Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Olimpiade Paris 2024 tak berjalan sesuai rencana atlet senam indah, Rifda Irfanalutfhi. Namun, perjuangannya telah mengingatkan publik akan nilai sejati dari pesta olahraga sedunia itu sendiri.
"L'important n'est pas de gagner, mais de—Hal terpenting dari Olimpiade bukan untuk memenanginya, tetapi untuk ambil bagian, seperti halnya dalam kehidupan, yang terpenting bukan kemenangan tetapi perjuangan."
Kalimat tersohor dari mulut penggagas Olimpiade modern, Pierre de Coubertin, di atas menjadi kredo yang sungguh dihidupi di dunia olahraga.
Olimpiade menjadi panggung tertinggi di dunia olahraga sebagaimana dulu cikal bakalnya dihelat di Olympia, kediaman Dewa Zeus dalam mitologi Yunani.
Derajat seorang atlet akan ditinggikan setelah menjadi seorang olympian. Namun, untuk menuju ke sana, perjalanannya jauh dari kata mudah.
Kata kuncinya adalah perjuangan dan Rifda Irfanalutfi menunjukkannya dalam lomba senam indah pada Minggu (27/7/2024) di Bercy Arena, Paris, Prancis.
Rifda tetap tampil sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat akibat cedera lutut yang telah ditahannya selama berbulan-bulan.
Rifda harus dibantu pelatihnya, Eva Novalina Butar Butar, untuk melompat ke palang bertingkat. Hanya alat itu yang dipakainya dari 4 alat di senam indah.
Baca Juga: 1 Kapal dengan India dan Iran, Ini Tampilan Tim Indonesia pada Defile Pembukaan Olimpiade Paris 2024
Penampilan peraih 1 medali perak Asian Games dan 5 medali emas SEA Games itu mendapatkan aplause yang meriah meski dia bukan kontestan ternama.
Mengutip Kompas.id, para penonton yang memadati arena berkapasitas 20 ribu kursi itu bertepuk tangan dan bersorak setelah Rifda mendarat dengan dibantu oleh Eva.
Apresiasi terhadap Rifda juga hadir di siaran internasional dari Olimpiade Paris 2024
"Apapun yang terjadi di sini, apapun yang bisa dilakukannya sekarang, dia telah melakukan sesuatu yang akan tercatat dalam sejarah atau masuk dalam keabadian olahraga," kata sang komentator.
"Dia lolos ke Olimpiade di Kejuaraan Dunia. Dia terjatuh dalam perjalanannya di kualifikasi, dia tahu kelolosannya pada hari ketika dia harus menjalani operasi."
Semangat Olimpiade memang lebih mudah untuk ditemui dari penampilan kontestan yang berada di belakang, dari mereka yang tetap berjuang di tengah kekurangan.
Rifda pun demikian. Tiket ke Olimpiade harus didapatkannya dengan 'berdarah-darah'.
Kelolosan Rifda dipastikan di Kejuaraan Dunia Senam 2023 pada Oktober tahun lalu di mana dia mengalami cedera lutut kanan karena terjatuh saat mendarat dari palang bertingkat.
Operasi meniskus telah dijalaninya akhir tahun lalu. Namun, tentang robek ligamen (ACL) yang pemulihannya panjang, Rifda memilih untuk menahan rasa sakit demi tampil di Olimpiade.
Rifda sadar kesempatan tampil di pesta olahraga sejagat barangkali hanya datang sekali seumur hidup. Oleh karena itu, dia berjuang sekuat tenaga untuk bisa terlibat.
Kelolosan Rifda sudah menjadi sejarah.
Sebab, dia orang Indonesia pertama yang lolos ke event senam indah di Olimpiade. Senam indah menjadi cabor tetap di Olimpiade modern sejak edisi perdana pada 1896.
Mengutip Antaranews.com, persiapan Rifda diiringi rehabilitasi dan penguatan. Dalam pemusatan latihan di Belanda bulan lalu, dia sudah bisa melakukan gerakan di semua alat.
Sayangnya, cedera kembali mendera Rifda tiga pekan sebelum keberangkatan ke Paris. Lututnya bengkak hingga penampilannya kembali terancam.
Rifda belum habis. Tiga hari sebelum bertolak dari pemusatan latihan di Belanda ke Prancis dia bisa berlatih dengan keempat alat sesuai arahan pelatih.
Malang, dalam latihan pertama alat meja lompat di Paris, cedera Rifda kambuh.
Dia harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan sehingga melewatkan kesempatan hadir dalam upacara pembukaan pada Jumat (26/7/2024) lalu.
Lagi-lagi, Rifda menolak untuk menyerah. Ini semua dilakukan demi mimpinya untuk mencetak sejarah. Perziarahan menuju tanah para dewa-dewi olahraga diselesaikannya.
Air mata tetap tidak tertahankan karena penampilannya tidak sempurna.
Dari penampilannya dengan palang bertingkat, Rifda mendapat nilai 9,166, terbawah. Akan tetapi, hal terpenting dari Olimpiade adalah ambil bagian dan dia berhasil mewujudkannya.
"Sebenarnya enggak bisa main sih ya. Namun, Rifda ingin banget tampil di Olimpiade. Ini cita-cita Rifda. Semua yang mendukung Rifda bisa membuat mereka bangga," kata Rifda.
"Rasanya sekarang sudah tenang, sudah bisa membuktikan bisa tampil. Senang bisa melewati rasa sakit," tambahnya.
Rifda untuk sementara hanya ingin menikmati pengalaman Olimpiadenya. Tentang naik ke meja operasi untuk terus berkarier atau pensiun, dia belum memutuskan.
"Saya mau merasakan suasana Olimpiade dulu. Mungkin saya operasi, mungkin juga tidak. Apa saya mau pensiun atau mau lanjut jadi atlet," ucapnya.