Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong, menilai bahwa pola pikir jadi hal pertama yang dibenahi saat bertugas di skuad Garuda.
Shin mulai memimpin timnas sejak tahun 2020 lalu.
Tugasnya cukup berat karena saat membangun tim satu dunia dilanda pandemi Covid-19.
Perlahan, dia mulai mendapatkan skema terbaik dan momentum tersebut hadir di Piala AFF 2022.
Selanjutnya, skuad Garuda perlahan berprogres sehingga berada di tahap ini.
Baca Juga: Shin Tae-yong Akhirnya Bicara Target di Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Shin Tae-yong mengakui, orang Indonesia memang dikenal ramah dan baik hati.
Namun, beberapa pemain memiliki pola pikir yang kurang tepat untuk menjadi atlet profesional.
Hal ini yang coba dibenahi sejak dia memimpin latihan perdana skuad Garuda.
"Pertama, orang Indonesia semuanya baik dan berhati lembut, jadi saya terkejut ketika pergi ke sana."
"Oh mereka memiliki pola pikir yang buruk tentang menjadi atlet, ya mereka sangat lembut dan tidak pernah mengatakan hal buruk kepada orang lain, begitulah atlet sejati," kata Shin Tae-yong dilansir BolaSport.com dari kanal YouTube 3PRO TV.
Baca Juga: Carlos Pena Ungkap Alasan Belum Mainkan Pedro Dias di Persija, Duet Bek Timnas Indonesia Masih Kokoh
Salah satu yang jadi sorotan dan sering Shin ingatkan adalah soal komunikasi.
Rencana yang sudah dirancang oleh bekerja tidak akan bekerja dengan baik saat pemain kurang solid.
Kondisi ini membuat mereka harus terus terhubung dan saling mengingatkan saat sudah bermain.
"Di dalam sepak bola ini adalah latihan taktis."
"Tetapi kenyataannya, pelatih menganggap menyampaikan pesan adalah hal yang paling penting, tapi mereka tidak," lanjutnya.
Baca Juga: PSSI Tak Peduli Nyinyiran Media-media Negara Tetangga Soal Timnas Indonesia
Shin juga menilai bahwa hadirnya pemain keturunan perlahan bisa membuat pola pikir timnas semakin padu.
Mereka membawa ilmu yang sudah dipelajari dari luar negeri dan coba diterapkan dalam tim.
Tentunya, dia memiliki kriteria yang ketat saat memberikan rekomendasi pemain keturunan dan bertanggung jawab penuh.
"Mereka adalah pemain keturunan yang menjadi WNI, saat ini sudah hampir 50 persen dan ke depan akan lebih besar lagi."
"Saya sangat ketat tentang satu hal, jika tidak memiliki darah Indonesia dalam dirinya."
"Saya tidak akan pernah mengerjakannya (memberikan rekomendasi), jadi pemain kita adalah mereka yang berdarah Indonesia."
"Mereka memiliki kakek dan neneknya berdarah Indonesia," tutupnya.