Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kekacauan Awali MotoGP India 2023, Firasat Buruk Bos Dorna Terjadi

By Nestri Y - Senin, 18 September 2023 | 15:45 WIB
Pengangkutan kargo MotoGP yang diangkut dengan truk terbuka jelang MotoGP India 2023, 22-24 September 2023. (TWITTER/@SHIRISHCHANDRAN)

BOLASPORT.COM - Gelaran MotoGP India 2023 justru sudah diwarnai kabar-kabar negatif sebelum balapan di Sirkuit Buddh tersebut dimulai pada akhir pekan ini. Mulai dari birokrasi sampai faktor kebersihan makanan.

Semarak menyambut ronde baru pada MotoGP India 2023 (22-24 September) ternodai dengan sejumlah kekacauan yang dialami tim-tim MotoGP.

Firasat buruk Bos Dorna, Carmelo Ezpeleta yang sejak awal sudah memprediksi bahwa menggelar balapan MotoGP untuk pertama kalinya di Negeri Taj Mahal itu akan disuguhi banyak tantangan, satu per satu mulai terjadi.

Sebagaimana yang dialami sejumlah tim yang mengalami kesulitan dan kecemasan dari hal-hal administratif, kargo, visa sampai birokrasi terhadap para wartawan asing.

Semua masalah itu kini menumpuk jadi satu dalam pekan yang seharusnya jadi pekan membahagiakan karena menyambut sebuah sirkuit 'baru' di kalender MotoGP 2023.

Pekan kalut MotoGP India 2023 mulanya sudah terindikasi dari bagaimana panitia membawa kargo barang-barang berharga keperluan balapan menggunakan truk sejenis flatbed, yang sejatinya truk jenis tersebut merupakan jenis truk bak terbuka yang biasanya digunakan untuk menganggakut barang berat yang tidak terpengaruh oleh cuaca buruk atau jalan yang kasar.

Layaknya di atas truk derek, kargo-kargo MotoGP yang nilainya sangat mahal itu diantar dari bandara menuju lokasi Sirkuit Buddh.

Sekilas mungkin tidak ada yang aneh. Tetapi, jika mempertimbangkan risiko, jelas membawa kargo bernilai besar apalagi berhubungan dengan permesinan di atas truk terbuka semacam itu, dapat menimbulkan sesuatu yang mungkin tidak diinginkan.

Baca Juga: MotoGP India 2023 - Alex Rins Masih Absen, di Mandalika Mungkin Baru Bisa Comeback

Kargo-kargo itu hanya ditutup plastik dan kain lalu diikat dari luar. Panas terik matahari, risiko hujan, kejatuhan atau tersenggol benda lain sangat mungkin terjadi pada kargo tersebut.

Masalah kedua adalah soal visa. Melansir dari Speedweek, formulir pengajuan visa untuk ke India bagi para pelancong ajang balapan bertajuk lain MotoGP Bharat ini sejatinya sudah dibuka pada Agustus lalu.

Apa saja syaratnya sudah disebutkan. Pembayarannya pun sudah ditagihkan kepada para pemohon visa yang pembayarannya bisa melalui PayPal.

Namun, agensi lokal yang mengurus pembayaran ini ternyata mendapat pemblokiran dari pihak PayPal akibat banyaknya dana yang masuk ke rekening mereka.

Kemudian, pihak mereka mengarahkan ke cara pembayaran lain melalui WISE. 

Tetapi tidak semua pembalap, wartawan atau pelancong memiliki akun pembayaran tersebut. Mereka harus membuat rekening baru dan melakukan verifikasi yang tentu membuat prosesnya menjadi tidak praktis.

Sebagian anggota tim MotoGP dan wartawan gagal melewati verifikasi.

Di India, e-visa mereka cukup rumit. Sampai-sampai Dorna merekomendasikan semua wartawan agar menggambarkan diri mereka sebagai Content Creator, agar tidak dianggap sedang bekerja dan menghindari risiko tersandung pelanggaran visa.

Masalah pajak juga menjadi salah satu hal yang mempersulit birokrasi di sana. 

Kabarnya, pihak berwenang di India bahkan ingin melihat kontrak gaji pembalap agar bisa mengambil 20 persen dari gaji tahunan pembalap, untuk dikenakan pajak di sana. Namun, Dorna menolak upaya tersebut dengan dalih perlindungan data dan privasi.

Hal selanjutnya adalah mahalnya layanan antar-jemput di sana. Wartawan atau tim media yang perlu bolak-balik memang lebih cepat menggunakan bantuan skuter.

Sayangnya, di India, ada fotografer yang ditawari harga sewa skuter sebesar 150 Euro (sekitar Rp 2,4 juta) untuk tiga hari.

Harga sewa mobil juga ditengarai cukup mahal, bahkan tanpa asuransi jika untuk orang asing. Makin besar timnya, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk sekadar keperluan layanan antar-jemput.

Belum lagi soal akomodasi. Divisi perhotelan MotoGP yang enggan disebutkan namanya, menuturkan bahwa MotoGP India 2023 dirasa bakal jadi seri Grand Prix termahal yang pernah ia tangani.

"Bagi kami, ini akan menjadi Grand Prix termahal sepanjang masa," ucap sumber tersebut.

Dari tim Moto3, bos Liqui Moly Husqvarna, Peter Ottl juga mengeluhkan hal sama. "Ini adalah salah satu balapan termahal. Harga hotelnya sangat tinggi," keluhnya.

Semua itu masih diperparah dengan ketakutan yang menyelimuti sebagian pembalap dan tim tentang kebersihan makanan dan minuman di India.

Kepala Tim PrustelGP, Florian Prustel, juga sudah pusing duluan untuk memikirkan tentang keperluan semua anggotanya.

"India adalah Grand Prix yang sangat mahal bagi kami," ucap Prustel.

"Penerbangan, hotel, visa, layanan antar-jemput sangat mahal. Selain itu, penyediaan makanan dan minuman dasar pun tidak mudah kami terapkan untuk tim," tuturnya, merujuk pada ketakutan tim mereka jika terkena infeksi usus akibat makanan yang terkontaminasi.

Terakhir adalah fakta bahwa India saat ini sedang dihantam wabah virus Nipah. Infeksi virus tersebut dapat menyebabkan peradangan otak yang berbahaya. India pun tengah melakukan lockdown lokal di wilayah yang terdampak, di Kerala.

Untungnya, wilayah tersebut berjarak sekitar 2.600 km dari Sirkuit Buddh.

Di sisi lain, keberanian Dorna untuk menggelar MotoGP di India memang sangat kontras dengan prinsip tegas CEO Formula 1, Stefano Domenicalli.

Domenicalli telah menegaskan bahwa ajang balap jet darat tersebut tidak akan pernah mau kembali menggelar balapan di India, setelah sempat tiga kali bergulir pada tahun 2011, 2012 dan 2013, lantaran kapok mengalami rumitnya kendala birokrasi, masalah pajak dan bea cukai.

Baca Juga: Jadwal MotoGP India 2023 - Peluang Cetak Sejarah Para Pembalap MotoGP pada Balapan 'Buta'

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P