Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, berhasil lolos semifinal All England Open 2024 setelah berhasil mengalahkan Viktor Axelsen (Denmark) dalam pertemuan ke-18 mereka.
Start buruk karena panen eror sendiri hampir menjadi malapetaka bagi Anthony Ginting pada pertandingan pentingnya melawan si nomor satu dunia di perempat final All England Open 2024.
Pukulan melebar dan membentur net menjadi pemandangan utama yang mengawali laga Ginting melawan Axelsen di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Sabtu (16/3/2024) dini hari WIB.
Pertempuran antara peraih medali perunggu dan medali emas Olimpiade Tokyo 2020 itu sempat jomplang di gim pertama dengan margin angka sangat jauh 3-18.
Namun, Ginting berhasil membayar kesalahan fatalnya pada gim pertama.
Lebih mendominasi di sisa pertandingan, Ginting menang rubber game dengan skor 8-21, 21-18, 21-19 walau laga berakhir dengan kontroversi.
Sempat terjadi insiden di akhir laga yang membuat Axelsen marah. Viggo menunjukkan gestur yang cukup intimidatif terhadap Ginting saat bersalaman setelah pertandingan rampung.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, gim pertama memang menjadi bencana bagi Ginting setelah start buruk dan langsung tertinggal jauh 2-8.
Kebanyakan poin hilang karena defens Axelsen yang sulit ditembus dan berujung eror sendiri bagi Ginting.
Placing dari Axelsen berkali-kali menyulitkan Ginting hingga ia semakin tertinggal 3-11.
Berbagai upaya telah dilakukan Ginting untuk bertahan menahan gempuran serangan dari pemain nomor wahid tersebut, tetapi usahanya masih mampu diantisipasi.
Dua kesalahan utama dan terbesar Ginting sepanjang gim pertama ini adalah unforced error dari pukulan melebar dan pukulan yang membentur net.
Semua itu membuat dia makin tak yakin dengan pukulan dia sendiri di reli berikutnya hingga tertinggal sangat telak 3-18.
Ini pertandingan yang sungguh di luar ekspektasi mengingat kedua pemain berada di kelas elite dalam persaingan di tunggal putra..
Hampir sebagian besar poin Axelsen lahir dari kesalahan Ginting akibat pukulan yang membentur net.
Permainan yang tidak bersih dari eror membawa malapetaka hingga pemain asal Cimahi tersebut kehilangan gim pertama dengan cukup telak, 8-21.
Memasuki gim kedua, Ginting berusaha merusak tempo permainan Axelsen.
Dia menerapkan permainan lebih lambat, mengandalkan placing-placing halus di depan net yang sukses mengantarkannya unggul 6-3.
Kontrol shuttlecock dan kecepatan langkah kaki menjadi kunci Ginting dalam membuat Axelsen berlari dari ujung ke ujung lapangan. Keunggulannya bertambah dari 7-3 hingga 11-7.
Namun, setelah interval, kesalahan-kesalahan sendiri dilakukan lagi oleh Ginting. Itu membuat dirinya kehilangan 2 angka beruntun sehingga Axelsen mendekat 9-11.
Kelemahan Ginting di area forehand kembali terekspos Axelsen. Selisih poin kedua pemain menipis lagi 11-13.
Sempat unggul 15-12, kesalahan sendiri memperparah situasinya hingga poinnya terkejar 15-15. Keadaan menegangkan memasuki poin krusial.
Ginting berhasil menyamakan kedudukan lagi di angka 17-17, dan sejak itu berhasil mengambil alih kendali permainan untuk memaksakan rubber game dengan kemenangan 21-18.
Masuk ke gim ketiga, eror Ginting kumat lagi saat dia punya beberapa kesempatan menyerang yang cukup terbuka tetapi gagal dimanfaatkan. Dia tertinggal 6-9.
Saat skor 8-9, smes Ginting kembali membentur net sehingga dia rugi sendiri. Salah menebak bola masuk yang dikira keluar membuat ia semakin ketinggalan di interval 8-11.
Sempat mendekat 10-11, Ginting kecolongan dari return service Axelsen yang cepat.
Namun, keajaiban dimulai dari sini. Ginting lebih sabar meladeni semua pukulan Axelsen dan sangat memegang area depan net.
Dari menyamakan 12-12, sang Juara Asia sukses meraup enam angka beruntun sampai akhirnya berbalik unggul jauh 18-12.
Keadaan berbalik menekan bagi sang raja bulu tangkis yang beberapa kali terlihat bermasalah dengan punggung belakangnya sejak akhir gim kedua.
Axelsen benar-benar mulai terus menerus memperlihatkan diri streching pada otot punggungnya. Namun, momentum justru didapatnya.
Kesalahan lain dari Ginting berujung tekanan dari Axelsen. Ginting belum dapat mengatasinya sampai skor disamakan di 18-18. Untungnya, Dewi Fortuna menaungi Ginting.
Poin kontroversial terjadi setelah netting balasan yang tanggung dari Axelsen disambar dengan cepat oleh Ginting.
Axelsen protes dengan keras karena menganggap kok masih di wilayahnya sehingga Ginting dinyatakan fault. Namun, wasit berpendapat lain.
Axelsen sempat histeris. "No!" teriaknya berulang-ulang. Dia duduk beberapa saat karena tak terima dengan keputusan walau akhirnya mau melanjutkan pertandingan.
Di reli berikutnya, Ginting memegang match point 20-18 tapi sebuah pengembalian yang melebar sempat memunculkan asa bagi Axelsen.
Untungnya, situasi ini tidak bertahan lama. Placing silang Ginting yang sulit dikembalikan Axelsen memastikan kemenangan bagi Ginting.
Ini menjadi kemenangan pertama Ginting atas Axelsen setelah selalu kalah dalam 11 pertemuan beruntun sejak 2021. Total Ginting menang 5 kali dan kalah 13 kali dari sang rival.
Namun, kemenangan Ginting diwarnai ketidakpuasan Axelsen yang terlihat masih emosional. Saat bersalaman dan memeluk Ginting, Axelsen terlihat masih tidak terima.
Tidak tahu apa yang dikatakan Axelsen. Ginting terlihat mengeluarkan gesture 'sumpah' tentang insiden yang dianggap fault oleh Axelsen di momen krusial tadi.
Axelsen lantas meninggalkan lapangan dengan wajah kesal sekesal-kesalnya. Sang raja bulu tangkis keluar duluan, mendahului barisan wasit lapangan dan Ginting.
Ginting menjadi tunggal putra Indonesia pertama yang lolos ke semifinal All England Open sejak Taufik Hidayat pada 2009. Itu 15 tahun yang lalu.
Langkah Ginting bisa diikuti kompatriotnya, Jonatan Christie, yang belum bertanding.
Baca Juga: All England Open 2024 - Level 'Stuck', Leo/Daniel Diimbau Aryono Miranat Tingkatkan Kelas Permainan