Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Tunggal putra Prancis, Alex Lanier, mengungkapkan rahasia performa impresif sepanjang turnamen Japan Open 2024.
Alex Lanier berhasil menjadi juara usai memenangkan laga pamungkas lewat pertandingan dua gim langsung.
Atlet berusia 19 tahun itu menumbangkan Chou Tien Chen dari Taiwan dengan skor 21-17, 22-20 pada laga yang digelar di Yokohama Arena, Kanagawa, Jepang, Minggu (25/8/2024).
Lanier bahkan mendahului dua atlet bersaudara yang merupakan kompatriotnya yakni Christo Popov dan Toma Junior Popov.
Lanier berhasil lebih dulu merasakan gelar juara turnamen bergengsi pada level yang lebih tinggi di turnamen bulu tangkis BWF World Tour Super 750.
Adapun Christo Popov dan Toma Junior Popov bahkan belum mencicipi gelar juara di atas level Super 300.
Christo Popov bahkan baru sekali merasakan gelar juara BWF Tour pada German Open 2024 (Super 300).
Adapun Toma Junior Popov dua kali juara pada Spain Masters 2021 (Super 300) dan Orleans Masters 2022 (Super 100).
Lanier kemudian mengungkapkan kebahagiannya usai tak terduga bisa menciptakan kejutan pada Japan Open 2024.
"Saya tidak memiliki kata-kata, saya pikir saya terlalu lelah untuk menyadari apa yang terjadi," kata Lanier seusai laga final dikutip BolaSport.com dari L'Equipe.
"Semua tekanan hilang dan emosi mulai muncul. Sungguh luar biasa apa yang terjadi hari ini dan sepanjang pekan."
"Saya memainkan permainan terbaik saya, saya mampu melakukan apa yang saya inginkan di atas lapangan."
"Saya bisa tetap tenang, semuanya berjalan dengan baik, dengan urutan yang tepat," ujarnya.
Lanier mengatakan pendekatan yang dilakukannya pada laga final setelah kondisi fisiknya menurun.
Baca Juga: Hasil Final Japan Open 2024 - Monster Ganda Campuran China Baru Pupus Asa Anak Didik Flandy Limpele
"Kami memiliki taktik yang bagus di awal pertandingan, tetapi sulit untuk mengimbangi fisik," kata Lanier.
"Saya sedikit menurun, lawan saya kuat dan saya tertinggal. Jadi saya bermain dengan otak saya dan harus mengubah strategi saya."
"Saya bisa membuatnya kesal dengan memainkan gaya yang sangat berbeda."
"Hal itu menunjukkan kepada saya bahwa saya bisa melakukan keduanya, sangat menyerang dan juga bertahan," ujarnya.
Lanier kemudian mencoba menyimpulkan penampilannya sepanjang turnamen.
"Saya sangat bangga dengan apa yang kami lakukan dengan pelatih, Kestutis Navickas, mempertahankan level permainan ini sepanjang kompetisi," kata Lanier.
"Tetap kuat hingga final. Itu adalah sesuatu yang saya rindukan. Saya tahu saya bisa bermain di level tersebut dalam satu pertandingan, namun di sepanjang kompetisi, itu adalah hal yang berbeda."
"Sangat menyenangkan bisa mendorong diri sendiri secara mental dan fisik."
"Bahkan ketika saya merasa tidak punya apa-apa lagi, seperti sudah mati, saya masih bisa terus maju. Itu tidak lain adalah kebahagiaan," ujar Lanier.