Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pebola voli putri Indonesia, Wilda Siti Nurfadhilah, dikabarkan mundur alias pensiun dari timnas voli setelah menyelesaikan seri kedua SEA V League 2023 di Chiang Mai, Thailand, 13 Agustus.
Hal tersebut tampak dari unggahan Instagram Story, pemain berusia 28 tahun tersebut.
Wilda adalah salah satu pemain yang berpengalaman dalam tim. Dia sudah terpilih masuk timnas sejak SEA Games 2011.
Dalam wawancara dengan BolaSport.com sebelum SEA Games 2023, pemain di posisi middle blocker itu merasakan tidak adanya perubahan berarti pada tim putri.
"Jujur sebenarnya progress-nya kurang sekali, tidak ada banyak perubahan. Bahkan, bisa dibilang sama karena dari persiapan untuk tahun sekarang bahkan hanya satu bulan, tidak ada TC (Training Camp) jangka panjang," ucap Wilda.
Soal ditanya akan ikut SEA Games hingga kapan, Wilda belum bisa memprediksi.
"Mau ikut SEA Games sampai kapan? saya bukan orang yang ambisius. Saya hanya menjalani apa yang harus saya jalani saja. Saya jalani untuk SEA Games targetnya ini," kata Wilda.
"Besok saya jalani Proliga targetnya ini, tidak muluk-muluk saya harus-harus. Segimana jalannya, kalau memang saya harus stop, saya akan stop."
Wakil Binpres PP PBVSI, Loudry Maspaitella membenarkan rencana pensiun Wilda tersebut.
"Bukan hanya wilda, termasuk Wulan (Agustin Wulandari) yang pensiun. Padahal, dua orang itu adalah middle blocker kita yang saat ini pelapisnya kami belum ada," kata Loudry kepada media, termasuk BolaSport.com usai pelantikan pengurus PP PBVSI 2023-2027.
"Di sisi tosser kami punya, di open spike kami punya, di opposite tempat Mega (Megawati Hangestri) walaupun kualitasnya tidak sebaik Mega. Yang paling repot adalah di posisi middle blocker."
"Dengan mundurnya Wilda resmi atau tidak resmi dan mundurnya Wulan itu akan membuat kami kesulitan mencari penggantinya. Stok penggantinya banyak, tetapi masalah kualitas jam terbang itu yang belum setara dengan mereka berdua," tutur Loudry.
Mundurnya Wilda dan Wulan menurut legenda setter Indonesia menjadi momentum regenerasi tim voli putri Indonesia.
"Artinya kami memang berkeinginan membentuk momentum itu untuk regenerasi. Saya berencana memakai pola berani berubah," ucap Loudry.
Terkait calon pengganti Wilda dan Wulan, Loudry menyebut ada banyak nama.
"Tetapi, yang sekualitas dengan dia (Wilda dan Wulan) perlu teknik. Pertama, belum ada yang setara dengan itu dan kedua yang belum terpenuhi yaitu jam terbang," aku Loudry.
"Untuk posisi middle blocker, kami masih ketinggalan karena dua pemain ini Wilda dan Wulan (masih yang terbaik). Memang kita tidak boleh berharap dengan mereka saja. Dengan mereka pergi, sejujurnya tidak ada middle blocker setinggi mereka."
"Jadi kami cari, kalau pun ada makan waktu lagi," ujar Loudry.
Baca Juga: Pengurus Pusat PBVSI Masa Bakti 2023-2027 Resmi Dilantik
"Dengan materi yang ada seratus persen di Asia Tenggara kami juara tiga atau jeleknya 100 persen kami di bawah Vietnam. Kenapa kami ubah karena dengan perubahan, ada 50 persen hancur hancuran ada 50 persen sukses."
"Nah yang 50 persen sukses yang kami manage, tetapi kami tidak mungkin jangka pendek. Harus ada target jangka panjang, tetapi kami ambil daripada ada 100 persen di bawah Vietnam. Kami mencoba mengubah 50 persen untuk bisa mengalahkan vietnam.
Terkait pelatih asing yang sudah dilakukan tim putra, pria 53 tahun itu mengatakan bahwa dana menjadi kendala.
"Itu bagian dari masalah pendanaan dan prioritas. Jadi, sementara kami bisa menggunakan pelatih asing di putra karena sementara prioritas di putra," ucap Loudry.
"Namun, dilihat putri punya potensi kenapa tidak kami optimalkan. Untuk ke depan dan saya juga dengar sudah dalam bentuk pembicaraan resmi tahun depan kami mungkin akan menggunakan pelatih asing," aku Loudry.
"Selain keinginan kami, kebetulan FIVB (Federasi Bola Voli Internasional) juga akan memberikan support dalam bentuk sponsor PBVSI mendapatkan instruktur pelatih asing."
Loudry belum bisa mengungkapkan apakah akan memilih pelatih asal China seperti tim putra.
"Kalau itu bicara masalah negara, saya berbicara sebagai orang teknik kalau misal dapat memberikan masukkan, lebih baik kita mengarahkan ke voli Asia," ujar Loudry.
"Dengan pola bermain Thailand dan Jepang yang relatif orangnya pendek, tetapi bisa main di level dunia. Tidak usah ikut pemain Eropa, tingginya sangat jauh berbeda. Jadi, mau tidak mau kami harus melihat Jepang dan Thailand mendunia."
"Bagaimana pemain berusaha mengubah pola volinya untuk jadi lebih cepat. Kalau China udah berat beda karena postur tubuh mereka tinggi," ujar Loudry.
Loudry menjelaskan bahwa teman-teman di luar negeri juga menyampaikan kenapa di Indonesia setiap SEA Games mengganti pelatih.
"Hal itu juga sudah ada di wacana kepengurusan kemarin. Kami akan mengontrak pelatih timnas untuk dua kali atau tiga kali SEA Games. Artinya satu periode supaya membuktikan pola pembinaan mereka berjalan dengan efektif," kata Loudry.
"Setelah dua atau tiga kali SEA Games baru kami bisa punya evaluasi. Jika hanya berdasarkan kompetisi lokal juara, setiap tahun setiap kompetisi juaranya berbeda beda."
"Jadi, nanti pelatih nasionalnya berbeda beda lagi. Ke depan kami akan pakai kontrak dua kali SEA Games atau dua sampai tiga tahun. Untuk masa periode tertentu pelatihnya sama, baik putra maupun putri."
Menurut Loudry tidak ada direktur teknik dalam kepengurusan PP PBVSI sehingga yang mengurus pelatih adalah bidang pembinaan dan prestasi bekerjasama dengan sekjen.
"Tetapi, artinya itu akan masuk evaluasi mengenai kepelatihan. Lebih bagus pelatih di Asia karena postur tubuh kita tidak cocok dengan Eropa," ucap Loudry.
Baca Juga: Menpora Nyatakan Tim Voli Putri Indonesia Ikut Asian Games 2022, PBVSI Belum Berani Beri Kepastian