Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Transfer mahal Neymar ke Al Hilal ternyata hanya kedok karena ia sudah kepalang malu tidak lagi laku di Benua Eropa.
Alasan Neymar memilih Al Hilal sebagai pilihan klub selanjutnya ternyata menyimpan banyak cerita.
Neymar semakin dekat untuk pindah ke Liga Arab Saudi dalam kesepakatan skala besar.
Paris Saint-Germain dikabarkan mengeruk hingga 100 juta euro (sekitar Rp1,67 triliun) dari transfer ini.
Sementara pendapatan penyerang asal Brasil tersebut bisa mencapai 200 juta euro (sekitar Rp3,34 triliun).
Berkat transfer ini, Neymar membuktikan bahwa ia selalu mampu mendatangkan nilai fantastis untuk klub yang ditinggalkan.
Sebelumnya, Barcelona mendapatkan 222 juta euro (sekitar Rp3,17 triliun) dari penjualan Neymar pada 2017.
Enam tahun berselang, harga sang penyerang ternyata masih relatif tinggi.
Baca Juga: Piala Super Eropa - Momentum Tepat Man City Harumkan Nama Inggris
Meski begitu, Neymar justru tidak merasa bangga dengan kondisinya saat ini.
Di balik tawaran menggiurkan Al Hilal, Neymar justru harus mengubur impiannya.
Dilansir BolaSport.com dari Mundo Deportivo, Neymar sebenarnya ingin tetap membela klub Benua Eropa.
Akan tetapi, ia justru mengalami penolakan dari lima klub Benua Eropa yang berbeda.
Barcelona awalnya dikaitkan akan memulangkan sang pemain ke Stadion Camp Nou.
Usaha tersebut akhirnya gagal karena kondisi finansial klub yang tidak memadai.
Untuk memulangkan Neymar, Barcelona perlu menjual empat pemain mereka.
Baca Juga: Sir Alex Melihat Man United Masih Berlubang, Ten Hag Kurang 1 Tugas Pamungkas
Tugas tersebut dinilai sulit sehingga Barcelona memilih untuk mundur dari negosiasi transfer.
Neymar sempat dikaitkan dengan empat klub lain pada bursa transfer musim panas 2023.
Manchester United, Manchester City, Chelsea, Bayern Muenchen, dan Real Madrid juga masuk ke dalam opsi sang penyerang.
Yang mengejutkan, kelima klub tersebut kompak menolak kesempatan mendatangkan Neymar.
Ada berbagai alasan yang membuat penyerang 31 tahun tersebut tidak lagi diminati.
Klub-klub tersebut enggan membayar gaji tinggi untuk pemain yang sudah cukup berumur.
Selain itu, catatan cedera Neymar juga dikhawatirkan membuat klub rugi.
Dua pertimbangan tersebut akhirnya membuat Neymar harus banting setir dan merelakan mimpinya bertahan di Benua Biru.