Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Dua jempol diberikan untuk Mees Hilgers dkk. usai FC Twente mampu menahan imbang Man United di Liga Europa 2024-2025.
Matchday pertama Liga Europa 2024-2025 di Old Trafford, Rabu (25/9/2024) berakhir tanpa pemenang.
Hal itu terjadi setelah duel antara Man United dan FC Twente berakhir sama kuat 1-1.
Man United selaku tuan rumah sejatinya tampil begitu dominan dengan mendapatkan 19 tembakan yang hanya berujung pada 5 shot on target.
Mereka juga mendominasi jalannya laga dengan 57 persen penguasaan bola.
Berbeda dengan FC Twente yang hanya berhasil melepas 7 tendangan dengan 3 di antaranya tepat sasaran.
Setan Merah mampu unggul 1-0 di babak pertama melalui gelandang asal Denmark, Christian Eriksen.
Christian Eriksen membuat timnya memimpin berkat sepakannya pada menit ke-35.
Di babak kedua, Twente berhasil menyamakan skor 1-1.
Klub yang dibela calon pemain naturalisasi Timnas Indonesia, Mees Hilgers, patut berterima kasih dengan Eriksen.
Pasalnya, pemain yang membawa keunggulan Man United itu membuat blunder fatal yang menyebabkan terciptanya gol Sam Lammers di menit ke-68.
Kendati jual beli serangan dan tekanan terus gencar diarahkan ke jantung pertahanan Twente, Man United tetap gagal menambah gol.
Alhasil skor 1-1 bertahan hingga laga berkesudahan.
Hasil seri tersebut disyukuri oleh pelatih Twente, Joseph Oosting.
Oosting mengapresiasi penampilan dari Mees Hilgers dkk. yang bermain sangat baik dengan keseimbangan di lini bertahan dan penyerangan.
Koordinasi antar pemain mendapat acungan jempol dari Oosting yang bisa menahan tekanan para pemain Man United.
"Semua pemain saya bermain dengan baik dan rencana permainan juga bagus," kata Oosting seperti dikutip BolaSportcom dari laman resmi Twente.
"Sebelumnya, Anda ingin melihat beberapa momen dalam bertahan dan menyerang dan kami melakukannya dengan sangat baik.”
"Jika Anda terlalu banyak menunggu, mereka terampil dalam sepak bola dan mereka mendapatkan peluang. "
"Jika Anda menempatkan mereka di bawah tekanan tinggi, Anda juga dapat memaksa mereka membuat kesalahan dan pada akhirnya hal itu juga semakin menjauhkan mereka dari gawang."
"Soal koordinasi dan keberanian, bukan hanya keberanian saat menguasai bola, tetapi juga keberanian dalam bertahan."
"Setelah jeda kami mencoba untuk melompat dengan pemain belakang di sisi kanan, tetapi jika itu tidak berhasil, mereka pergi begitu cepat," tutur pelatih asal Belanda tersebut menambahkan.