Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Ada 2 alasan yang membuat Barcelona tak mau memulangkan Neymar ke Camp Nou.
Masa depan Neymar bersama Paris Saint-Germain sepertinya tak akan lama lagi.
Hal itu karena sang pemain dilaporkan akan pergi dari Les Parisiens musim panas ini.
Keadaan di atas membuat Neymar dikatikan dengan banyak klub sebagai pelabuhan barunya.
Dilansir BolaSport.com dari Mundo Deportivo, Barcelona dikabarkan akan menjadi klub berikutnya untuk Neymar.
Bahkan, Barcelona dikabarkan sudah mencapai kesepakatan pribadi dengan Neymar.
Dalam kesepakatan tersebut, Blaugrana punya rencana untuk memulangkan Neymar dari Paris Saint-Germain.
Baca Juga: BURSA TRANSFER - Dikompori Pindah Chelsea, Paulo Dybala Jawab dengan 3 Kalimat Singkat
Namun, kabar di atas dengan cepat ditepis oleh Barcelona.
Barcelona dilaporkan ogah memulangkan Neymar ke Camp Nou.
Ada 2 alasan yang membuat Barca tak mau memulangkan Neymar sesuai dengan laporan Goal Internasional yang dinukil BolaSport.com.
Pertama, Barcelona tak mau memulangkan Neymar karena tidak sanggup memenuhi gaji sang pemain yang sangat tinggi.
Apalagi, kondisi keuangan Barcelona belum membaik sehingga memulangkan Neymar dirasa terlalu berat untuk mereka.
Kedua, Barcelona menganggap Neymar akan merusak kekompakan di ruang ganti yang sudah terjalin erat.
Baca Juga: 5 Kandidat Kapten Baru Man United, Maguire Sudah Tak Ada Harapan
Dua alasan di atas membuat Barcelona tak berminat memulangkan Neymar di musim panas 2023.
Syahdan, dengan ditolak oleh Barcelona, Neymar tetap masih punya pilihan lain jika pergi dari PSG.
Ada beberapa klub yang berminat untuk mendatangkan mantan pemain Santos itu.
Manchester United, Chelsea, dan Newcastle United adalah sederet tim yang berminat untuk mendatangkan Neymar.
Kalau mau mendatangkan Neymar, ketiga klub di atas harus menebus Neymar dari PSG dengan harga yang cukup tinggi.
Dalam catatan Transfermarkt yang dinukil BolaSport.com, Neymar kira-kira punya harga pasar sebesar 60 juta euro atau setara Rp1 triliun.