Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pemain kini menjadi tidak boleh lengah sedikit pun, karena poin bisa didapat tanpa harus dengan melakukan servis.
Ini berbeda dengan kompetisi bulu tangkis di era awal 2000-an ke belakang, di mana poin masih menggunakan sistem pindah bola.
"Menurut saya, pressure (tekanan) sekarang jauh lebih berat dibanding zaman saya. Utamanya, setelah diberlakukan reli poin." kata Hadinata, dikutip BolaSport.com dari Antara.
"Dari sisi mental dan nonteknis, apalagi poin-poin kritis 15 ke atas itu sangat menentukan," tandasnya, mencoba memahami kesulitan atlet-atlet masa kini.
Sistem reli poin saat ini menuntut konsentrasi tinggi dan minim eror. Tak boleh ada kesalahan fatal apalagi di poin krusial.
"Apalagi main double (ganda), ya empat kali pindah bolanya," kata sosok yang telah masuk jajaran BWF Hall of Fame sejak 2001 itu mengenang.
"Saya servis, ganti partner saya. Kalau mati (tidak dapat poin) masih bisa pindah bola, servis kedua, pindah bola lagi. Jadi tekanannya memang beda."
"(Kalau sekarang) bayangkan saja skor 20-19, servis salah (eror) ya sudah gim poin."
"Kalau dulu tidak terlalu berat buat kami. Sekarang bola tersangkut atau mati ya (perhitungan) poinnya berjalan terus," imbuhnya.
Masalah mental sudah sering menjadi penjegal sejumlah pemain Indonesia.