Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Gara-gara Timnas Indonesia, Australia Didesak Hapus Larangan Ikut ASEAN Cup

By Taufik Batubara - Kamis, 5 Desember 2024 | 15:03 WIB
Bintang muda Timnas Indonesia Marselino Ferdinan selebrasi gol ke gawang Arab Saudi dalam laga putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (19/11/2024) (MUHAMMAD ALIF AZIZ MARDIANSYAH/BOLASPORT.COM)

BOLASPORT.COM - Kemajuan pesat Timnas Indonesia akhir-akhir ini berdampak signifikan terhadap Australia terkait ASEAN Cup 2024 yang segera bergulir.

Australia adalah anggota Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (ASEAN Football Federation/AFF), tetapi dilarang mengikuti turnamennya yang kini bertajuk ASEAN Cup.

Berdiri tahun 1996 dengan nama Tiger Cup, lalu berubah menjadi AFF Cup, kompetisi itu digelar sekali dalam dua tahun, kecuali untuk beberapa kondisi tertentu seperti pada 2007.

Tim tersukses di turnamen tersebut adalah Thailand dengan tujuh gelar, disusul Singapura (4), Vietnam (2), dan Malaysia (1).

Turnamen tersebut sangat digemari oleh negara-negara Asia Tenggara karena menjadi kesempatan untuk menunjukkan kecintaan mereka terhadap sepak bola kepada dunia, mengingat reputasi Asia Tenggara yang kurang berprestasi.

Timnas Australia awalnya merupakan bagian dari zona Oseania ketika turnamen ini pertama kali diadakan.

Butuh waktu hampir dua dekade bagi tim berjuluk Socceroos itu untuk akhirnya masuk dalam keluarga sepak bola Asia Tenggara, dan tujuh tahun setelah masuknya Australia ke dalam AFC.

Baca Juga: 7 Pemain Resmi Dicoret dari Skuad Timnas Indonesia Jelang ASEAN Cup 2024

Ketika Australia secara resmi pindah ke AFF pada tahun 2013, level Socceroos masih terlalu tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Oleh karena itu, negara-negara ASEAN setuju untuk mengizinkan Australia menjadi anggota AFF dengan satu syarat ketat: dilarang mengikuti turnamen tersebut.

Hal itu dilakukan demi membantu tim nasional Asia Tenggara berkembang hingga bisa menurunkan skuad yang lebih banyak dan kompetitif di masa depan.

Namun, pembatasan itu tak diterapkan kepada tim junior Australia di masing-masing event regional, mulai dari U-17 hingga U-23.

Untuk waktu yang cukup lama, Socceroos duduk dan menonton dari jauh, lalu bertanya-tanya apakah tetangga mereka di Asia Tenggara itu dapat melakukannya dengan baik atau hanya akan menjadi potensi yang terbuang sia-sia.

Ternyata, kemajuan mereka, meski lambat, sangat besar, dan Australia mulai merasakan akibatnya.

Pada Kualifikasi Piala Dunia 2018, Australia, yang saat itu menjadi juara Asia, mengalami kesulitan luar biasa saat coba mengalahkan Thailand.

Socceroos secara mengejutkan tertahan 2-2 dalam tandang dan menang kandang 2-1, yang diraih dengan susah payah, itu pun tak cukup untuk memberi Australia tiket lolos langsung menyusul kemenangan 1-0 Arab Saudi di kandang Jepang.

Pada Kualifikasi Piala Dunia 2022, Socceroos mengalami peningkatan saat melawan Vietnam, menang kandang dan tandang, meski ada banyak momen menegangkan.

Akan tetapi, itu adalah satu-satunya titik terang Socceroos dalam serangkaian penampilan buruk yang membuatnya tersingkir ke fase play-off lagi.

Meski begitu, Thailand dan Vietnam tak bisa lolos ke Piala Dunia, sehingga Australia kembali menganggap kedua negara itu bukan ancaman serius.

Baca Juga: AFF Soroti 6 Pemain Abroad Timnas Indonesia untuk ASEAN Cup 2024

Kali ini, situasinya jauh lebih memprihatinkan, mengingat penambahan kuota Piala Dunia 2026 untuk Asia dari 32 menjadi 48 tim.

Timnas Indonesia yang memulai debutnya di fase ini tidak lagi seperti tim yang dulu.

Dipimpin Shin Tae-yong, dalang kemenangan 2-0 Korea Selatan atas Jerman di Piala Dunia 2018, Indonesia mengalami kebangkitan besar sebagai negara yang secara historis kurang berprestasi.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir, eks pemilik Inter Milan, mengaktifkan kebijakan proses naturalisasi dengan merekrut banyak pemain keturunan Indonesia dari seluruh dunia, terutama Belanda.

Shin Tae-yong juga membina sekelompok pemain muda yang awalnya akan berkompetisi di Piala Dunia U-20 pada 2023, di mana Indonesia awalnya adalah tuan rumah sebelum dicabut karena kontroversi seputar Israel.

Dampak positif dari upaya Erick Thohir itu sangat besar.

Indonesia lolos dari penyisihan grup Piala Asia 2023, walau terhenti di babak 16 besar.

Setelah itu, baru-baru ini Skuad Garuda tampil impresif di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Marselino Ferdinan dkk tak terkalahkan melawan Arab Saudi dalam dua laga mereka.

Bahkan, hasil imbang kandang yang mengesankan melawan Australia menyebabkan Graham Arnold mengundurkan diri.

Namun, yang menjadi perhatian adalah kemenangan kandang luar biasa Indonesia 2-0 atas Arab Saudi, penakluk Argentina di Piala Dunia 2022.

Kemenangan mengejutkan itulah yang menimbulkan sensasi besar di Indonesia dan seluruh Asia.

Baca Juga: 24 Pemain Timnas Indonesia untuk ASEAN Cup 2024, Hanya Rivaldo Pakpahan yang Bertahan dari Semua Debutan Pemanggilan Shin Tae-yong

Di sisi lain, Australia justru memperlihatkan kegagalan mereka mengikuti pembelajaran di masa lalu.

Setelah dua kali beruntun harus berjuang di play-off untuk lolos ke Piala Dunia 2018 dan 2022, Australia terbukti tak mampu menyesuaikan diri dengan situasi.

Ketidakmampuan total untuk mengalahkan Bahrain dan kegagalan mencetak gol melawan Indonesia dan Arab Saudi belum lama ini telah membuat Australia berada dalam situasi sangat berbahaya, yang dapat digambarkan sebagai krisis besar.

Berada di urutan kedua klasemen Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan 7 poin sama sekali tak mencerminkan kehebatan Australia.

Situasi itu lebih karena ketidakstabilan dan krisis yang dialami tim-tim lain, terutama keruntuhan Arab Saudi yang sedang berlangsung, sehingga tampak menyelamatkan perjuangan Australia yang di bawah standar.

Menurut media Australia, The Roar, dibutuhkan penyelidikan total mengapa Socceroos mengalami paceklik hebat di Kualifikasi Piala Dunia 2026 baru-baru ini.

Pada saat yang sama, Timnas Indonesia akan menikmati hajatan sepak bola regional bernama ASEAN Cup untuk meningkatkan daya saing mereka.

Hajatan ASEAN itu bukan bagian dari kalender FIFA, sehingga para pemain kunci tak diwajibkan untuk kembali ke timnas masing-masing.

Namun, hal itu justru berarti Indonesia memiliki peluang untuk mendiversifikasi penggunaan pemain mereka.

Manajer Timnas Indonesia Sumardji menyebut ASEAN Cup 2024 sebagai ajang regenerasi bagi pemainnya, meski tetap menyertakan beberapa pilar berpengalaman seperti Rafael Struick, Asnawi Mangkualam, Pratama Arhan dan terutama Marselino Ferdinan, pemborong dua gol kemenangan atas Arab Saudi.

Mengingat besarnya kemajuan yang telah dicapai Timnas Indonesia, fakta bahwa Australia tidak akan berpartisipasi di ASEAN Cup 2024 merupakan pertanda buruk.

The Roar menulis, seandainya diberi lampu hijau untuk berpartisipasi, akan lebih baik bagi Socceroos untuk melakukan diversifikasi pemain dan memperbaiki masalah pencetak gol mereka yang mandul.

"Sayangnya, klausul yang melarang Australia mengikuti ajang senior Asia Tenggara itu pada tahun 2013 juga memungkinkan adanya kelalaian di kalangan pejabat Football Australia."

"Hal ini semakin diperburuk dengan kurangnya kesamaan budaya. Meskipun semua negara di Asia Tenggara mempunyai warisan budaya yang sama, Australia dipandang dengan kecurigaan karena latar belakang negaranya di Eropa, yang merupakan warisan sejarah imperialisme yang dipraktikkan oleh Barat," sebut The Roar.

Media Australia itu lantas mengingatkan kembali apa yang terjadi di Kualifikasi Piala Dunia 2026, sehingga hal ini menjadi lebih mendesak bagi Australia.

"Negara ini tidak bisa mengabaikan meningkatnya kekuatan negara-negara Asia Tenggara, mengingat keanggotaannya di AFF sejak tahun 2013."

"Football Australia harus mulai menegosiasikan ulang klausul tersebut, dan secara aktif berkampanye untuk menghapuskan larangan (bermain di ASEAN Cup) tersebut."

"Kemajuan yang diraih Indonesia harus dijadikan pembenaran untuk mengakhiri larangan konyol partisipasi Socceroos," tandasnya.

The Roar mendesak otoritas sepak bola Australia mengajukan solusi proaktif dan mendorong untuk mengakhiri pembatasan agar Socceroos bisa bermain seperti tim Asia Tenggara.

Sebab, negara-negara ASEAN itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan partisipasi Australia lebih dari sebelumnya.

Absennya Socceroos di turnamen senior ASEAN juga dituding menghambat pertumbuhan sepak bola di kawasan.

Banyak timnas di Asia Tenggara mengalami kesulitan besar bermain dengan tim yang memiliki kekuatan fisik dan teknik lebih baik seperti Uzbekistan, Yordania, Iran, dll.

"Ini adalah waktu bagi Australia untuk akhirnya menekan AFF agar mengizinkan mereka mengikuti kompetisi regional, dan ini juga saatnya bagi Asia Tenggara untuk menyadari manfaat dari partisipasi Australia," tegas The Roar.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P