Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - CEO PSIS Semarang, AS Sukawijaya atau yang kerap disapa sebagai Yoyok Sukawi, mewajibkan pemainnya untuk memprioritaskan pendidikan.
Pernyataan tersebut disampaikan saat menghadiri konferensi pers yang diadakan oleh Media Center Piala Dunia U-17 2023 di Hotel Solia Zigna, Solo, Jumat (16/11/2023).
Yoyok Sukawi mengaku isu pendidikan di kalangan pemain sepak bola Indonesia sudah jadi perbincangan hangat di Komisi X DPR RI.
Menurutnya, para pemain pada umumnya lebih fokus mengejar karier sepak bola daripada menempuh pendidikan.
Menurut Yoyok, para pemain bakal lebih mudah star syndrome jika tidak memiliki pendidikan dasar yang kuat.
"Jadi pertanyaan ini cukup menarik dan Ini sebenarnya sudah kita bahas di Komisi X DPR," ujar Yoyok Sukawi kepada awak media pada Jumat (16/11/2023).
"Ini masuknya adalah pendidikan anak ini supaya kuat mentalnya biar nggak mudah star syndrome dan lain sebagainya, ini harus pendidikan dasarnya dulu."
"Nggak dipungkiri banyak pemain bola kita lebih mengejar karier bola daripada sekolah. Dia sudah jadi Timnas U-20, U-23 tapi SMP-nya aja ditinggal."
Baca Juga: Bos PSIS Semarang Beberkan Tiga Faktor Yang Menyebabkan Timnas Indonesia Sulit Berprestasi
"Jadi padahal pendidikan dasar ini yang penting. Nah ini memang peran pemerintah, itu kalau pemerintah berbicara wajib belajar 9 tahun, artinya anak yang enggak mau sekolah itu dihukum. Kalau tidak mampu sekolah dibayarin. Bukan bilang maju belajar 9 tahun, tapi yang negeri gratis yang swasta bayar," lanjutnya.
Selain masalah star syndrome, para pemain yang tak memiliki pendidikan dasar beresiko memiliki mental yang buruk kala menempuh karier sebagai pesepak bola.
"Itu jadi kita kalau mau bicara itu kadang kala anak-anak kita mentalnya buruk terkadang itu ada judi, suapnya itu mudah, karena pendidikan dasarnya ini nggak kuat," ujar Yoyok.
"Ini peran pemerintah, menurut saya, pemerintah, dan juga federasi, ada di situ," lanjutnya.
Selaku CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi mewajibkan seluruh pemainnya untuk menempuh pendidikan hingga tingkat perkuliahan.
Jika ada yang tidak mau memenuhi kewajiban tersebut, Yoyok Sukawi dengan tegas bakal mendepak sang pemain.
"Kalau di PSIS, pemain wajib sekolah, wajib kuliah," ujar Yoyok Sukawi.
"Juga setelah SMA wajib dia kuliah. Kalau di PSIS ini kita kerjasama dengan banyak kampus, ada UDINUS, USM, Undip, semua tahulah teman-teman tahu katanya kalau di Semarang itu gambarnya Arhan kan diklaim Udinus, karena kerja sama."
"Dan ketika wajib begitu masuk usia kuliah kamu wajib kuliah, sudah gratis kok, kuliahnya juga sudah dipermudah."
"Kalau ada yang bilang, saya mau kejar nikah dulu, ya udah, keluar," lanjutnya.
Yoyok Sukawi mengaku pernah mendepak pemain berlabel Timnas Indonesia dari tim PSIS Semarang karena tidak mau menempuh bangku perkuliahan.
"Ada satu pemain saya yang baru saja keluar dari PSIS, karena tidak mau kuliah. Saya jual ke klub lain," ujar Yoyok Sukawi.
"Saya tak mau menyebut namanya. Itu pernah main di Timnas itu, U-23, tinggal masukkan mata pelajaran dan kuliah tidak mau, ya sudah dijual saja, daripada jadi duri dalam sekam."
"Karena dia ini kalau di suporter kita bilangnya rasan-rasan FC [pergunjingan], ada yang nggak nyaman sedikit, ngomong di media sosial. Tapi kenyataannya pendidikan dasarnya tidak bagus."
"Ini dia jadi kalau anda SD sekolah, SMP sekolah, SMA sekolah, apalagi anak-anak Timnas ini sekolah semuanya dan pendidikan dasarnya bagus sebagai aktor pertama tadi sedikit bisa diminimalisir."
"Ini peran orang tua juga, pemerintah juga harus turun tangan. Banyak kok anak-anak kok yang cerita, 'Dek ibumu itu di rumah tidur atapnya bocor'. Ini fakta pak."
"Jadi, anak ini masih kecil jadi harapan atau kepala keluarga, sekolah aja tidak. Mestinya harus kejar sekolah dulu biar kuat, kalau tidak sekolah nanti ditipu nanti sama agen, ditipu nanti sama macem-macem," tutupnya.