terjadi) sebanyak tujuh kali setiap pekan dan menanggung segala risiko," kata Zeelenberg dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"Seharusnya P1 di Jumat pagi itu benar-benar hanya untuk sesi latihan bebas saja, bukan untuk memutuskan apakah lolos ke Q2."
"Kita sudah lihat di delapan seri balapan pertama musim ini, betapa banyaknya kecelakaan dan cedera yang terjadi," tambah pria asal Belanda itu.
Selain dari segi kondisi fisik pembalap, Zeelenberg juga merasa kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi juga merembet pada kerugian finansial.
Bahkan dalam satu hari, di satu sesi, ada kecelakaan yang terjadi dalam waktu berdekatan.
"Pada hari Jumat saja, material senilai 1 juta euro harus disapu di Sachsenring (Sirkuit di seri Jerman)," tandasnya.
Perkataan Zeelenberg merujuk pada kecelakaan yang dialami Franco Morbidelli, Takaaki Nakagami, Fabio Di Giannantonio dan Raul Fernandez di Tikungan 1 Sirkuit Sachsenring.
Kemudian Maverick Vinales dan Johann Zarco juga mengalami crash di Tikungan 1.
Ditambah kecelakaan lima kali yang dialami Marc Marquez dalam kurun waktu 40 jam di satu seri Jerman, yang biasanya menjadi sirkuit kekuasaan juara dunia delapan kali itu.
Zeelenberg paham bahwa adanya sprint memang bertujuan untuk menaikkan jumlah penonton MotoGP dan membuat kompetisi makin sengit.
Tetapi menurutnya, penambahan format baru sprint di MotoGP 2023 kurang tepat dalam penerapannya. Sebab Dorna langsung menerapkan untuk semua seri balapan di musim ini.
Padahal, di Formula1, format ini dikenalkan secara bertahap. Jadwalnya pun tidak menumpuk bersama dengan kualifikasi.
"Kita semua adalah peserta dalam pertunjukan ini. Sepeda motor ada di sana untuk didorong hingga batasnya oleh pembalap. Dan semua orang yang terlibat ingin meningkatkan pertunjukan untuk penonton," ucap Zeelenberg memahami.
"Dan tidak dapat disangkal bahwa tahun ini akan ada lebih banyak tontonan daripada tahun-tahun sebelumnya. Namun masalahnya sekarang semuanya (format sprint) terlalu banyak," tandasnya.
Baca Juga: Tujuan Jack Miller Sindir Marc Marquez yang Sedang Terpuruk di Honda