Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, menjadi salah satu pemain berstatus unggulan yang dirugikan dalam undian Olimpiade Paris 2024.
Jonatan Christie berada dalam posisi yang lebih buruk daripada pemain unggulan lainnya meski berada di peringkat tiga dunia.
Juara Asia itu tergabung ke dalam grup L yang terdiri dari empat kontestan, lebih banyak satu daripada grup lainnya.
Selain Jonatan, grup berisi empat pemain juga diberikan kepada unggulan kedua, Viktor Axelsen (Denmark), yang berada di Grup P.
Aturan pengundian babak penyisihan grup memang aneh karena dua grup dengan pemain lebih banyak malah diberikan kepada pemain unggulan ke-2 dan ke-3.
Unggulan kedua masih sedikit diuntungkan karena grupnya dipastikan mendapatkan bye alias lolos otomatis pada babak 16 besar sebagaimana unggulan pertama.
Akan tetapi, bagi unggulan ketiga yang sudah ditetapkan akan bersaing dengan satu pemain lebih banyak, privilese ini malah menjadi undian dengan unggulan keempat.
Hasil undian memberikan posisi di Grup E yang kebagian bye kepada Anders Antonsen (Denmark) yang peringkatnya berada tepat di bawah Jonatan.
Artinya, Jonatan malah akan menjalani pertandingan paling banyak untuk ke final dibandingkan lawan-lawannya di Olimpiade Paris 2024.
Sebagai perbandingan, Jonatan harus menjalani 7 pertandingan (3 laga di fase grup dan 4 di fase gugur) sedangkan Antonsen cuma 5 pertandingan (2 laga di fase grup dan 3 di fase gugur).
Di fase grup Jonatan Christie juga akan bersaing dengan lawan yang tidak mudah.
Menjadi rival Jojo di Grup L adalah Julien Carragi (Belgia), semifinalis Olimpiade Tokyo 2020 Kevin Gordon (Guatemala), dan juara India Open Lakhsya Sen (India).
PBSI menilai hasil undian agak kurang menguntungkan bagi jawara tepok bulu jebolan PB Tangkas tersebut.
PBSI, melalui Kepala Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roedyanto, melayangkan protes resmi kepada BWF soal ketidakadilan undian pada fase grup Olimpiade Paris 2024.
Sebagai pemain berperingkat tiga besar, Jojo, panggilan akrab Jonatan, malah tidak mendapatkan keuntungan.
Namun karena sistem ini telah berjalan, PBSI meminta BWF agar jadwal pertandingan Jonatan tidak tidak terlalu rapat.
PBSI juga menyarankan supaya penggunaan sistem pertandingan yang tidak adil seperti ini tidak dipakai lagi pada turnamen-turnamen selanjutnya.
BWF akhirnya juga telah memberikan jawaban terhadap protes yang diajukan PBSI melalui surat elektronik.
Federasi bulu tangkis Dunia itu berjanji akan melakukan evaluasi soal undian yang dilakukan.
Mereka juga berjanji untuk mengatur jadwal yang tepat agar tidak merugikan Jonatan demi mendapatkan waktu istirahat yang cukup.