Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - CEO Ducati, Claudio Domenicalli, mengungkap alasan sebenarnya kenapa Jorge Martin batal direkrut menuju ke tim pabrikan dan justru memilih Marc Marquez.
Plot twist yang terjadi di skuad Ducati dalam bursa transfer MotoGP sempat menimbulkan kegemparan.
Pasalnya, Jorge Martin yang sejak akhir musim lalu digadang-gadang akan naik ke tim pabrikan pada musim depan malah terbuang.
Padahal Martin mampu memimpin klasemen sementara MotoGP 2024 setelah menjadi runner-up musim lalu.
Pembalap berjuluk Martinator itu pun kabarnya sudah sempat dijanjikan untuk pindah ke tim utama Si Merah Borgo Panigale.
Kesepakatan verbal juga kabarnya sudah dilakukan.
Namun, manuver besar dilakukan Ducati ketika pada akhirnya memilih Marc Marquez untuk disandingkan bersama Francesco Bagnaia.
Baca Juga: Ducati Awas, Pecco Bagnaia Sudah Wanti-wanti Duetnya dengan Marc Marquez Bisa Jadi Bencana
Sedangkan Martin, yang tentu dengan perasaan super kecewa, dengan cepat bergerilya mengamankan kontrak di Aprilia Racing.
Pergerakan yang cepat dari kedua belah pihak mengisyaratkan ada pergelutan yang sempat terjadi di internal Ducati.
Banyak yang mempertanyakan dan heran dengan Ducati, mengapa rela menukar calon jawara di masa mendatang dengan Marquez yang berusia 31 tahun?
Setelah lama bungkam, pihak Ducati mulai angkat bicara dengan gamblang.
Claudio Domenicalli yang akhirnya membuka tabir rasa penasaran publik.
Domenicalli mengungkapkan bahwa mereka pihak Ducati sebenarnya sangat terkesan dengan kecepatan dan penampilan Martin.
Konsistensinya juga menjanjikan di setiap seri balapan.
"Jorge Martin adalah pembalap bertalenta yang sangat kuat," kata Domenicalli kepada La Gazzetta dello Sport, dikutip BolaSport.com dari Paddock-GP.
"Kejuaraan Dunia masih bergulir sekarang dan jika tahun lalu dia meraih gelar itu, Jorge layak mendapatkannya (kursi tim pabrikan) sama seperti Pecco (Bagnaia)."
Namun, ada satu blunder dari Martin yang ternyata menurut Domenicalli menjadi penyebab dari perpisahan mereka dengan sang pembalap.
Tepatnya, ketika mereka mendengar pembalap asal Spanyol itu menegaskan tidak mau bertahan di Pramac lagi karena ambisinya menjadi rider tim pabrikan.
"Sejak awal dia berkata 'Saya tidak akan tinggal bertahan di Pramac' dan sejak itu tidak ada lagi jalan untuk kembali," kata Domenicalli.
"Satu-satunya hal yang seharusnya tidak dilakukan Jorge adalah mengatakan 'dia tidak akan bertahan di Pramac'."
"Saya tidak pernah bertanya pada diri sendiri apa lagi yang seharusnya dilakukan."
"Namun, begitu Anda mengatakan 'tidak', orang yang harus memutuskan akan memiliki pilihan yang lebih sedikit," tandasnya beranalogi.