Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kekuatan mental sejak lama menjadi kekuatan Marc Marquez. Akan tetapi, krisis berkepanjangan dan sebuah reaksi tidak terduga membuat karakter unik dari Si Alien menjadi dipertanyakan eksistensinya.
Sulit untuk meragukan bagaimana kekuatan mental turut berperan dalam kesuksesan besar Marc Marquez hingga akhirnya mendapatkan delapan gelar juara dunia.
Siapa yang bisa membantah ketika Marquez tetap berulang kali membuktikan ambisinya tetap bersinar di tengah tekanan yang besar, baik dari luar maupun dari dalam.
Menjuarai kelas utama MotoGP pada musim pertama sebagai rekan setim pembalap bintang, Dani Pedrosa, dan mengulanginya lagi pada musim keduanya, check.
Mengatasi perang urat syaraf dengan jawara balap lainnya, termasuk "intimidasi" dari Valentino Rossi dan penggemarnya, check.
Menang balapan tiga kali dalam semusim setelah mengalami cedera panjang yang mengancam karier balapnya, check.
Bahkan ketika motornya kepayahan, Marquez seperti menemukan cara untuk tetap bersaing di depan dan menciptakan peluangnya sendiri untuk menang.
Akan tetapi, semuanya seperti berubah pada musim ini ketika Marquez menghadapi tembok yang hampir mustahil untuk ditembusnya.
Sebuah kalimat spontan dari mulut Marquez jelang balapan MotoGP Inggris pada akhir pekan lalu pun makin membuat publik bertanya-tanya apakah dia sudah berubah.
"Saya dulu yang terbaik," kata Marquez seperti mencoba mengoreksi, sambil terkekeh.
Kalimat ini menjadi respons Marquez terhadap pertanyaan reporter TNT Sports, Michael Laverty, di barisan pembalap jelang start.
Laverty sebelumnya mengungkit potensi hujan di tengah balapan. Dalam skenario flag-to-flag Marquez disebutnya sebagai "yang terbaik di dunia yang pernah kami lihat".
Di samping rekam jejak Marquez yang bagus, lintasan basah dan adu strategi mengambil motor cadangan juga bisa menetralkan keunggulan teknis rival-rival Honda.
"Masih kok," timpal Laverty yang sayangnya masih dijawab Marquez nada pesimistis. Marquez menunjuk bagaimana dia kesulitan baik saat cuaca cerah maupun hujan.
Baca Juga: Gagal Finis Lagi di MotoGP Inggris 2023, Marc Marquez Perpanjang Periode Tersuram
"Akhir pekan ini kami kesulitan baik saat lintasannya kering atau basah, jadi kita tidak bisa mengharapkan keajaiban atau sesuatu yang luar biasa," imbuh Marquez.
Usai menjelaskan bagaimana dia lebih mengharapkan akhir pekan yang solid untuk melanjutkan progres, Marquez kembali merendah dengan targetnya.
"Sekarang waktunya kami melakukan yang terbaik untuk balapan tetapi jangan mengharapkan posisi di atas 12, kurang lebih," ucap Marquez memungkasi.
Cuplikan video ini kemudian diunggah TNT Sports di media sosial dengan keterangan, "Ini bukan Marc Marquez yang kita kenal - sebuah pertanda tentang kondisi mentalnya?"
Tidak dapat dimungkiri bahwa musim 2023 telah menghadirkan ujian yang tampaknya terlalu besar untuk diatasi oleh Marquez.
Pengembangan motor MotoGP yang makin maju dengan teknologi aerodinamika dan peranti pembantu lain membuat peran pembalap makin berkurang.
Pembalap seperti Marquez yang mengandalkan bakatnya untuk menutupi kekurangan motor menjadi kesulitan untuk membuat perbedaan.
Emosi negatif akhirnya menghinggapi Marquez.
Tidak hanya sekali dia menunjukkan perasaan frustrasinya secara terang-terangan di lintasan alih-alih tetap cuek dan tenang seperti biasanya.
Baca Juga: Nestapa Marc Marquez di MotoGP 2023 Belum Berhenti, Jorge Lorenzo Ingatkan Gejala Kena Mental
Saat balapan MotoGP Italia Marquez menunjukkan gestur tidak percaya ke arah motornya dengan mengangkat kedua tangan usai terjatuh saat balapan.
Saat hampir terjatuh pada seri berikutnya di Sachsenring, Jerman, Marquez langsung bereaksi dengan memberikan jari tengah ke arah dasbor si kuda besi.
Sachsenring tadinya daerah kekuasaan Marquez dengan rekor sempurna sejak 2010 hingga 2021. Namun, musim ini juara GP Jerman 11 kali ini kehilangan magisnya.
Pada seri balap inilah Marquez dianggap mulai kehilangan semangat untuk menang.
Marquez secara tiba-tiba memutuskan mundur dari balapan MotoGP Jerman walau mendapatkan izin medis setelah terjatuh lima kali sepanjang akhir pekan.
Sementara saat MotoGP Inggris kemarin, Marquez disorot karena sengaja membiarkan rekan setimnya, Joan Mir, lewat saat sprint.
Marquez beralasan bahwa dia melakukannya demi bisa mengamati kinerja motornya dari luar. Juara dunia delapan kali ini akhirnya finis di posisi ke-18 sedangkan Mir ke-17.
Setelah balapan Marquez kemudian mengakui bahwa pendekatannya sekarang adalah cuma tampil habis-habisan jika percaya diri dengan motornya.
"Anda bisa melihat sendiri: saya melupakan catatan waktu, meluapakan segalanya, dan hanya tampil dengan feeling saya," ujar Marquez, dilansir dari Crash.
"Kalau tidak merasakannya (sensasi bagus) seperti saat sprint, saya tidak memaksakan diri. Kalau bisa sedikit lebih merasakannya seperti hari ini (balapan) saya akan melakukannya."
"Contohnya saat sesi pemanasan, feeling-nya bagus jadi saya tampil menekan. Akan tetapi, target saya adalah mencoba menjalani akhir pekan tanpa terjatuh karena melewati batas."
Marquez pun menepis anggapan bahwa dia menabrak Enea Bastianini (Ducati Lenovo) karena terlalu memaksakan motornya.
Insiden dengan Bastianini membuat Marquez masih belum bisa menyelesaikan balapan sampai MotoGP 2023 menuntaskan sembilan seri.
"Kecelakaannya terjadi karena situasi yang tidak menguntungkan. Akan tetapi saya tidak mengendari motornya melewati batas," tukas Marquez.
"Jadi itu pendekatan yang tepat menurut saya untuk membangun sebuah basis dan dari sana mencoba membangun untuk masa depan."
Marquez masih terikat kontrak dengan Honda sampai 2024.
Walau dirumorkan ingin pindah, Si Semut dari Cervera menyatakan ingin membantu pabrikan yang diperkuatnya sejak 2013 ini keluar dari krisis.