Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Mantan ganda putri Indonesia, Greysia Polii, dan sederet mantan pemain ganda putri top China, kini telah mengubah dinamika hubungan mereka menjadi persahabatan meski pernah menjadi musuh di lapangan bulu tangkis.
Wang Xiaoli, Tang Jinhua, Bao Yixin dan Li Yin Hui, merupakan lawan-lawan terberat Greysia saat masih menjadi pemain.
Namun, siapa sangka sekarang mereka berjumpa kembali di sebuah kesempatan dengan tujuan yang sama, yaitu mempromosikan bulutangkis, olahraga yang telah mengangkat nama mereka di mata dunia.
Selain itu, mantan pemain ganda putra China, Li Jun Hui dan Liu Cheng juga hadir memeriahkan acara ini.
Dalam rangkaian Greysia Polii - China Tour yang dikemas oleh Victor Sport, Greysia reuni dengan para rivalnya tersebut dalam sebuah laga ekshibisi yang berlangsung pada Selasa (8/8/2023) lalu di Nanjing, China.
Sebelumnya, Greysia juga menyapa fansnya lewat meet and greet dan coaching clinic di kota Shanghai dan Wenzhou.
Greysia berpasangan dengan Li Yin Hui pada laga ekshibisi, mereka berhadapan dengan Tang/Bao.
Li merupakan lawan Greysia dan Apriyani Rahayu pada babak perempat final Olimpiade Tokyo 2020.
Duel mereka kala itu begitu sengit, sampai keduanya mengalami kram. Kali ini Greysia dan Li berpasangan dan mesti bekerja sama untuk menang, sebuah pemandangan yang unik.
Setelah itu, format permainan diubah menjadi empat lawan empat. Tim pertama terdiri dari Greysia, Wang, Liu dan Li Yin Hui.
Lalu di tim kedua ada Tang, Bao, Li Jun Hui dan seorang badminton influencer China.
Jika dulu pertemuan mereka di lapangan dipenuhi ketegangan, kali ini justru sebaliknya. Laga ini diwarnai tawa dan aksi-aksi yang sangat menghibur para fans.
Mereka yang bertugas di depan net, tidak boleh menggunakan raket, tetapi mereka harus memukul shuttlecock dengan tempat (kemasan) shuttlecock.
Pada acara makan malam bersama, Wang menyampaikan pesan yang menyentuh hati Greysia. Ia memberi selamat atas raihan medali emas Greysia pada Olimpiade Tokyo 2020.
Baca Juga: Greysia Polii Ungkap Fakta Kasus Match Fixing Olimpiade 2012 yang Buat Dia Tidak Ajukan Banding
Wang yang dulu berpasangan dengan Yu Yang, merupakan ganda putri paling ditakuti pada masanya.
Namun, mereka tak dapat meraih prestasi puncak saat didiskualifikasi pada Olimpiade London 2012 karena terlibat kasus pengaturan skor (match fixing).
"Saya sangat senang ketika melihat kamu juara. Kamu berhasil bertahan sampai akhir, sedangkan saya tidak bertahan sampai akhir," ujar Wang dalam siaran pers.
"Saya tahu perjalanan itu sangat, sangat, sangat tidak mudah. Jadi, ketika kamu menang dan juara, saya sangat turut bahagia."
"Sekarang saya berdoa semua yang terbaik buat kamu. Bisa bahagia dan selalu menikmati hidup," ucap Wang yang langsung disambut Greysia dengan ucapan terima kasih.
Cerita ini mengingatkan bahwa persaingan olahraga bisa menjadi jembatan untuk menciptakan hubungan persahabatan yang saling mendukung satu sama lain.
Pada kesempatan ini, para mantan pebulu tangkis tersebut juga bermain sejenak bersama Jessia Selah Djimin, putri Greysia.
Mereka sempat menanyakan pada Greysia, apakah Jessia juga akan diarahkan jadi pemain bulutangkis nantinya.
Dalam obrolan bersama Bao, Greysia bertanya, apakah mantan pemain ranking satu dunia tersebut rindu untuk turun lagi ke lapangan bulu tangkis.
"Ya, kadang kalau saya nonton pertandingan bulu tangkis, rasanya kangen juga mau jadi pemain lagi. Tetapi, sudah, sudah, saya sudah pensiun, ha-ha-ha," ucap Bao bergurau yang kini mengajar bulu tangkis di Hunan University.
Capaian Greysia pada Olimpiade ternyata memberi kesan tersendiri pada para mantan pebulu tangkis China ini.
Li Yin Hui mengatakan ia tak menyesali kekalahannya dan Du Yue karena Greysia/Apriyani disebutnya memang tampil begitu luar biasa.
"Ketika Greysia akhirnya meraih juara Olimpiade, saya menyadari bahwa kami satu-satunya pasangan yang berhasil mencuri satu game darinya. Oh dan satu lagi, yaitu pasangan Jepang," kata Li Yin Hui.
"Jadi, tidak ada penyesalan, penampilan mereka juga sangat baik dan pada saat mereka juara, saat itu merasa ikut terharu karena bagaimanapun dia sudah bertahan dalam waktu yang begitu lama."
"Seperti salah satu isi buku yang saya tulis, Greysia tidak akan mendapat juara Olimpiade jika dia tidak bertahan sampai akhir," kata Li, yang menyisipkan cerita Greysia di buku yang ia tulis.
Li Yin Hui juga mengatakan, meskipun jadi lawan di lapangan, Greysia juga seperti menjadi kakak yang banyak memberikan pelajaran berharga bagi para juniornya.
"Kami menanggap Greysia sebagai seorang senior, seperti seorang kakak. Sebenarnya saat itu, walaupun di pertandingan dan kami saling adu, tetapi kami belajar begitu banyak hal, jadi sangat berterima kasih kepada Greysia," tutur Li.
"Saat bertanding melawan Greysia, persaingan yang tidak kelihatan itu sebenarnya mengajarkan banyak hal, dan dia adalah orang yang sangat baik, baik kepada kami, juga sering bercanda dengan kami."
Bagi Tang, kemenangan yang dicapai Greysia dan Apriyani memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar mendapat medali, tetapi buah dari perjuangan dan pengorbanan yang tidak mudah.
"Greysia berjuang bertahun-tahun lalu bisa mengikuti Olimpiade, kemudian sampai akhirnya bisa berdiri di podium tertinggi," ujar Tang.
"Mungkin di Indonesia merupakan sebuah tradisi mendapatkan emas Olimpiade di bulu tangkis, tetapi untuk ganda putri Indonesia, itu adalah pertama kali dalam sejarah," ucap Tang.
Berbeda dengan waktu masih menjadi atlet, pertemuan kembali dengan Greysia kali ini dalam suasana yang jauh lebih santai, membawa Tang melihat sisi lain dari kehidupan mantan rivalnya tersebut.
"Sekarang bertemu Greysia lagi melihat dia dalam keadaan yang sangat baik. Mungkin menjadi seorang atlet memang lumayan berat," kata Tang.
"Saya berharap Greysia dalam perjalanan hidup dan masa depannya menjadi seorang istri dan ibu yang baik, termasuk dalam menjalani tugasnya di BWF (Badminton World Federation) sebagai ketua komisi atlet."
Kisah ini menggambarkan bahwa di balik laga-laga sengit, olahraga bisa menciptakan hubungan yang lebih dalam dan bermakna dari dua negara yang saling berkompetisi.
"Persaingan di lapangan dulu selalu berisi semangat juang dan rivalitas, kami selalu berkompetisi jadi yang terbaik. Tetapi sekarang, kami melihat kesempatan untuk bekerjasama dalam mendukung olahraga yang kami cintai, dan saling berbagi inspirasi," tutur Greysia.
"Sangat menyenangkan sekali bertemu lagi dengan mereka, walaupun saya sudah setahun tidak main bulutangkis, rasanya seperti nostalgia, tetapi yang ini tentu lebih fun!" kata Greysia.
Rivalitas itu kini menjadi pondasi kuat dalam upaya bersama-sama saling menginspirasi dan membawa perubahan.
Baca Juga: Persaingan Ganda Putra Indonesia Rebut Poin Olimpiade Adil, Siapa Menurun Dia yang Tersingkir