Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Di balik kehebatan China sebagai negara dominan dalam di peta persaingan bulu tangkis dunia, terdapat sistem pembinaan olahraga yang terstruktur hingga berhasil menjaga regenerasi atlet secara berkelanjutan dari tahun ke tahun.
Sistem ini telah memberikan kontribusi besar terhadap prestasi atlet-atlet mereka di tingkat internasional, termasuk dalam cabang olahraga bulu tangkis.
Dalam kunjungannya ke China baru-baru ini, Greysia Polii menilai betapa pentingnya sistem bagi pembinaan bulutangkis yang berkesinambungan.
"Sistem pembinaan olahraga di China lebih terstruktur. Di setiap sekolah, di semua provinsi, mulai dari tingkat SD (sekolah dasar), sudah terdapat pembinaan berbagai cabang olahraga," kata Greysia dalam keterangan pers.
Greysia baru saja menghadiri undangan coaching clinic, meet and greet serta ekhibisii yang diselenggarakan Victor Sport di kota Shanghai, Wenzhou dan Nanjing, China.
Hal ini, menurut Greysia memungkinkan anak-anak untuk mulai terlibat dalam berbagai cabang olahraga sejak usia dini, dengan pilihan yang dapat disesuaikan dengan minat mereka.
Misalnya yang memilih bulutangkis, akan bermain bulu tangkis setelah sekolah usai.
Di level SMP, anak-anak sudah mesti menentukan fokus mereka.
"Pada usia 14 tahun, mereka harus memutuskan apakah akan berkarier sebagai atlet atau melanjutkan pendidikan. Keputusan ini melibatkan persetujuan antara orangtua, sekolah, dan tentunya, anak itu sendiri," tutur Greysia.
"Ketika anak tidak memilih olahraga, mereka bisa langsung fokus pada pendidikan," ucap Greysia, peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Apriyani Rahayu.
Ekosistem pembinaan bulu tangkis di China semakin diperkuat dengan adanya pembinaan generasi muda langsung dari tangan para mantan atlet yang berpengalaman.
"Anak-anak mendapatkan dukungan yang kuat dalam mengejar minat olahraga mereka, salah satunya dengan sentuhan langsung para mantan pemain kelas dunia," ujar Greysia.
"Contohnya Li Yin Hui yang sudah pensiun, kembali ke provinsi asalnya di Wuhan dan ia mengajar bulu tangkis," ucap Greysia.
"Saya melihat para mantan pebulu tangkis China kini tersebar di daerah masing-masing. Mereka tidak perlu melatih ke luar negeri, atau main sampai usia yang panjang."
"Mereka sudah punya wadah untuk melanjutkan karier mereka sebagai pembina bulu tangkis yang akhirnya bisa melahirkan generasi baru," aku Greysia.
Didukung support system yang kuat dan besarnya komitmen pemerintah membuat regenerasi bulu tangkis di China memang terus berjalan.
Contohnya, saat ini sudah banyak jebolan kejuaraan U-19 asal China yang sudah mulai unjuk gigi di turnamen level yang lebih tinggi.
Sebut saja Feng Yanzhe (ganda campuran), Liu Shengshu (ganda putri) yang mulai menebar ancaman.
Bagaimana Indonesia bisa mengadopsi inspirasi dari sistem pembinaan China ini?
Pertama, perlunya kerjasama antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, keluarga, dan federasi olahraga.
Kedua, memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengembangkan minat olahraga sejak usia dini, dengan pendekatan yang lebih terstruktur.
Serta yang tak kalah pentingnya adalah membangun komunitas atlet dan mantan atlet yang terlibat aktif dalam pembinaan generasi muda.
Dengan mengambil pelajaran dari China yang sudah membuktikan keberhasilan dari sistem pembinaan terstruktur, Indonesia dapat mengarah pada langkah-langkah yang lebih baik dalam membangun masa depan bulu tangkis yang lebih baik.
Semua negara memiliki potensi untuk mengembangkan sistem pembinaan yang serupa, yang tidak hanya menciptakan atlet berprestasi, tetapi juga menciptakan generasi muda yang memiliki semangat juang, kepemimpinan, dan integritas.
Baca Juga: Greysia Polii Ungkap Fakta Kasus Match Fixing Olimpiade 2012 yang Buat Dia Tidak Ajukan Banding