Setelah mengalami tahun-tahun kelam, Liga Italia disebut bakal mengawali era baru yang ditandai dengan kehadiran Cristiano Ronaldo, Carlo Ancelotti, dan Parma.
Liga Italia dinilai telah kehilangan pamor, sejak terkena skandal pengaturan skor atau familier dengan istilah Calciopoli pada musim 2005-2006.
Klub-klub papan atas Serie A seperti Juventus, AC Milan, Fiorentina, dan Lazio, turut terlibat dalam aksi yang mencoreng muka sepak bola Negeri Gladiator itu.
Fenomena tersebut lantas berimbas kengganan pemain berlabel bintang untuk berkarier di Liga Italia.
Hal itu juga memiliki efek pada minimnya atensi publik, yang cenderung membuat tim-tim Liga Italia berpendapatan lebih cekak daripada liga populer lain di Eropa seperti Liga Inggris dan Liga Spanyol.
(Baca Juga: Tak Bisa Dampingi Pemain, Pelatih Atletico Madrid Tetap Senang)
Tak ayal, dilansir BolaSport.com dari laman media Italia, La Gazzetta dello Sport, Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) periode 2014-2017, Carlo Tavecchio, mengatakan bahwa hanya ada lima tim dengan status finansial sehat pada 2015.
Salah satunya adalah Juventus, yang memang disokong oleh keluarga Agnelli, konglomerat Italia pemilik produsen mobil FIAT.
Sementara itu dalam menurut Goal, kerugian total klub-klub Seria A sebesar 365 juta euro (senilai Rp6 triliun) pada musim 2014-2015, turut membuat Parma, mantan klub Gianluigi Buffon, dinyatakan bangkrut dan terjun bebas ke Serie D.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | goal.com, uk.reuters.com, gazzetta.it |
Komentar