Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Perjuangan Jakarta Bhayangkara Presisi berakhir pahit setelah tidak dapat memaksimalkan momentum untuk lolos ke final AVC Club Championship 2024.
Jakarta Bhayangkara Presisi sebenarnya hanya berjarak 1 poin untuk kembali mentas di final AVC Club Championship 2024.
Momen penuh harapan terjadi ketika Bhayangkara unggul 14-13 di set kelima dalam laga kontra Foolad Sirjan Iranian di Shahediyeh Indoor Stadium, Yazd, Iran, Jumat (13/9/2024).
Sambaran Muhammad Malizi untuk memenangi bola overpass dari lawan membawa Bhayangkara mencetak match point duluan.
Akan tetapi, juara bertahan Proliga itu goyah setelah time out yang diambil Foolad Sirjan hingga kehilangan tiga poin beruntun.
Dua poin terakhir lawan terjadi karena spike yang gagal dari outside hitter asing dari Prancis, Earvin Ngapeth.
Bhayangkara berbalik tertinggal 14-15 karena spike pemain terbaik Olimpiade Tokyo dan Paris itu terlalu memanjang.
Di reli berikutnya, Ngapeth kembali menjadi target umpan dari setter senior, Nizar Julfikar. Akan tetapi, serangannya terbaca sehingga dapat diblok oleh lawan.
Bhayangkara kalah dengan skor 2-3 (22-25, 25-23, 25-22, 21-25, 14-16) dari Foolad Sirjan selaku juara bertahan Liga Voli Iran.
Ngapeth menyumbang 16 poin dari 15 bola serangan (rasio sukses 44,1 persen) dan 1 servis ace.
Sementara pemain asing lainnya, opposite inti timnas Prancis, Jean Patry, mengemas 31 poin dengan rincian 26 attack (rasio sukses 60,4 persen), 3 blok, dan 2 ace.
Pelatih Bhayangkara, Reidel Toiran, mengomentari performa legiun asingnya itu.
"Tentunya, kita tidak boleh lupa bahwa Ngapeth baru saja tampil di Olimpiade dan kelelahan," kata Reidel, dilansir dari laman resmi Federasi Bola Voli Iran (IRIVF).
"Dia dan Patry sangat membantu kami di pertandingan ini dan kami berterima kasih kepada mereka," imbuhnya.
Melihat statistik pertandingan, Ngapeth juga sibuk dengan pertahanan.
Pemenang trofi AVC Club Championship 2022 bareng Paykan Tehran itu paling banyak melakukan dig sukses di Bhayangkara, melebihi Fahreza Rakha selaku libero.
Penerimaan bola Ngapeth juga tinggi dengan 7 kali dari 20 kesempatan, hanya kalah dari Agil Angga yang juga dibuat sibuk dengan 11 receive sukses dari 26 kesempatan.
Kehadiran Ngapeth dan Patry yang merupakan pemain inti dari skuad juara VNL dan Olimpiade Paris cukup menyedot perhatian publik Iran yang menjadi tuan rumah.
Lebih-lebih, Indonesia bukan tim yang memiliki tradisi kuat di AVC Club Championship, setidaknya sampai Bhayangkara sukses lolos ke final untuk pertama kalinya pada 2023.
Kehadiran pemain top dunia sebenarnya sudah menjadi pemandangan wajar di Indonesia.
Di Proliga, sudah banyak pemain jebolan liga-liga top maupun berstatus timnas/eks timnas yang memeriahkan kompetisi dalam negeri ini.
Bhayangkara misalnya, musim lalu mereka menggaet Noumory Keita yang sedang berkiprah di Liga Italia dan pernah menjadi top skor di Liga Korea.
"Di Indonesia, bola voli sedang berkembang pesat," kata Reidel yang juga mengawali karier sebagai pemain asing di Indonesia.
"Dan kami ingin meningkatkan diri dengan merekrut pemain-pemain internasional."
Adapun soal hasil pertandingan, Reidel merasa penampilan anak-anak asuhnya sudah sangat baik hingga mampu membalikkan keadaan.
"Pada set pertama, kami bermain sangat buruk dan kalah, tetapi setelah itu kami dapat kembali ke permainan dengan sejumlah perubahan," ujar Reidel.
"Tentunya, inilah olahraga. Kami dapat memberikan tekanan yang bagus kepada tim lawan, tetapi pada akhirnya kami kalah," tukasnya.