Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pembalap Repsol Honda, Luca Marini, mengungkap rasa iri terhadap dominasi Ducati yang sampai-sampai dianggapnya bisa menghancurkan kejuaraan MotoGP.
Luca Marini dan Repsol Honda masih belum mendapatkan hasil yang bisa dikatakan impresif sepanjang musim ini.
Walau ada beberapa hasil balapan yang agak mendingan, tetap saja adik Valentino Rossi itu lebih sering berkutat di area belakang.
Pencapaian minor Marini bukannya tanpa alasan karena Honda masih terpuruk.
Motor RC213V belum terlalu menunjukkan langkah maju, bahkan ketika dibandingkan dengan sesama pabrikan Jepang yang tengah mengalami krisis yaitu Yamaha.
Baca Juga: Bastianini Setengah Hati Mau Jadi Sekutu Francesco Bagnaia di Seri Pamungkas
Satu masalah yang kembali muncul dari RC213V adalah panas menyengat yang dihasilkan oleh mesin si kuda besi.
Panas berlebih ini telah dikeluhkan dua tahun yang lalu di mana pembalap Repsol Honda kala itu, Pol Espargaro, sampai harus menyerah sebelum balapan rampung di GP Jerman.
Di Asia Tenggara, hawa panas tentunya makin menjadi-jadi karena iklim yang tropis.
Pada balapan MotoGP Malaysia akhir pekan lalu. Marini menderita luka bakar akibat panas yang merembet ke atas bagian fairing motor dan menembus wearpack-nya.
"Soal kebugaran, saya baik-baik saja, tetapi kami harus segera menemukan cara untuk menghilangkan panas dengan lebih efisien," ungkap Marini dikutip dari Speedweek.
"Saya sampai menderita luka bakar."
"Masalah ini mutlak harus kami perbaiki, apalagi mengingat balapan pertama musim 2025 akan kembali digelar di Asia Tenggara (GP Thailand, red)," jelasnya.
Belum selesai dengan masalah panas motor, Marini juga mengeluhkan chatter alias getaran pada motor RC213V di beberapa titik seperti Tikungan 5 dan Tikungan 12.
"Banyak pembalap lain yang juga mengeluhkan hal itu," jelas Marini, yang akhirnya finis di posisi ke-15 pada balapan MotoGP Malaysia kemarin.
"Sangat sulit bagi kami untuk melewati dua tikungan ini karena kami sulit memiringkan posisi motor karena getaran ini."
Hal yang makin membuat Marini larut dalam kekesalannya adalah fakta bahwa Honda teramat sangat tertinggal ketika bertarung dengan para pembalap bermotor Ducati Desmosedici GP.
'Kecemburuan sosial' terhadap motor Borgo Panigale yang terlalu unggul sampai-sampai membuat Marini menganggap Ducati telah mengancam dan merusak tatanan persaingan MotoGP.
Pada balapan MotoGP Malaysia, Marini secara tidak terencana mengalami adu kecepatan dengan dua pembalap motor Ducati yang melorot ke posisi belakang karena terjatuh.
Dua pembalap yang dimaksud adalah Marc Marquez (Gresini Racing) dan Franco Morbidelli (Prima Pramac). Marquez juga menyalip Marini dari belakang pada balapan di Thailand.
Marini sebenarnya pernah menunggangi Ducati dan menikmati hari-hari bersaing di grup podium, tepatnya bareng tim satelit VR46, sebelum pindah ke Repsol Honda.
"Setiap kali seorang pembalap Ducati terjatuh dan kemudian melanjutkan balapan, kita tahu apa yang menanti kita di sisa balapan," ujar Marini.
"Di jalur lurus, keduanya melesat melewati saya seperti roket, seolah-olah mereka datang dari planet lain."
"Kami pastinya harus naik ke level yang lebih tinggi dan mengambil sesuatu dari Ducati, karena dengan cara itu mereka menghancurkan kejuaraan ini sepenuhnya."
"Kita harus menemukan sesuatu."
Marini berharap Honda tergugah dengan peningkatan Yamaha yang mampu menempatkan dua pembalap mereka ke posisi 10 besar.
"Yamaha telah mengambil langkah maju yang baik dan secara keseluruhan menjalani akhir pekan yang fantastis."
"Penting bagi kami juga untuk bergegas dan memastikan kinerja yang lebih baik."
"Dibandingkan dengan Ducati, semua pabrikan lain berada dalam posisi defensif. Jika kami pandai dan mengambil langkah yang tepat, kami bisa menjadi kekuatan terkuat kedua di kelas MotoGP."