Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
KITA memiliki Bung Karno yang pernah mengatakan, "Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."
Maksud pernyataan populer dari pendiri bangsa Indonesia itu tentu saja bukan dengan hanya 10 pemuda sudah bisa menggemparkan dunia.
Kutipan itu bermakna bahwa para pemuda yang bersatu dapat menghimpun kekuatan luar biasa untuk mengubah dunia.
Kini kita juga memiliki Shin Tae-yong, yang disewa PSSI sejak 1 Januari 2020 untuk memperbaiki Timnas Indonesia.
Harapannya tentu saja agar kepak sayap Skuad Garuda yang diasuhnya bisa mengguncang Asia, bahkan dunia.
Seperti halnya Bung Karno, Oppa Shin juga meminta diberikan sejumlah pemuda untuk menunaikan tanggung jawabnya kepada PSSI dan bangsa Indonesia.
Setelah melihat langsung kondisi pemain dan kompetisi di Tanah Air, pelatih asal Korea Selatan itu meminta sejumlah pemain naturalisasi sebagai solusi atas tuntutan instan berbagai pihak.
Baca Juga: Waspadai Skenario Vietnam Singkirkan Timnas Indonesia
PSSI di era Mochamad Iriawan hingga Erick Thohir pun bersemangat memenuhi permintaan tersebut.
Bahkan, semangat naturalisasi di era Erick saat ini sangat luar biasa, menjadi catatan baru dalam sejarah persepakbolaan Indonesia.
Ketua Umum PSSI itu berhasil membawa rombongan pemain naturalisasi ke Tanah Air menjadi lebih banyak.
Shin Tae-yong tampaknya cukup puas ketika mengumumkan 28 pemain Timnas Indonesia untuk menghadapi Vietnam tanggal 21 dan 26 Maret 2024 dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Sebanyak 10 atau 35,7 persen dari skuad itu adalah pemain naturalisasi minus Elkan Baggott.
Pemain Bristol Rovers itu tak dihitung karena memang tak menjalani proses naturalisasi untuk memiliki paspor Indonesia.
Sebab, dia memiliki darah blasteran dari sang ayah (Inggris) dan ibu (Indonesia).
Mengingat ibunya memiliki kewarganegaraan Indonesia, maka Baggott memilih status sang ibu, sesuai Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI.
Kalaupun Baggott ditarik ke kelompok pemain naturalisasi, maka jumlahnya 39,3 persen dalam daftar 28 skuad timnas.
Apalagi jika proses naturalisasi Maarten Paes berjalan lebih awal dan lancar, akan lebih meriah lagi.
Pasalnya, kiper FC Dallas dari Belanda itu menyempurnakan satu kesebelasan Timnas Indonesia berlabel naturalisasi.
Vietnam sebagai rival sengit Tim Merah-Putih di kawasan Asia Tenggara sangat takjub melihat perubahan signifikan dalam hal materi pemain binaan Oppa Shin kali ini.
Sang pelatih bukan hanya telah mendapatkan 10 pemuda, melainkan lebih dari itu.
Baca Juga: Vietnam Takjub kepada Skuad Mewah Timnas Indonesia
Salah satu pemain naturalisasi yang paling heboh adalah Thom Haye.
Sebab, Indonesia langsung memiliki pemain termahal se-Asia Tenggara dengan masuknya gelandang berusia 29 tahun itu ke skuad Merah-Putih.
Mengutip valuasi situs statistik Transfermarkt, Haye bernilai 3 juta euro atau sekitar Rp 52 miliar.
Pemain klub liga utama Belanda Eredivisie, SC Heerenveen, itu memecahkan rekor pemain termahal ASEAN sebelumnya, Chanatip Songkrasin, kala bernilai 2,4 juta euro.
Kalau dibandingkan dengan para bintang Vietnam, Haye sudah terlalu tinggi.
Pemain termahal The Golden Star Warriors saat ini adalah kiper Nguyen Filip, dengan valuasi 600.000 euro atau lima kali lebih rendah dari Haye.
Apalagi berbanding dengan pilar Troussier sekarang seperti Nguyen Quang Hai, Vu Van Thanh, Nguyen Tien Linh, dan Ngyuen Van Toan, yang masing-masing 300.000 euro, jaraknya 10 kali lipat!
Nilai Haye sendiri malah menguasai 25 persen dari total valuasi Timnas Indonesia.
Saking tingginya, market value Thom Haye nyaris menyamai valuasi sejumlah tim ASEAN seperti Myanmar (3,15 juta euro) dan Singapura (3,25 juta euro), bahkan melebihi Kamboja, Laos, Brunei, dan Timor Leste.
Selain Haye, Indonesia sekarang juga punya Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, dan Ragnar Oratmangoen.
Sebelumnya sudah ada Marc Klok, Jordi Amat, Sandy Walsh, Justin Hubner, Ivar Jenner, dan Rafael Struick.
Semuanya adalah nama-nama yang memikat hati Oppa Shin untuk membela Skuad Garuda saat ini.
Akan tetapi, apakah mereka sudah atau bisa benar-benar menyatu (chemistry) dengan para pemain asli Indonesia lainnya?
Itulah yang disorot oleh kapten Timnas Vietnam Do Hung Dung.
Menurutnya, Timnas Indonesia akan berusaha mengikuti gaya bermain para pemain naturalisasi berbasis Eropa itu, yang mengandalkan kekuatan dan mengedepankan fisik.
Baca Juga: Kehadiran Banyak Pemain Naturalisasi Belum Tentu Bisa Bantu Timnas Indonesia
Gelandang senior berumur 30 tahun tersebut menilai style of play Skuad Garuda nanti berpotensi tidak jelas karena durasi mereka berkumpul dan berlatih bersama sangat terbatas.
Sesungguhnya bukan terbatas lagi, para pemain yang dipanggil Shin Tae-yong untuk menghadapi Vietnam itu justru masih terpisah-pisah di berbagai tempat.
Hingga kolom ini dibuat, skuad mewah Oppa Shin belum pernah berlatih bersama sejak dirilis 7 Maret lalu, padahal waktunya sudah sangat mepet.
Dari kondisi itu kita dapat memahami pernyataan Shin Tae-yong yang disiarkan via akun Instagram Erick Thohir 14 Maret lalu, bahwa Timnas Indonesia akan lebih sulit menang di GBK ketimbang di kandang Vietnam nanti.
Sementara Vietnam sudah beberapa kali menggelar sesi latihan bersama, termasuk dengan para pemain yang baru pertama kali dipanggil.
Itu bisa terjadi karena kompetisi domestiknya mendukung timnas dengan jeda setelah laga 9 Maret, termasuk turnamen piala nasionalnya yang berhenti 13 Maret lalu.
Sedangkan kompetisi di Indonesia masih bergulir, termasuk di beberapa negara Eropa seperti Belanda.
Troussier sadar betul, mengasah kemampuan teknis, daya tahan fisik dan mental, sambil mempererat kekompakan adalah modal utama di tengah keterbatasan pemain yang ada.
Vietnam cuma memiliki satu pemain yang terdaftar di klub asing bernama Yokohama FC, yakni Nguyen Cong Phuong, selebihnya bermain di kompetisi lokal dalam negeri.
Striker veteran itu sudah dalam beberapa hari ini bergabung dan berlatih dengan rekan-rekannya di Vietnam.
Kita hanya bisa berharap, jangan sampai Timnas Indonesia yang berselimut mewah pemain naturalisasi ini malah dimanfaatkan Vietnam.
Yang kita dambakan adalah para pemain naturalisasi yang bersatu padu dengan muatan lokal Indonesia untuk mengguncang dunia, seperti keinginan Bung Karno dulu.
Kolom ini sama sekali tak berpretensi untuk menilai proyek naturalisasi itu, walau pasti ada sisi positif dan negatifnya.
Selamat berjuang, Garuda!