Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pasangan ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, harus puas dengan raihan medali perak pada Kejuaraan Dunia 2023.
Apriyani/Fadia harus mengakui keunggulan unggulan pertama, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (China), 16-21, 12-21 dalam tempo 41 menit pada final yang berlangsung di Royal Arena, Kopenhagen, Denmark, Senin (28/8/2023).
Gim pertama sebenarnya sempat berjalan baik dengan awalan agresif yang ditunjukkan Apriyani/Fadia sampai mereka unggul 4-2.
Namun setelah lawan menyamakan kedudukan 4-4, permainan Apriyani/Fadia mulai terbaca.
Beberapa kali Apriyani/Fadia kecolongan dari teknik dropshot. Fadia beberapa kali dicecar dan lawan banyak panen poin dari taktik ini.
Kesalahan sendiri juga dilakukan mereka ketika sudah mendapat bola tanggung.
Apriyani/Fadia tertinggal 6-11 di interval. Setelah jeda interval, dominasi lawan makin menjadi.
Apriyani/Fadia sulit mengeluarkan permainan terbaik mereka. Rotasi sering diacak dan mereka dipaksa terus mengangkat bola hingga tertinggal 8-15.
Sempat mempertipis margin ketertinggalan menjadi 11-15, lagi-lagi Apriyani/Fadia salah membuang bola.
Antisipasi mereka tanggung dan sudah sering ditunggu Jia Yi Fan di depan net.
Kesalahan dari lawan sebenarnya sempat membuka peluang Apriyani/Fadia comeback, ketika kedudukan kembali dekat 13-16.
Tapi harapan itu sirna setelah Chen/Jia meningkatkan tempo serangan hingga merebut kemenangan gim pertama.
Baca Juga: Lampaui Jonatan dan Anthony Ginting, 1 dari 3 Target Besar Kunlavut Vitidsarn Sudah Terwujud
"Performa Apri/Fadia dalam setahun terakhir memang menurun. Kini pada Kejuaraan Dunia 2023, kejuaraan yang begitu penting, mereka bisa kembali ke performa terbaik," kata pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian, dalam siaran resmi PBSI.
Memang belum bisa juara, tetapi menjadi finalis Kejuaraan Dunia itu tetap pantas diapresiasi. Apa yang diraih Apri/Fadia di Kopenhagen tetaplah sebuah prestasi yang layak saya hargai," aku Eng Hian.
Penampilan Apri/Fadia di final, saya sebut bukan anti klimaks. Tetapi, mereka under pressure. Keduanya tak bisa lepas dari tekanan lawan. Tidak bisa mengembangkan pola permainan terbaik."
Menurut Eng Hian, hal itu tampak dari pukulan pengembalian bola, dan beberapa kali banyak membuat kesalahan sendiri.
Pada gim kedua, Apriyani/Fadia kembali start tak bagus. Tertinggal 6-9 dan sempat mendekat, mereka kembali gagal membalikkan situasi.
Apriyani/Fadia tertinggal 6-12. Dalam keadaan tertinggal jauh, sebenarnya di poin ini Apriyani/Fadia sempat mencapai ritme pertandingan.
Mereka mampu merampok tiga angka beruntun hingga 9-12. Namun, defence Apriyani/Fadia hari ini memang sedang tidak bagus, kerap membentur net.
Sementara serangan mereka juga sering jatuh di area pertahanan sendiri alias banyak melakukan unforced error.
Chen/Jia sempat beberapa kali melakukan kesalahan yang membuat Apriyani/Fadia diuntungkan sampai mengejar 11-14.
Apriyani/Fadia gagal membalikkan situasi dan tertahan di angka 12.
"Lawan memang harus diakui begitu sarat pengalaman. Dari prestasi dan penampilan yang konsisten, mereka kini adalah ganda putri terbaik dunia," ucap Eng Hian.
"Harapan saya sebelum bertanding, Apri/Fadia bisa meredam kekuatan lawan. Tetapi tampil di final kejuaraan besar seperti Kejuaraan Dunia itu berbeda dan sangat berpengaruh terhadap penampilan Apri/Fadia."
"Saya harapkan dari pertandingan final hari ini, mereka bisa memetik banyak pelajaran."
"Mereka juga harus mempersiapkan teknik, fisik, dan mental ketika akan bertanding di lapangan kembali, terutama menghadapi ajang-ajang besar Kejuaraan Dunia dan di event-event besar lainnya," tutur Eng Hian.
Menurut Eng Hian, pertandingan final kejuaraan dunia harus menjadi pembelajaran mereka ke depan.
"Bagaimana mereka berdua harus bisa memanage ekspektasi dan tetap harus meningkatkan dan membenahi kekurangan yang terjadi pada pertandingan partai final," ujar Eng Hian.
Ganda putri menjadi satu-satunya sektor bagi Indonesia yang belum pernah naik podium kampiun pada kejuaraan dunia.
Capaian Apriyani/Fadia menyamai Verawati Fadjrin/Imelda Wiguna (1980) dan Finarsih/Lili Tampi (1995) yang meraih perak Kejuaraan Dunia.
Baca Juga: Fenomenal, Latvia Berhasil Singkirkan Prancis di FIBA World Cup 2023
Bagi Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, mereka sukses mengukir sejarah baru.
Chen/Jia menjadi ganda putri pertama di dunia yang mampu meraih gelar juara dunia tiga kali beruntun (2021, 2022, 2023).
Raihan ini yang paling banyak dengan total raihan empat emas ditambah dari edisi 2017.