Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis tunggal putri India, Pusarla Venkata Sindhu, telah merombak hidupnya dalam upaya habis-habisan untuk mendapatkan emas pada Olimpiade Paris 2024.
Sebelumnya, pebulu tangkis 28 tahun itu harus puas dengan medali perak pada Olimpiade Rio 2016 dan medali perunggu pada Olimpiade Tokyo 2020.
Ia kini berada di Bengaluru, India, jauh dari Hyderabad, tempat ia berlatih hampir sepanjang kariernya.
Hal-hal yang paling menarik di antaranya adalah sebagai juara dunia pada 2019.
Namun, langkah pada Oktober 2023 dianggap penting bagi Sindhu, yang ingin lebih dekat dengan mentor barunya, Prakash Padukone (legenda bulu tangkis India) dan ayah dari superstar Bollywood, Deepika Padukone.
Itu bukan satu-satunya perubahan yang dilakukan Sindhu saat ia bersiap untuk menjadi "lebih pintar" untuk Olimpiade Paris 2024.
Baru-baru ini dia mengganti beberapa anggota timnya, dari pelatih kebugaran pribadi hingga fisioterapisnya.
Pekan ini pelatih asal Indonesia, Agus Dwi Santoso, mulai melatih Sindhu yang berpisah dengan Muhammad Hafiz Hashim (Malaysia).
Hafiz Hashim sebelumnya bekerja sama dengan Sindhu pada Juli setelah berpisah dengan pelatih lamanya Park Tae-sang (Korea Selatan) pada awal 2023.
"Saya telah berlatih dengan Hafiz dan kemudian saya menginginkan perubahan. Saya pikir itu tidak cocok dengan permainan saya," kata Sindhu dalam wawancara dengan Reuters yang dilansir dari The Star.
"Saat itulah saya bertanya kepada Agus."
"Ini tahun baru, tim baru. Setiap aspek yang saya sentuh akan sangat berbeda," ucap Sindhu.
"Paris adalah pertandingan pamungkas bagi kami. Saya pikir kami harus tampil 100 persen dalam setiap aspek, secara fisik, keterampilan, dan strategi," ujar Sindhu.
"Adalah hal yang baik untuk melakukan beberapa perubahan," ucap Sindhu memutuskan bahwa dia harus merombak timnya dan maju bersama Agus, yang telah dia kenal selama bertahun-tahun.
"Dia sangat bagus bagi saya karena setiap pelatih memiliki pola pikir yang berbeda."
"Ini sangat sulit. Anda lelah, tetapi mereka (membantu Anda) mendapatkan kembali kekuatan itu dan memastikan otot Anda cukup kuat untuk kembali bermain di lapangan keesokan harinya," tutur Sindhu.
Sindhu yang sebelumnya telah meningkatkan kesadaran tentang stigma seputar memprioritaskan kesehatan mental dalam olahraga, mengatakan bahwa dia juga memiliki pelatih mental.
"Beberapa di antaranya adalah meditasi, tetapi pada saat yang sama penting bagi Anda untuk mengetahui apa yang ada di kepala Anda saat bermain."
"Ada banyak tekanan atau tanggung jawab, banyak ekspektasi," katanya.
Sindhu mengatakan bahwa dia memasuki Olimpiade Rio 2016 sebagai underdog dan tidak mendapat tekanan sebelum meraih medali perak setelah mengalahkan Nozomi Okuhara (Jepang) pada semifinal.
Carolina Marin (Spanyol) lalu mengalahkan Sindhu untuk meraih medali emas setelah menutup kemenangan 19-21, 21-12, 21-15.
"Tokyo jauh lebih sulit dibandingkan Rio karena saya kalah pada semifinal dan saya menjadi ekspektasi."
Pada Olimpiade Tokyo 2020, tunggal putri Taiwan,Tai Tzu Ying, yang saat itu menduduki peringkat satu dunia mengalahkan Sindhu dan meraih medali perak.
Meski demikian, Sindhu adalah satu-satunya pebulu tangkis India yang menjadi juara dunia bulu tangkis dan atlet individu kedua dari India yang memenangkan dua medali berturut-turut pada Olimpiade.
"Jika saya ingin mencapai sesuatu dan tujuan saya adalah meraih medali emas Olimpiade, saya akan melakukan apa pun untuk itu," kata Sindhu.
"Pencapaian itu sangat berarti bagi saya."