Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Fabio Quartararo mulai terang-terangan mengungkapkan isi pikiranya tentang performa YZR-M1 Yamaha yang faktanya memang kian lama justru melambat pada musim ini usai hasil mengecewakan MotoGP Inggris 2023.
Apes, mungkin satu kata yang menggambarkan nasib Quartararo pada ajang balapan ronde kesembilan, MotoGP Inggris 2023 yang bergulir pekan lalu di Sirkuit Silverstone.
Pemenang pada edisi 2021 itu tidak memiliki akhir pekan yang bagus setelah ia membukukan start terburuk dalam kariernya di posisi buncit alias paling terakhir.
Perjuangannya pada sesi kualifikasi sudah diliputi kemalangan sejak motornya hampir hilang kendali di Tikungan 16.
Juara Dunia satu kali itu sulit membukukan catatan terbaik dan makin ketinggalan dengan rival-rivalnya hingga harus berselisih lebih lambat sampai 7 detik dari peraih pole position kala itu, Marco Bezzecchi (Mooney VR46).
Pada sesi sprint dan balapan utama, segalanya pun juga tidak jadi berubah lebih baik.
Kemalangan terus meliputi petualangan Quartararo di Silverstone.
Dari yang awalnya nyaris mampu membukukan comeback dengan menembus 10 besar, justru berujung finis ke-15, setelah ia sempat senggolan dengan Luca Marini (Mooney VR46) yang mengakibatkan fairing sebelah kirinya sampai terlepas dan patah.
Baca Juga: Kerja Bareng Alberto Puig Bikin Marc Marquez Boncos, Manajer Repsol Honda Kena Sentil
Alhasil, El Diablo cuma bawa pulang 1 poin dari balapan di Inggris.
Terlepas dari kemalangan yang ia alami, tidak bisa dipungkiri bahwa performa motor YZR-M1 memang menjadi biang keladi utama.
Keunggulan M1 perlahan justru seperti menguap dan kian tertutupi oleh kebangkitan motor-motor pabrikan Eropa.
Melihat Quartararo berduel dengan siapa saja dari pembalap bertunggangan Ducati saja, rasanya justru iba karena terlihat kalah tangguh dan cepat.
"Satu-satunya yang saya benar-benar merasa bisa menyalip adalah ketika bersama Franco (Morbidelli)," ungkap Quartararo dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"Karena kami berada di motor yang sama dan saya bisa berkendara di jalur yang sama denganya."
"Tapi ketika saya berada di belakang semua motor pabrikan lain, saya sudah mengerem lambat, tapi mereka bisa berakselerasi jauh lebih cepat dan saya tidak pernah sama sekali punya kesempatan untuk melakukan manuver kepada mereka," tandasnya.
Quartataro masih dalam prinsipinya, mengatakan bahwa masalah utama M1 Yamaha adalah mesinnya.
Soal top speed, sebenarnya tidak terlalu jauh tertinggal. Yamaha masih bisa melakukannya. Namun tentang ketangguhan mesin ketika digunakan untuk balapan panjang, itu perlu dilihat lagi.
"Pada akhirnya, mesin adalah aspek utama yang penting digunakan dari awal sampai musim balapan berakhir. Kalau nanti Anda ingin menggunakan aerodinamika, sasis yang berbeda atau ada perubahan sistem elektroniknya, itu bisa dilakukan pada musim berjalan."
"Tapi kalau soal mesin, ini yang harus pertama kali kami perbaiki kalau masih mau mampu bertarung (dalam persaingan MotoGP)," katanya lagi.
Di sisi lain, Quartararo mengungkapkan bahwa ia mengakui adanya kemunduran yang sedang terjadi pada pabrikan Jepang. Bukan cuma Yamaha, tetapi juga Honda yang juga tak kalah menderita pada musim ini.
Bahkan ia tak ragu menganggap bahwa Yamaha dan Honda sebenarnya tidak berubah, tetapi para pabrikan Eropa lah yang kini mengubah sepeda motor bak mesin lain.
"Oke, sekarang ada lebih banyak motor pabrikan Eropa di grid MotoGP dibandingkan pabrikan Jepang. Tapi tidak ada motor pabrikan Jepang yang bisa berada di garda terdepan. Kami sekarang semua sedang ada di peringkat bawah. Jelas ada yang salah dengan motor kami," ucap Quartararo.
"Tapi, ya, saya rasa motor kami masih terlihat seperti motor (balapan) biasa. Sedangkan yang lainnya yang sekarang tidak lagi terlihat seperti motor. Ini jadi dunia yang baru sekarang."
"Anda bisa lihat dari luar perbedaannya, tapi lebih menarik lagi kalau kita bisa lihat bagian dalam mesin mereka itu apa yang membuat berbeda, terutama Ducati," tandasnya.