Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, menjadi pemain kesekian yang mengalami masalah mental menjadi penghalang saat tampil di turnamen bergengsi pada Olimpiade Paris 2024.
Olimpiade Paris memang merupakan ajang kedua bagi Gregoria setelah di Tokyo.
Namun, situasi pertandingan pada dua Olimpiade tersebut berbeda jauh.
Olimpiade Tokyo 2020 digelar tanpa penonton karena masih dalam pandemi covid-19.
Sementara Olimpiade Paris 2024 baru para pemain merasakan atmosfer pertandingan yang sesungguhnya.
Gregoria terlihat tampil tegang meski menghadapi pemain ranking 64 dunia, Tereza Svabikova pada laga yang digelar di di Porte de la Chapelle Arena, Prancis, Rabu, (31/7/2024).
Meski berhasil membungkus kemenangan dua gim langsung dengan skor 21-12, 21-18.
Gregoria mengakui bahwa dirinya begitu tegang menghadapi laga yang menentukan langkahnya melaju ke babak 16 besar itu.
"Kayanya aku mengurangi kesalahan sendiri aja sih, kayanya tadi di awal ada beberapa nervous yang masih belum bisa dikendaliin dengan baik, tapi setelah interval aku coba fokus ke cara main aku aja sih," kata Gregoria dalam rilis resmi NOC Indonesia.
"Teriak deh kayanya, tadi aku beberapa kalo coba rilis tegangnya dengan teriak sih," ujar Gregoria untuk melawan rasa tegangnya.
Menurutnya, teriak akan melepaskan rasa tegang dan grogi pada dirinya.
"Jujur pasti ada pengaruh, karena dari seluruh GOR yang gede ini, ada teriak nama Indonesia, pastinya buat aku ngerasa gak sendiri kan," ucap Gregoria melanjutkan.
"Aku main tunggal gak punya partner, punya pelatih di belakang juga, gak bisa ngobrol."
"Pastinya dengan teriakan itu membuat aku lebih semangat dan merasa ada yang bantu aku juga sih, untuk menyelesaikan, karena mereka selalu teriak mau aku dapat poin atau engga, pastinya sangat membantu," ujarnya.
Gregoria juga mengakui mental dan rasa tegang adalah penyakit yang belum bisa diatasi sampai sejauh ini.
"Kalau boleh jujur secara permainan aku nyaman, tapi secara mental dan tegang itu belum gitu loh, masih menyesuaikan," ucap Gregoria.
"Kemarin aku main sekali terus libur dua hari, itu cukup berpengaruh, kaya kemarin udah mulai panas tapi dua hari off aku enggak merasakan atmosfer si stadium ini lagi, jadi kaya off lagi, itu bukan jadi alasan."
"Di Olympic ini jadwalnya seperti ini kan beda dengan world tour, pastinya ini adalah tantangan yang harus aku lewati juga, semoga hari ini main, selanjutnya juga."
"Pastinya reame sih, tapi maksudnya bukan yang kalau indonesia gemuruh banget, cuman dia kan rame tapi masih agak tenang gitu, mungkin itu sih salah satu yang diingat.
"Terus posisi-posisi tertekan gitu sering aku visualisasikan juga, karena itu ngaruh. Kira-kira kalau aku lagi tegang apa sih yang aku visualisasikan, atau lakuin juga kalau lagi main," ujarnya.
Gregoria memiliki target yang cukup besar untuk bangkit dari posisi sulit dalam pertandingan.
Medali adalah pencapaian yang cukup dirindukan pada sektor tunggal putri Indonesia yang terakhir kali diraih Maria Kristin dengan perunggu pada Olimpiade Beijing 2008.
"Kayanya target sih, karena aku di sini punya target yang cukup besar tapi aku rasa target yang besar harus diikuti juga dengan usaha yang keras juga," kata Gregoria.
"Jadi pastinya itu yang ngebuat aku untuk bangun terus walaupun berapa momen agak-agak menegangkan," ujarnya.
Selanjutnya, Gregoria akan menghadapi wakil Korea Selatan, Kim Ga-eun pada babak 16 besar.