Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kegagalan tunggal putra Jepang, Kodai Naraoka, pada final Kejuaraan Dunia 2023 memutus tradisi emas negaranya sejak 2017.
Jepang setidaknya selalu meraih medali emas satu bahkan sampai dua emas sekaligus dalam lima edisi berturut-turut pada Kejuaraan Dunia tahun 2017 hingga 2022.
Tahun 2018-2019 menjadi musim panen bagi saat mereka meraih dua gelar sekaligus melalui tunggal putra Kento Momota dan pasangan ganda putri Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara.
Adapun tunggal putri Jepang, Nozomi Okuhara, seakan menjadi kebangkitan bagi Jepang yang kembali memiliki wakil dengan berdiri di podium tertinggi Kejuaraan Dunia.
Ya, sebelum tahun 2017, Jepang baru sekali merengkuh gelar juara pada gelaran pertama tahun 1977 melalui pasangan ganda putri, Etsuko Toganoo/Emiko Ueno.
Namun, nelangsa bagi Naraoka yang gagal melanjutkan tradisi juara usai takluk dari pemain Thailand, Kunlavut Vitidsarn.
Baca Juga: Kejuaraan Dunia 2023 - Apriyani/Fadia Jadi Korban, Rekor 100 Persen Medali Emas China Terjaga
Pemain yang sama mengalahkan Naraoka pada dua kali final Kejuaraan Dunia yakni di level junior pada tahun 2018 dan yang terbaru di level senior.
"Tahun lalu kami kalah di babak kedua. Saya sangat senang karena tidak menyangka bisa meraih medali perak," kata Naraoka dikutip BolaSport.com dari Badminton Spirit.
"Saya menginginkan medali emas dan menjadi serakah, tapi lain kali saya pikir saya akan mencoba untuk tidak serakah."
Ketika berdiri di podium kedua, Naraoka tak memungkiri dia merasa iri bahwa medali emas yang harus diraihnya.
"Anda mendapat medali perak! Itulah yang saya rasakan, tetapi saya berdiri di sana sambil berpikir, 'Saya ingin medali emas'," ujar Naraoka.
Meski begitu, Naraoka cukup senang dengan perjalanannya sejauh ini.
Di mana dia mampu mengalahkan beberapa pemain kuat, mulai dari Shi Yu Qi (China) pada perempat final lalu Anders Antonsen (Denmark) pada semifinal.
"Kali ini, Axelsen (peringkat 1 dunia) kalah, jadi ada beberapa hal yang tidak saya pahami," ucap Naraoka melanjutkan.
"Tetapi saya bertarung melawan pemain kuat seperti Shi Yuqi dan (Anders) Antonsen, dan saya bisa menang secara beruntun. Saya pikir kami terus berkembang," ujar Naraoka.
Naraoka juga mengakui penampilannya pada laga final kurang maksimal karena cedera yang dialaminya sejak babak semifinal.
"Saya mengalami cedera kaki kiri pada pertandingan (semifinal) kemarin, jadi saya bermain sambil melindunginya. Itu sulit," kata Naraoka.
Dia kemudian berharap mampu bangkit dari kekalahan di final Kejuaraan Dunia pada turnamen selanjutnya.
"Berikutnya adalah China Open dan Hong Kong Open. Saya ingin menghilangkan rasa lelah, menyesuaikan diri dengan baik, dan mencoba untuk tidak cedera," kata Naraoka.
"Saya ingin melakukan yang terbaik untuk mencapai 8 besar, 4 besar, dan final di turnamen tingkat tinggi," ujar Naraoka.