Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Fenomena paradoks dalam perjalanan perebutan gelar juara dunia MotoGP 2024 sedang dialami Francesco Bagnaia di musim ini, Manajer Tim Ducati Davide Tardozzi sendiri pun bingung.
Kans merebut gelar juara dunia MotoGP musim ini masih sangat terbuka bagi dua nama yang paling potensial, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) dan Jorge Martin (Prima Pramac).
Margin angka kedua pembalap cuma berselisih 10 poin.
Martin mengantongi 392 poin di posisi puncak klasemen MotoGP 2024. Sedangkan Pecco Bagnaia ada di posisi kedua dengan 382 poin.
Sementara, empat seri GP masih tersisa di akhir musim. Semua skenario bagi dua nama tersebut di atas masih sangat mungkin terjadi.
Baca Juga: Ironi Juara Dunia yang Terancam Jadi Pengangguran, Peluang Jadi Test Rider Yamaha pun Tertutup
Namun, jika menilik posisi Martin dan Bagnaia di papan klasemen, ada satu hal yang agak mengganjal bagi skuad si Merah Borgo Panigale.
Hal itu terletak pada anomali situasi yang sedang dirasakan pihak Bagnaia.
Jika dilihat sekilas sepanjang musim ini, Bagnaia yang jauh lebih sering memetik kemenangan alias naik podium tertinggi.
Tercatat dia sudah menang delapan kali sesi balapan utama. Ditambah kemenangan sesi sprint ada lima kali.
Namun, jumlah poinnya masih tertinggal dari Martin yang 'cuma' menang 3 sesi balapan utama dan lima sesi sprint.
Bagnaia menang total 13 kali, Martin mengantongi 8 kali kemenangan sepanjang musim ini.
Namun, apa yang membuat Martin jauh lebih unggul dalam perolehan poin dalam perebutan gelar juara dunia tahun ini?
Manajer Tim Ducati, Davide Tardozzi pun tidak menyembunyikan kebingungan dia ketika mendapat pertanyaan terkait anomali ini.
"Adalah sesuatu yang bersifat paradoks ketika memikirkan bahwa Pecco sudah memenangkan delapan balapan (utama), sedangkan Jorge tiga balapan utama, tapi dia (Pecco) masih tertinggal 10 poin dalam klasemen kejuaraan," kata Tardozzi dikutip BolaSport.com dari GPOne.
"Itu sama saja seperti luka menganga," tambahnya menganalogikan diri.
"Namun, menurut saya, Bagnaia sangat menyadari situasi tersebut," tambahnya.
Jika ditelurusri lebih lanjut, satu hal yang membuat Martin bisa unggul dari Bagnaia adalah dari konsistensinya.
Meski jarang menang balapan utama, Martin hampir selalu meraih podium runner-up sepanjang musim ini.
Tujuh podium runner-up pada balapan utama diamankan pembalap berjuluk Martinator itu. Raihan poin runner-up pun cukup tinggi, 20 poin untuk setiap serinya.
Hanya berselisih lima angka dari pemenang yang berhak 25 poin.
Selain itu, kekuatan Martin dalam sesi Sprint juga jadi keunggulan dia.
Tidak bisa dipungkiri, rajin menang di Sprint sangat mempengaruhi laju poin dia di klasemen. Bahkan sejak musim lalu ketika Martin berakhir jadi runner-up MotoGP 2023.
Di sisi lain, Tardozzi masih yakin dengan Bagnaia yang bisa menanjak di akhir musim.
Jarak 10 poin masih sangat memungkinkan untuk dikejar.
"Saya yakin dia mampu memberi kami kepuasan yang pantas dia dan seluruh tim dapatkan," kata Tardozzi selaku manajer tim Ducati.
"Karena pada akhirnya, Pecco memahami arti dari sebuah 'tim'," tandasnya.