Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Bunker Jebol Juventus Diserbu 53 Tembakan Cuma dalam 3 Partai, Jiwa Thiago Motta Masih di Bologna

By Beri Bagja - Sabtu, 2 November 2024 | 06:00 WIB
Reaksi para pemain Juventus saat kebobolan gol Stuttgart dalam laga Liga Champions di Allianz Stadium, Turin (22/10/2024). (MARCO BERTORELLO/AFP)

BOLASPORT.COM - Hanya dalam waktu singkat, wajah Juventus berubah drastis dari tim yang sangat tangguh menjadi bulan-bulanan serangan musuh.

Juventus seperti kehilangan identitas mereka belakangan ini karena serangkaian hasil minor.

Padahal, Bianconeri sempat membangun bunker kokoh di lini belakang yang begitu sulit dibongkar lawan.

Pasukan Thiago Motta cuma kemasukan 1 kali sampai pekan ke-8 Liga Italia.

Motta menuai pujian karena dianggap mengembalikan tradisi Juve yang solid.

Timnya dianggap salah satu kandidat kuat peraih scudetto.

Akan tetapi, kesan tangguh itu meluntur hanya dalam waktu kurang dua minggu.

Juventus berubah menjadi sangat rentan dilukai lawan dalam tiga pertandingan terakhir lintas kompetisi.

Mereka secara beruntun kalah saat menjamu Stuttgart (0-1), seri dengan Inter Milan (4-4), serta nyaris kalah di kandang sendiri melawan Parma (2-2).

Angka kebobolan 7 gol dari tiga partai di atas dilengkapi catatan menderita 53 tembakan!

Masing-masing Juventus diserbu 22 peluang dari pemain Stuttgart, 18 kali oleh Inter, dan 13 tembakan kubu Parma.

Baca Juga: Rafael Leao Kudu Sadar Diri, Dia Bukan Pemain Juara tapi Cuma Anak Malas di AC Milan

Dengan rataan menerima 18 tembakan lawan per partai, jumlah ini sangat buruk untuk tim yang digadang-gadang bangkit menjadi pesaing scudetto.

Banyaknya kesalahan individu merupakan sumber keroposnya pertahanan Juve.

Sejumlah pengamat sepak bola mulai menemukan cela dari gaya permainan Motta yang awalnya banyak diapresiasi.

Skuad belum menemukan titik keseimbangan dalam menjaga fokus menyerang dan bertahan.

Kejadian dalam tiga partai terakhir menunjukkan bahwa permainan menghibur saja bukan jaminan untuk mendatangkan kemenangan.

Motta dikritik masih meninggalkan jiwanya di Bologna.

Ia dipuji karena banyak mengorbitkan para pemain muda, tetapi klub sebesar Juventus tetap membutuhkan sokongan pemain senior sebagai pilar.

GABRIEL BOUYS/AFP
Pertahanan Juventus dihujani 53 tembakan dalam 3 partai, taktik Thiago Motta dikritik tak punya identitas jelas di skuad.

"Mereka ingin meyakinkan saya bahwa menonton hasil seri 2-2 ini (vs Parma) menyenangkan," ujar jurnalis senior Italia sekaligus Direktur Tuttojuve.com, Claudio Zuliani.

"Bukankah kita memerlukan keseimbangan seperti yang pelatih bilang? Maka ciptakanlah hal itu."

"Apa yang akan kita lakukan? Bermain 4-4 dan 3-3 di setiap laga? Kita perlu mengerti akan menuju ke mana tim ini."

"Saya pikir itu (scudetto) bukan target Bianconeri. Kita harus mengubah sikap. Motta harus mengerti bahwa Juve bukanlah Bologna," katanya.

Mantan kiper Milan dan Genoa, Simone Braglia, senada mengomentari Juventus belum menemukan identitas yang jelas bersama sang pelatih baru.

Gaya permainan warisan Motta di Bologna tidak semudah itu diterapkan untuk tim dengan target tinggi semodel Juve.

"Juve adalah Juve dan tidak bisa disamakan dengan Bologna," ujar Braglia dikutip dari Tuttomercatoweb.

"Bukan berarti Juventus harus selalu menang, (tapi) ada yang hilang dalam strategi komunikasi di tim."

"Motta harus mengembalikan respek kepada sejumlah pemain tertentu. Anda tak bisa berpikir para pemuda itu akan menjadi solusi bagi Anda," ujarnya.

Bianconeri memang masih menjadi satu-satunya tim tak terkalahkan di Serie A musim ini.

Namun, berada di peringkat ke-6 dengan selisih 7 poin dari pemuncak klasemen, Napoli, membuktikan rekor unbeaten saja tak cukup.

Juve harus memulihkan naluri sebagai tim besar dan tak membiarkan lawan mengambil kesempatan.

Hasil seri dengan Parma, Cagliari, dan Empoli seharusnya tidak terjadi andai mentalitas skuad mereka sudah terasah sebagai calon juara.

Motta mengakui skuadnya masih punya kekurangan.

"Kami harus melakukan hal lebih baik secara kolektif, kompak, lebih banyak menolong satu sama lain," ujarnya.

"Demi mendapat hasil yang kami inginkan, meningkatkan posisi di klasemen, dan terus seperti ini."

"Pada akhirnya kita masih berada di tahap awal, scudetto tidak dimenangkan pada Oktober dan pastinya kami harus berkembang," tutur eks gelandang Inter.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P