Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, menutup performa mereka pada tiga turnamen dengan hasil berbeda.
Pada Korea Open 2023, menjadi runner-up, lalu semifinal Japan Open 2023, dan perempat final Australian Open 2023.
Pada Australian Open 2023, ganda putra nomor satu dunia ini mengalami insiden tak jujur dari lawan mereka, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae.
Fajar/Rian harus rela menahan emosi mereka sejak insiden itu terjadi pada pertemuan melawan Kang/Seo pada perempat final Australian Open 2023.
Mental ganda putra nomor satu dunia itu diuji ketika terjadi insiden pada pertandingan di gim pertama yang berlangsung sengit di Quaycentre, Sydney Olympic Park, Australia.
Fajar/Rian memang akhirnya kalah dengan skor 16-21, 21-15, 14-21 dari wakil Korea Selatan tersebut.
Tetapi awal mulai proses kekalahan mereka lebih dulu diwarnai perdebatan sengit yang terjadi ketika gim pertama berjalan setelah interval.
Fajar/Rian yang awalnya tertinggal memang bisa mengejar dan menempel ketat perolehan skor Kang/Seo sampai 10-11.
Setelah jeda interval, servis dilakukan Kang Min-hyuk.
Rian sebagai penerima servis. Insiden kontroversial lalu terjadi.
Return service dari Rian yang siaga menyergap di depan net secara cepat terlihat samar keluar lapangan.
Namun jika diperhatikan lebih detail, shuttlecock yang dipukul Rian, sempat mengenai raket Kang Min-hyuk, yang hendak mengantisipasinya tapi meleset.
Serobotan Kang yang meleset itulah yang membuat arah shuttelcock jadi berubah dan keluar lapangan.
Secara regulasi, touch yang dilakukan Kang itu seharusnya dianggap sebagai fault alias kesalahan.
Dalam tayangan ulang BWF, terlihat bahwa frame raket dari Kang sempat menyentuh shuttlecock, yang mengakibatkan arah shuttlecock berubah.
Baca Juga: Kesan Rahmat Hidayat dengan Sosok Kevin Sanjaya: Pendiam, tetapi Orangnya juga Asyik
Saat itu, Fajar/Rian percaya diri bahwa mereka sudah menyamakan kedudukan menjadi 11-11.
Namun, poin dihitung untuk pasangan Korea Selatan. Sebab shuttlecock keluar lapangan.
Fajar/Rian langsung melancarkan protes kepada wasit. Wasit yang tidak melihat insiden tersebut dengan cermat lantas memanggil service judge, dan menanyakan apakah hakim servis tersebut menyaksikan adanya kesalahan.
Namun, dua pengadil lapangan itu sama-sama tidak merasa ada fault.
Yang membuat lebih miris, Kang Min-hyuk sendiri hanya terdiam. Dia tidak melakukan pembelaan ketika Fajar dan Rian bertanya langsung kepadanya di dekat net. Seo Seung-jae juga hanya terdiam membisu.
Insiden itu cukup membuat Fajar/Rian kecewa karena fault yang mereka lihat secara jelas di depan mata, diabaikan.
Fajar yang paling terlihat terganggu konsentrasinya, sebab sejak insiden itu terjadi, pukulannya menjadi tidak terarah. Akurasinya berkurang. Beberapa kali ia ditenangkan Rian.
Setelah itu, Fajar/Rian menjadi sulit meraih poin dengan sengit, momentum sebelum interval tadi hilang.
Meski berhasil memaksakan rubber game, mereka kembali hilang konsentrasi pada gim ketiga dan tidak berhasil comeback sampai akhirnya kalah.
Belum ada pernyataan apapun dari BWF terkait insiden ini, pun demikian dengan Kang/Seo.
Namun seusai laga, Fajar sendiri telah mengunggah ulang replay atau tayangan ulang dari insiden fault Kang Min-hyuk melalui instaStory miliknya, disertai caption menyemangati diri sendiri,
"Terima kasih doa dan dukungannya. Mohon maaf belum bisa lanjut babak berikutnya," demikian ucap Fajar.
"Tetap semangat selalu," tambahnya sambil menandai akun resmi BWF Official
Meski belum berhasil menjadi juara, Fajar/Rian mengaku performanya sudah lebih baik meski masih banyak kekurangan.
"Jadi sisa waktu ini kita maksimalkan untuk teknik dan dari segi fisiknya buat kami memulihkan kondisi," kata Fajar kepada media, termasuk BolaSport.com di pelatnas Cipayung, Jakarta, Rabu (9/8/2023).
"Sebetulnya itu hal biasa ya yang terjadi di pertandingan bulu tangkis. Namun, kondisi seperti itu juga dirasakan lawan. Tetapi, dia juga pengin menang dan mungkin wasit juga tidak melihat, hakim garis juga tidak melihat dan itu normal," tutur Fajar.
"Kalau saya pribadi tidak apa-apa. Namun, disayangkan saja karena waktu itu poinnya sudah mepet mepet. Sudah 10-10 kalau tidak salah. Terkadang poin itu bisa mengganggu konsentrasi juga," aku Fajar.
Menurut Fajar, banyaknya kesalahan saat servis tidak membuatnya gugup karena hanya ada perbedaan di shuttlecock.
"Kalau bermain di Korea, Jepang menggunakan shuttlecock Yonex dan di Australia menggunakan yang lain jadi touch-nya itu benar-benar berbeda. Karakter bola ini berbeda sekali dari segi servis laju bola juga sangat berbeda mungkin dari itu juga jadi kami harus adaptasi lagi."
Sektor ganda putra kerap menjadi tumpuan terakhir Indonesia untuk meraih gelar. Meski begitu, Fajar/Rian tidak mau terlalu memikirkan.
"Ya, kami tidak terlalu mau memikirkan yang penting bagaimana caranya kami fokus di pertandingan itu karena mungkin lawannya juga berbeda-beda ya. Jadi, kami tidak tahu. Yang penting, kami fokus dari diri sendiri, pelatih, dan pemain lain," ucap Fajar.
"Kami tidak terbebani, tetapi termotivasi juga kalau menjadi wakil terakhir itu harus memberikan yang terbaik. Contohnya di Korea itu dari babak 8 besar sudah sendirian. Inginnya juara, tetapi rezekinya baru sampai situ (runner-up)."
"Meski begitu menurut saya masih kurang dalam arti dari tahun lalu. Mungkin setiap kami bermain enak terus meskipun tidak juara pada final. Sekarang belum seperti tahun lalu."
"Meskipun sudah ada di jalur sudah meningkat dari pertandingan sebelumnya menurut saya masih belum 100 persen di permainan terbaik," aku Fajar.
Banyak faktor yang membuat performa Fajar/Rian seperti 2022 dengan mencapai final sebanyak delapan kali.
"Menurut saya karena banyak faktor seperti cedera bukan hanya saya sendiri, tetapi juga Rian. Saya lumayan serius cederanya di pinggang waktu setelah Kejuaraan Asia di Dubai dan seharusnya istirahat," ucap Fajar.
"Tetapi, pertandingan yang begitu berdekatan dan ini race to Olympic dan persaingan juga ketat pada ganda putra. Jadi, kami harus pintar-pintar mengatur kondisi."
"Begitu pulang dari Australia, senin kami langsung memulai latihan karena waktunya tidak banyak. Jadi, Senin-Selasa kemarin fokus pemulihan kondisi fisik setelah 3 turnamen. Hari ini tadi sudah mulai latihan pertandingan."
"Kondisi kami mulai lebih baik lagi daripada Senin karena namanya ya sudah rentetan turnamen langsung latihan lagi pasti kondisinya berbeda. Apalagi, perjalanan yang lumayan jauh."
"Semoga dari sekarang sampai seminggu ke depan kondisi semakin membaik, yang penting kenyamanannya jangan banyak pikiran dan mikir negatif," ujar Fajar.
Saat ini persaingan ganda putra dunia menurut Fajar semakin kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan kebangkitan Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan) yang menjadi Juara Japan Open 2023 setelah sudah lama tak meraih gelar sejak merebut medali emas Olimpiade Tokyo 2020.
"Setelah menurun, Lee/Wang bisa jadi juara di Jepang dan semifinal Australian Open. Hal ini membuat persaingan ganda putra semakin sengit," aku Fajar.
"Tidak ada yang bisa tahu karena juara ganda putra di setiap turnamen berbeda-beda. Kemarin yang juara pada Korea Open (Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty-India), kalah di Jepang, dan begitu juga yang lain."
"Jadi ya sedikit berimbang, tetapi siapa yang siap sekarang itu mungkin menjadi yang terbaik di ganda putra," kata Fajar.
Fajar/Rian selanjutnya akan mengikuti Kejuaraan Dunia 2023 di Kopenhagen, Denmark, 21-27 Agustus.
Baca Juga: Resmi, BWF World Tour Finals 2023 Akan Digelar di Hangzhou, Kota Tuan Rumah Asian Games 2022